Guardian Baru

"Re, gue boleh tanya nggak?" Ika bertanya pada Reyhan Ibrahim ketika mereka berjalan berdampingan di koridor menuju asrama setelah menyelesaikan semua program.

"Jangan tanya kapan nikah!" Reyhan Ibrahim menanggapi.

Ika menggembungkan mulutnya seraya mendelik. Tapi tak lama kemudian ia bertanya juga. "Menurut lu apa sih tujuan utama program Minority Talent?"

"Program Minority Talent tujuannya menemukan Talenta Minoritas yang paling kompeten buat dapetin akses." Reyhan Ibrahim menjelaskan. "Namanya juga Minority Talent!" Ia menambahkan.

"Gue ngerti artinya Minority Talent. Gue jago kok bahasa Inggris." Ika membual. "Tapi akses maksudnya apa, akses?"

Reyhan menoleh ke arah Ika, sembari nyengir kuda.

Ika membeliak sebal menanggapinya.

"Akses itu semacam tiket buat dapetin gelar atau prestasi tertentu." Reyhan akhirnya menjelaskan.

"Buat?" Ika tak mengerti.

"Mmmm...." Reyhan Ibrahim bergumam sesaat dan berpikir keras. "Buat dapetin pencapaian tertentu lah..." Reyhan sedikit tak yakin penjelasan itu bisa dipahami Ika.

"Emang kalo kita udah dapet gelar kita mau dibawa kemana?" Ika bertanya lagi.

"Sekarang gua tanya, lu ambil program apa?" Reyhan balas bertanya.

"Program musik," jawab Ika singkat.

"Nah, gelar buat ahli musik namanya apa?"

"Musisi!"

"Terus kalo udah dapet gelar Musisi lu mau ke mana?"

"Yang pasti sih keluar dari sini!" Ika menggeram.

"Nah, kalo lu ambil program musik, terus udah dapet gelar Musisi, berarti lu butuh akses dong, buat dapetin produser atau home production yang bisa ngorbitin lu?"

Ika mengangguk-angguk, antara mengerti, setuju dan bersemangat.

"Makanya latihan yang serius, biar serius jadi artis!" Reyhan Ibrahim menepuk-nepuk bahu Ika untuk memberi semangat.

"Serius udah jadi artis," bantah ika, "udah bubar malah!"

"Latihan yang sungguh-sungguh ya, Ika... Biar lu sungguh-sungguh jadi artis...!" Reyhan menaikan nada bicaranya, setengah berteriak. Di dekat telinga Ika pula.

Gadis itu hanya mengangguk-anggukan kepala menanggapinya seraya menutupi telinga. "Emang lu percaya Paravisi itu gak ada niat jahat?" Ika memelankan suaranya.

"Maksudnya niat jahat?" Reyhan tak mengerti.

"Emang lu gak ngerasa di sini banyak yang gak beres? Guardian lu juga ilang kan? Emang lu gak takut kita di sini cuma buat dijadiin tumbal?" Ika berbisik-bisik.

Mengingat Guardiannya masih menghilang Reyhan Ibrahim mendadak lemas. Tapi ia tetap berusaha mengemukakan pandangan yang positif. "Kabar mereka kan belum jelas faktanya. Siapa tahu mereka lagi ada kepentingan mendadak dan gak sempet pamit. Kan gak ada bukti mereka kenapa-napa!"

Betul juga, pikir Ika. "Emang lu kenal bener sama Paravisi?"

Reyhan Ibrahim kembali menoleh ke arah Ika. "Agung Tirtayasa sepupu gue. Dia udah gabung di sini bertahun-tahun, dan dia jadi pengusaha sukses setelah lulus pelatihan." Cerita Reyhan.

Di ujung koridor, keduanya pun saling berpamitan dan berpencar ke asramanya masing-masing.

Setelah mendengar cerita Reyhan, Ika merasa sedikit lebih tenang dan kembali memiliki harapan.

"Di mana Van Allent?" Pagi-pagi sekali, koridor asrama sudah terdengar gaduh. Evan Jeremiah berteriak-teriak ke sana ke mari.

Ika dan Monica melongokkan kepalanya di pintu kamarnya masing-masing, untuk melihat kegaduhan itu.

Evan Jeremiah terlihat sibuk keluar-masuk dari kamar ke kamar, memeriksa setiap kamar satu persatu.

Ika dan Monica kemudian beradu pandang secara tak sengaja. Menyadari hal itu, Ika serentak membuang muka kemudian kembali masuk ke kamarnya. Sementara Monica hanya melengak kebingungan di pintu kamarnya.

"Pagi ini kita kehilangan Van Allent bersaudara," Evan Jeremiah mengumumkan. Paravisi itu berdiri lemas di depan kelas, disaksikan sisa Talent yang patah arang.

Ika Apriani menghela napas tak berani mengangkat wajahnya. Terakhir kali ia melihat kedua Van Allent berkendara bersama keluar gedung. Tapi ia tak ingin membicarakannya.

Semua orang terlihat tak siap menanggapi apa pun sekarang. Semua orang sudah berubah autis dan menjadi introvert.

Reyhan Ibrahim dan Ester Maria terlihat menyedihkan di bangkunya masing-masing.

Ardian Kusuma dan Senja Terakhir bahkan terlihat lebih putus asa dibanding para Talent.

Gilang Wibisana lebih memilih tempat duduk di bangku Talent, tak mau bergabung di barisan Paravisi.

Sementara Agung Tirtayasa entah ke mana.

"Sepertinya hari ini kita kehilangan salah satu Paravisi juga!" Gilang Wibisana menimpali.

Naomi dan Ary Caroline berpelukan, saling membenamkan wajahnya di pundak satu sama lain menutupi isak tangisnya masing-masing.

Dan Monica Debora menyusupkan wajahnya di dada Wisnu Habel Putra Pandu, seorang kordinator dari kelompok musik. Entah sejak kapan mereka mulai dekat. Bagi Monica Debora hal itu tak membutuhkan waktu lama.

Pak Tua tertunduk dengan kedua tangan terlipat di atas meja di depan dadanya. Seperti sikap orang sedang berdoa.

Ada apa dengan Program Minority Talent? Evan Jeremiah bertanya-tanya dalam hatinya. Wajahnya berubah keruh. Kehilangan Elijah terasa seperti kehilangan organ penting dari tubuhnya. Sebagaimana aset berharga yang tanpanya ia tak berdaya. Lalu ia teringat pesan Athena kepada Ardian Kusuma sebelum ia menghilang. "Orang yang kaucintai sesungguhnya tidak pernah benar-benar pergi." Tentu ada pesan tersembunyi di balik kata-kata itu, pikir Evan. Athena terkenal sebagai ahli strategi. Athena takkan menyerah semudah ini kecuali jika ia memiliki alasan yang lebih baik. Tunggu dulu, Evan menyadari. "Ia akan tinggal tetap di sini..." Di dalam hati, Evan menambahkan di dalam hatinya.

Sedetik sebelum Evan Jeremiah membuka mulut, tiba-tiba pintu kelas terbuka. Agung Tirtayasa menyeruak masuk dikawal sejumlah besar orang misterius berpakaian ninja.

Seisi ruangan tercengang menatap mereka. Begitu pun Paravisi.

Orang-orang misterius itu memasuki ruangan dengan tertib dan teratur kemudian membentuk formasi barisan di depan kelas seperti barisan tentara.

Semua orang menatap mereka tanpa berkedip. Tak seorang pun bergerak atau bergeser dari tempatnya.

Paravisi belum ada yang bereaksi. Semuanya terlihat sama bingungnya.

Agung Tirtayasa melangkah ke tengah ruangan mengambil alih posisi Evan Jeremiah. Paravisi itu masih memantung di tempatnya, memandang Agung Tirtayasa dengan tatapan tak mengerti. Agung Tirtayasa balas memandangnya dengan tatapan tajam. Evan Jeremiah bergeser dari tempatnya kemudian bergabung bersama tiga Paravisi di belakangnya ketika Agung Tirtayasa berdeham, bersiap untuk membuat pengumuman. "Mohon perhatian semuanya," katanya lantang. Kemudian mengedar pandang ke seluruh ruangan. Paravisi di belakangnya juga tak lepas dari perhatiannya.

Ardian Kusuma, Senja Terakhir bertukar pandang dengan Gilang Wibisana di bangku peserta.

"Mulai hari ini seluruh Program Minority Talent akan diambil alih!" Agung Tirtayasa mengumumkan.

Seisi ruangan serentak bertanya bersamaan. "Apa maksudnya, diambil alih?"

"Kita sudah terlalu banyak kehilangan Talent bahkan Paravisi. Kita semua tentunya tak berharap berakhir seperti mereka, bukan?" Agung Tirtayasa berhenti sejenak. Menunggu jawaban.

Tak satupun bereaksi. Mereka semua bahkan belum memahami apa sebenarnya yang sedang terjadi. Semuanya berlangsung terlalu mendadak dan otak mereka belum bisa mencernanya dengan baik.

"Mulai sekarang apapun program kalian, semuanya berada di bawah pengawasan Guardian yang baru dengan peraturan baru." Agung Tirtayasa menjelaskan seraya mengarahkan tangannya menunjuk barisan orang misterius yang mendominasi seluruh muka ruangan.

Seisi ruangan memekik tertahan.

Ardian Kusuma menelan ludah dan tercengang menyadari sesuatu. Bukan Talent, batinnya. Seketika ia mengingat perkataan Athena sepekan sebelum ia menghilang. "Kita telah memelihara satu Talent yang keliru," katanya. Tidak, bantahnya dalam hati. Bukan Talent, batinnya. Kemudian pria itu mengangkat wajahnya dan menatap tajam ke arah Agung Tirtayasa. Tapi Guardian!

Terpopuler

Comments

Nang Sky

Nang Sky

ruwar biasa Ika Apriani 🙌
😶😶😶

2020-09-29

0

iinez

iinez

Rayhan: makanya latihan yang serius ya, Ika... biar serius jadi artis!

Ika: serius udah bubarrr!

kkkkkkkkkkk...

2020-09-18

0

Gwenn

Gwenn

Gue ngerti kok artinya minority talent, gue jago kok bahasa inggris, Ika membual. tapi akses maksudnya apa akses

Reyhan menoleh sembari nyengir kuda

Ika membeliak sebal menanggapinya


hahahahah...
ngakak gue sumpah..

2020-09-14

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!