Dalam Hitungan Ke-3

Ada sembilan pria dan satu wanita, berdiri di depan ruangan dengan ciri-ciri sama. Berambut panjang. Bertubuh ramping. Mereka semua berpakaian ketat serba hitam lengkap dengan jaket kulit dengan tudung kepala. Mirip dengan seragam ninja. Mereka semua berwajah datar, bermata tajam dan cenderung tersenyum tipis atau tertawa tanpa suara. Adapun hal yang bisa membedakan mereka hanyalah wajah, jenis rambut, warna rambut, warna kulit, warna mata, tinggi badan dan usia. Selebihnya tidak ada bedanya.

Kesembilan pria itu adalah para Agen Pencari Bakat yang ahli menyamar. Mereka semua turun ke jalan dan menyebar ke semua tempat sebagai mata-mata kemudian berbaur di masyarakat dengan beragam penyamaran.

Dalam lingkup tertentu, secara khusus, Agen Pencari Bakat ini disebut Paravisi. Satu di antaranya pernah merekrut Elijah.

Ardian Kusuma, Ryan Gunawan, dan Senja Terakhir juga termasuk di dalamnya. Dan satu-satunya wanita di antara mereka adalah kaptennya.

Athena!

"Welcome to MINORITY CENTER," sapa Athena mengawali sambutannya. "Kami menawarkan kesempatan kepada siapa pun yang memiliki mimpi besar namun bahkan tak berani menginginkannya."

Lebih dari seratus orang dalam ruangan itu menyimak sambutan Athena dari seberang ruangan sebagai peserta.

"Tapi sebelum kalian semua bermimpi terlalu tinggi dan berharap terlalu banyak, saya ingin mengatakan kebenaran ini..." Athena menggantung kalimatnya sesaat, kemudian mengedar pandang untuk memastikan apakah semua orang sedang menyimaknya dengan cukup baik. "Banyak yang terpanggil, tapi hanya sedikit yang akan terpilih," tandasnya dingin.

Seketika semua peserta menghela napas, sebagian tertunduk, sebagian bertukar pandang ke kiri dan ke kanan. Sebagian masih kebingungan.

"Kalian berada di sini karena sebuah panggilan. Tapi hal itu tak cukup untuk membuktikan bahwa kalian adalah orang-orang pilihan. Semuanya perlu diuji. Semuanya membutuhkan proses. Jadi sebelum proses itu dimulai, sebaiknya tanyakan pada diri kalian sekali lagi, apakah kalian tidak keliru memilih ruangan? Karena semua proses itu akan dimulai dari ruangan ini. Di sini harga diri kalian akan dipertaruhkan. Di sini kalian semua akan dipermalukan," tutur Athena panjang lebar. "Kami hanya akan memberikan satu kesempatan untuk kalian yang mau berubah pikiran," Athena mengarahkan sebelah tangannya ke arah pintu. Dan menunggu.

Ryan Gunawan dan Senja Terakhir kemudian melangkah mendekati pintu dan membukanya. Lalu keduanya berjaga di sisi pintu itu berseberang-seberangan.

"Tanyakan pada diri masing-masing, apakah kalian cukup pantas berada di sini. Pastikan sekali lagi, apakah kalian layak menerima anugerah." Athena bergeming sejenak. Menunggu reaksi. "Perlu kalian ketahui bahwa anugerah yang besar sama artinya dengan amanat yang besar. Amanat yang besar menuntut keahlian besar." Athena kembali mengedar pandang, meneliti wajah-wajah di depannya satu per satu.

Seisi ruangan serentak menahan napas.

"Banyak orang merasa bahwa dirinya berhak menerima kesempatan, tapi tak banyak orang menyadari tanggung-jawabnya." Athena melanjutkan. "Apakah kalian mengerti bahwa setiap hak berbanding lurus dengan tanggung-jawab? Jika kalian sudah cukup mengerti buatlah keputusan sekarang!"

Seorang gadis mengerang dari tengah ruangan dan menghela tubuhnya berdiri. "Forget it," katanya seraya menguap. "Aku betul-betul tidak tahan lagi."

Sikapnya itu jelas membuat seisi ruangan melengak menatapnya.

Gadis itu menyampirkan ransel di bahunya. Tubuhnya kurus dan kecil, rambutnya dipangkas pendek di atas lehernya. Wajahnya terlihat sendu dan kekanak-kanakan. Dengan gerak malas-malasan, gadis itu melangkah keluar dari deretan bangku yang terisi penuh oleh orang-orang. "Aku mau bermimpi di rumah saja," katanya sambil menguap sekali lagi. "Aku betul-betul ngantuk."

Athena bersedekap mengawasi gadis itu seraya tersenyum tipis seperti biasa.

Tak lama kemudian gadis itu sudah keluar dari ruangan diikuti pandangan semua orang.

Athena mengalihkan perhatiannya kembali ke tengah ruangan. Meneliti satu demi satu wajah-wajah di depannya.

Wajah-wajah di depannya masih tampak kebingungan. Mereka saling bertukar pandang satu sama lain untuk memastikan apakah mereka sebaiknya bertahan atau keluar sekarang. Kelihatannya cukup mudah bagi gadis tadi tapi kenapa rasanya tak mudah bagi mereka.

Luciana menghela napas, kemudian menatap ragu ke arah Ardian Kusuma. Terlihat jelas bahwa ia sedang berusaha menimang-nimang. Aku tidak seharusnya berada di sini, katanya dalam hati. Ester Maria dan Ika Apriani yang pada saat itu berada di kiri-kanannya saling bertukar pandang dan mengamatinya. Alasanku berada di sini karena aku menyukai Ardian Kusuma, batinnya getir.

Athena tiba-tiba menatap tajam ke arah Luciana. Lalu menoleh ke arah Ardian Kusuma.

Luciana menelan ludah. Bulu kuduknya seketika meremang. Ia menatap Athena sepintas kemudian menundukkan kepalanya. Tak berani beradu pandang. Apakah dia tahu apa yang sedang kupikirkan? Ia bertanya-tanya dalam hati.

Ardian Kusuma mengembangkan senyum tipisnya.

Beberapa anak laki-laki akhirnya memutuskan untuk keluar. Kemudian disusul tiga anak perempuan.

Luciana berniat untuk beranjak dari tempat duduknya ketika tangan Ester dan Ika serentak merenggut lengan kemeja planel-nya, menahannya tetap duduk. Sepertinya kedua gadis di kiri-kanannya itu sudah membaca gelagat Luciana.

"Jangan coba-coba berpikir bisa kabur lagi dari gue." Ika berbisik mengancamnya.

"Kali ini aku betul-betul tidak bisa membantumu menyelamatkan muka untuk kedua kalinya." Ester menimpali.

Luciana mendengus seraya memutar-mutar bola matanya.

Athena mengangkat sebelah alisnya mengawasi Luciana. Kemudian menunggu.

Setengah dari penghuni ruangan itu akhirnya turut memperhatikan Luciana penuh rasa ingin tahu.

Luciana bisa merasakan wajahnya mulai terbakar dan bersemu merah. Ia merasa terintimidasi oleh situasi. Tapi kemudian ia menyadari dirinya tak mampu berbuat apa-apa kecuali menyerah. Ia menghela napas kemudian melemaskan tubuhnya.

Ika dan Ester melepaskannya bersamaan.

Dasar perempuan keparat yang seperti bayi. Luciana merutuk di dalam hatinya seraya mendelik ke arah Ika. Lalu membeliak ke arah Ester. Dan Si Pembohong yang payah!

Kedua gadis di sampingnya balas membeliak seraya tersenyum penuh kemenangan.

"Dalam hitungan kesepuluh, pintu ruangan akan ditutup!" Athena mengumumkan. "Gunakan waktu kalian sebaik mungkin untuk membuat keputusan. Satu..." Athena mulai menghitung.

Mendadak seisi ruangan berubah tegang.

"Dua,"

Seisi ruangan mulai saling bertukar pandang dengan siapa saja mengikuti jangkauan matanya masing-masing.

"Tiga,"

Seorang laki-laki berdiri dan mengangkat sebelah tangannya. Semua mata sekarang berpusat pada sosok itu.

Ester tercengang memandanginya.

Laki-laki itu tergolong tampan dan memiliki daya tarik istimewa. Tubuhnya sangat tinggi, bahunya lebar, kulitnya putih. Hidungnya mancung, matanya berbinar-binar. Penampilannya mirip dengan pemain piano asal Kroasia, Maksim Mrvica. Hanya jauh lebih muda.

Sepintas orang-orang akan menebak dirinya seorang musisi. Meski ia tak membawa alat musik. Atau bahkan jika ia tidak berpenampilan seperti Maksim Mrvica, orang-orang tetap akan mengira dirinya seorang artis papan atas. Dilihat dari segi mana pun laki-laki itu terlihat mencolok di antara yang lainnya.

Ia punya aset yang cukup meski sekiranya ia tak memiliki cukup bakat, Ester turut menyayangkan. Dia takkan menyerah, kan? Ester bertanya-tanya.

Anak laki-laki itu melangkah keluar dari deretan bangku-bangku dan berjalan ke arah Athena.

"Who are you?" Athena bertanya. "Kau tidak berniat mengikuti program ini, kan?"

"Jonathan?!" Tiba-tiba seseorang berteriak dari tengah-tengah ruangan.

Laki-laki itu berhenti dan menatap Athena kemudian berbalik mencari sumber suara.

Elijah berdiri berkacak pinggang memelototinya di antara orang-orang di bangku peserta. "What are you doing here?"

"Benar," kata laki-laki itu kepada Athena. "Aku kesini untuk mencari kakak perempuanku." Laki-laki itu kemudian berjalan cepat melewati barisan bangku-bangku yang terisi penuh oleh orang-orang yang masih bertahan kemudian merenggut tangan Elijah dan menghela gadis itu dari tengah-tengah mereka.

Akan tetapi, bukan Elijah namanya jika ia tidak mampu menentang dan lebih memilih membuat kerusuhan. Refleks ia menepiskan tangan anak laki-laki itu dan melangkah mundur menjauhinya. "Gue bukan kakak perempuannya!" Hardiknya. Bersiap untuk mengamuk.

Seketika ruangan itu berubah gaduh. Semua orang di sekitar tempat itu serentak bangkit berdiri dari tempat duduknya, menjauhi Elijah.

Anak laki-laki itu memelototinya tanpa mengatakan sepatah kata pun.

"Evan?!" Athena menggeram ke arah salah satu Paravisi di belakangnya.

Pria tinggi berambut cokelat bernama Evan itu berjalan ke arah Elijah, mencoba melerai keduanya.

"Jangan ikut campur!" Elijah memperingatkannya.

Evan tertawa tanpa suara. "Saya menawarkan arena yang lebih bagus untuk berkelahi," katanya pada Elijah.

Membuat Elijah mengurungkan niatnya. "Ok," katanya. Giliran Elijah sekarang merenggut lengan anak laki-laki itu dan menghelanya agak kasar. "Tunjukkin di mana tempatnya?!"

Evan kembali tertawa tanpa suara, kemudian berjalan mendahului keduanya.

Tak lama ketiganya menghilang di pintu keluar.

Seisi ruangan menghela napas lega.

"Bagaimana?" Athena bertanya. "Masih mau bertahan?"

Semua peserta yang tadi berdiri kembali ke tempatnya masing-masing.

Setelah itu Ryan Gunawan dan Senja Terakhir menutup pintu.

Suasana ruangan pun kembali hening.

Terpopuler

Comments

Radja Pahlevi

Radja Pahlevi

Dalam hitungan ke-tiga tahap perkenalan protagonis pria hahahaha 😂

gw masih bingung yang mana tokoh utamanya

2021-08-11

0

tondi hasian siagian

tondi hasian siagian

gw bayangin paravisi itu kek ninja hasashin 🤔

2021-07-23

0

Nusan

Nusan

bisa betul milih tokoh nya mantan semua
eh, tampan semua

2021-06-23

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!