Perusuh Jalanan

Terik matahari siang itu terasa seribu kali lebih panas di kepala Elijah, terutama ketika lampu merah di sudut perempatan jalan itu menyala sedetik sebelum sepeda motor yang ditumpanginya melewati perempatan. Ia menggerutu kecewa ketika Keith menghentikan sepeda motornya dan menunggu sampai lampu menyala hijau. Bagi Elijah, satu detik saja bisa dipakai untuk meloloskan diri dari lampu merah.

Tapi hari itu, Keith, kakaknya yang mengendarai sepeda motor dan ia hanya dibonceng di belakangnya sebagai penumpang. Elijah paling benci dibonceng, apa lagi menumpang. Tapi hari itu sepeda motornya masuk bengkel dan ia terpaksa harus meminjam sepeda motor pada kakaknya untuk berangkat ke sekolah. Tapi kakaknya keberatan dan menawarkan diri untuk mengantarkannya saja ke sekolah.

Isi kepalanya sudah mendidih sejak awal berangkat.

Kemudian nyaris meledak ketika seorang pengendara sepeda motor modifikasi muncul dari belakang dan berhasil menyelinap di sisi sepeda motor yang ditumpanginya. Seorang pria kurus berambut acak-acakan, mengenakan celana jeans belel robek-robek, duduk di atasnya memainkan pedal gas, memamerkan bunyi meraung dari knalpot-raching-nya. Ciri khas pembalap liar, sama seperti Elijah. Hatinya merasa ditantang dengan cara keji. Dia pasti gak tahu siapa gue, batinnya geram. Dan ia mulai gelap mata.

Elijah mendelik kesal ke arah Si Pengendara. Refleks, kakinya melayang mengikuti naluri liarnya, kemudian mendarat di bahu Si Pengendara sepeda motor di sampingnya. "Berisik, Anjing!"

Keith tersentak. "Lea!" Ia tergagap berusaha mencegah Elijah setengah menghardik.

Secara naluriah pula Si Pengendara sepeda motor modifikasi itu membanting motornya ke sisi jalan lalu melangkah mendekati Elijah kemudian mencengkeram sweater Elijah.

Dengan gaya menyebalkan, Elijah turun dari sepeda motor Keith, dan membuka helm.

Si Pengendara motor terbelalak menatap wajah Elijah, serentak ia melepaskan cengkeramannya kemudian melangkah mundur menjauhi Elijah.

Elijah adalah seorang perempuan. Nama aslinya adalah Eleazah Van Allent. Tapi ia benci nama aslinya. Ia lebih suka memperkenalkan dirinya sebagai Elijah dan ia lebih suka dipanggil El. Ia tidak suka dirinya dipandang sebagai perempuan. Itu sebabnya ia memilih sekolah STM, karena alasan seragam sekolah yang tidak mewajibkan siswi mengenakan rok.

Sikap Si Pengendara motor yang menarik diri setelah mengetahui dirinya perempuan, jelas menyinggung perasaannya yang sedang mencari perkara. Elijah merenggut kerah kemeja planel Si Pengendara sepeda motor itu dan menariknya mendekat.

Si Pengendara sepeda motor itu menelan ludah. "Gue gak sudi berantem sama perempuan," ungkapnya.

Elijah menggeram. "Memangnya kenapa kalo gue perempuan?"

Si Pengendara sepeda motor bersikeras untuk menghindar.

Tapi Elijah bersikeras untuk berkelahi.

Keith menepikan sepeda motornya dan berusaha menarik Elijah. Tapi dalam keadaan seperti itu tenaga Elijah mendadak naik seribu kali lipat. Membuat Keith betul-betul shock.

Perkelahian tak seimbang pun terjadi. Si Pengendara sepeda motor tetap tak mau melawan meski Elijah menerjang dirinya bertubi-tubi. "Menganggap remeh perempuan? Hah?!"

Keith mulai kewalahan menghadapi adik perempuannya. Ini pertama kalinya Keith menyaksikan sendiri kerusuhan yang dibuat Elijah setelah sekian lama hanya mendengar ceritanya dari orang lain. Dan selama itu pula ia tidak bisa percaya adik perempuannya seburuk cerita orang. Sekarang ia melihat sendiri kenyataannya jauh lebih buruk dari sekedar cerita. "Aku betul-betul kecewa padamu, Lea!" Keith menggerutu tak sabar.

Sementara itu, orang banyak mulai berkerumun menyaksikan kejadian itu dengan tatapan risih.

Ini juga pertama kalinya Keith merasa dipermalukan seumur hidupnya. Dengan perasaan terpukul, Keith memilih pergi secepatnya dari tempat itu, meninggalkan adik perempuannya dan membiarkannya dalam kerumunan sebagai tontonan. Ia memutuskan untuk kembali ke rumah dan mengadukan perkara ini pada orangtuanya.

Elijah tampak tak peduli. Ia masih berkutat di atas tubuh pengendara sepeda motor yang sudah ambruk dan babak belur namun tetap tak mau melawan. Ia menjejakkan kakinya di dada pria itu dengan tampang memuakkan. "Gue perempuan aja lo udah babak belur, gimana kalo gue laki?!" Cemoohnya dengan pongah.

Tanpa ia sadari semua mata yang berkerumun itu memandang dirinya dengan tatapan permusuhan. "Perempuan kok begitu amat?" Seseorang dalam kerumunan mulai mengoceh.

Elijah berbalik ke arah sumber suara. Begitu mengetahui siapa yang berbicara, ia menerjang ke arah orang itu seraya berteriak, "kenapa lo? Hah? Gak seneng lo?" Ia menantang. Membuat semua orang dalam kerumunan menyisih.

"Kalo dia mau ngelawan, dari tadi juga udah abis lu sama dia," balas pria setengah tua di depannya seraya menunjuk pria yang terkapar di punggung aspal.

Beberapa orang terlihat sedang menarik berdiri pria yang terkapar itu kemudian memapahnya ke tepi jalan.

Elijah menelan ludah membalas tatapan sinis orang-orang yang memapah pria itu.

"Punya cadangan nyawa berapa lo sampe berani nantangin ribut semua orang?!" Teriak pria di depan Elijah melanjutkan.

Elijah mengalihkan pandangannya kembali ke arah pria itu. "Kenapa gak dicoba aja?!" Elijah mengepalkan kedua tangannya dan mendekat.

Pria setengah baya itu memutar bola matanya dan menghela napas dengan sikap enggan.

Seseorang meremas bahu Elijah dari belakang. Elijah berbalik dan spontan memasang kuda-kuda.

Wajah di depannya tersenyum lebar seraya mengangkat kedua tangan di sisi kepalanya.

Membuat Elijah tergagap.

Seorang pria tinggi berbahu lebar, menatapnya dengan mata berkilat-kilat. Pria itu kemudian menurunkan tangannya dan melangkah semakin dekat ke arah Elijah. Tidak ada kata-kata hujatan keluar dari mulutnya yang kemerah-merahan. Tidak ada ekspresi menantang dari wajahnya yang seputih salju. Tidak ada sedikitpun dari sikapnya yang dapat memancing emosi Elijah.

Membuat Elijah kebingungan menghadapinya. Diamatinya pria itu dari atas sampai ke bawah. Lalu kembali ke atas.

Pria itu mengenakan pakaian serba hitam mengkilat yang membungkus ketat tubuh rampingnya. Sejumput rambut ikal ombak berwarna cokelat terlepas dari ikatan rambutnya yang disanggul asal-asalan kemudian melecut menutupi pipinya yang bercambang halus. Menjadikan pria itu tampak berantakan sekaligus menakjubkan pada waktu bersamaan.

Itu adalah pertama kalinya Elijah memandang paras tampan seorang pria seumur hidupnya. Ketampanan pria itu membuatnya gugup. Seolah hanya dengan menatapnya saja ia sudah kalah telak tanpa harus berkelahi. Siapa dia? Elijah bertanya-tanya dalam hati.

"Masih mau berkelahi?" Pria itu bertanya.

Membuat Elijah menelan ludah.

"Saya menawarkan 5000 dolar untuk tenaga ahli berkelahi," katanya tanpa basa-basi. Membuat semua orang dalam kerumunan memekik tertahan.

Elijah mengedar pandang kemudian kembali menatap pria itu tak mengerti.

Pria itu kembali tersenyum lebar. Menjadikan parasnya terlihat semakin memukau. "Saya punya beberapa musuh di luar sana," ia menjelaskan. "Saya butuh partner untuk membuat sedikit kerusuhan." Ia menambahkan seraya menggerakkan dua jari tengah dan telunjuknya membentuk tanda kutip.

"Bagus!" Seseorang menanggapinya. "Pekerjaan itu memang cocok untuk perempuan keparat seperti dia," celotehnya seraya mendelik sinis ke arah Elijah.

Wajah Elijah serasa terbakar mendengarnya. Meski demikian anehnya ia mendadak kehilangan semangatnya untuk berkelahi.

"Betul-betul memalukan!" Tiba-tiba suara ribut itu datang dari luar kerumunan.

Elijah seketika membeku begitu menyadari siapa yang datang.

Alanson Van Allent, ayah Elijah, menyeruak ke dalam kerumunan diikuti Keith di belakangnya. Orangtua itu memelototinya dengan tatapan kecewa. Elijah belum pernah melihat ayahnya menunjukkan sikap yang begitu kecewa seperti hari ini. Orangtua itu mendekat ke arah Elijah dan menjejalkan sebuah ransel kedalam dekapan Elijah kemudian berlalu dari tempat itu tanpa mengatakan apa pun.

Aku baru saja diusir dari rumah. Elijah menyadari. Seketika ia tertunduk, tak berani menghentikan ayahnya.

Keith melirik Elijah sekilas. Percikan rasa tak tega terbersit dari dalam dirinya melalui tatapannya.

Elijah membalas tatapan itu dengan isyarat, "ikuti saja!"

Pria tampan di depan Elijah bersedekap menyimak drama itu beberapa saat sebelum akhirnya mengamati wajah Elijah, mengisyaratkan pesan undangan yang pada akhirnya membuat Elijah mengikutinya. Diikuti pandangan semua orang yang mencemooh dirinya.

Terpopuler

Comments

dyz_be

dyz_be

Aku suka Elijah
KEREN 😎😎😎😎😎

2022-07-13

0

Jimmy Avolution

Jimmy Avolution

Terus...

2021-10-27

0

Fay Fauzi

Fay Fauzi

keren nih Elijah

2021-10-15

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!