Magic Words Athena

"Aku tak pernah bisa memahami jalan pikiranmu," ungkap Ardian Kusuma kepada Athena.

Athena menanggapinya dengan diam. Sepasang matanya yang cermat tengah sibuk mengawasi sosok pria berambut sebahu di pekarangan samping gedung MINORITY CENTER. Tempat di mana Paravisi biasa memarkir sepeda motornya.

Ardian Kusuma mengikuti arah pandangnya. Melalui jendela kaca, dari lantai 12, mereka memandangi Senja Terakhir yang tengah berdiri lemas seraya menyandarkan punggungnya pada sebatang pohon akasia. Meski jauh, cukup jelas terlihat bahwa pria itu sedang berusaha berpikir keras. Kedua tangannya terlipat bersilangan di depan dadanya. Begitu diam.

"Kita harus bertindak cepat," ungkap Athena tiba-tiba.

Ardian Kusuma mengalihkan perhatiannya dari Senja kemudian mengamati Athena penuh tanda tanya.

Athena mengarahkan wajahnya tepat di depan wajah Ardian Kusuma kemudian menjelaskan, "Kita telah memelihara satu talent yang keliru."

Ardian Kusuma tercengang sesaat lalu memejamkan matanya lekat-lekat kemudian menghembuskan napas berat. Dan mulai berpikir keras. Tak lama kemudian ia kembali menatap Athena. Paling tidak beritahukan padaku siapa orangnya, batin Ardian tajam. Ia tahu Athena bisa menangkapnya.

Athena akhirnya menghela napas kemudian melangkah mendekati Ardian. Disentuhnya bahu pria itu kemudian ia memejamkan matanya. Dan berusaha untuk berkonsentrasi.

Tapi keduanya dikejutkan oleh suara langkah kaki seseorang yang berlari di koridor. Ardian memutar tubuhnya ke belakang, dan mendapati Luciana tengah berlari menjauh memunggunginya.

Awalnya Luciana berniat menghampiri kedua Paravisi itu untuk melaporkan Ester sudah siuman. Tapi ia melihat adegan yang menurutnya akan lebih baik jika ia tidak melihatnya.

"Gadis itu sudah salah paham," Athena memberi tahu Ardian.

Sekali lagi pria itu menghela napas. Kemudian berjalan cepat menyusul Luciana.

Athena tersenyum tipis, seraya menggeleng pelan, kemudian mengalihkan perhatiannya kembali ke pekarangan samping.

Senja Terakhir masih berdiri di tempat semula dengan wajah tertunduk semakin dalam.

Bayang-bayang kecemasan yang sempat tergambar pada wajah Senja saat membopong tubuhnya, seketika melintas di kepala Athena. Ia melihatnya sesaat sebelum semuanya berubah gelap dan ia kehilangan kesadarannya. Ia berani memastikan kekuatiran Senja sudah melewati batas biasanya. Tatapan pria itu tak lagi menggambarkan pengabdian seorang Paravisi. Tapi lebih tepat menggambarkan pandangan seorang pria. Athena tak ingin mempercayainya, tapi ia juga tak punya bukti untuk menyangkalnya.

Tiba-tiba Athena merasakan seseorang menyentuh bahunya dengan lembut. Ia mengalihkan perhatiannya dari jendela dan menoleh. Lalu tergagap.

Senja Terakhir, tahu-tahu sudah berdiri di sampingnya.

Athena memeriksa pekarangan tadi dan mendapati batang pohon akasia itu telah kosong. Sejak kapan dia meninggalkan parkiran? Athena mengamati sosok di sampingnya sekali lagi.

Sikap bingungnya membuat Senja nyaris tak mampu menahan tawa. Pria itu mengatupkan mulutnya menahan senyum. Kemudian menutupinya dengan kepalan tangannya.

Itu adalah pertama kalinya Athena menunjukkan ekspresi alami seorang wanita. Athena sudah melatih dirinya selama bertahun-tahun untuk bisa membentuk ekspresi stabil yang bisa menyamarkan emosinya.

Athena mengamati Senja dengan alis bertautan. Begitu menyadari pria itu sedang mentertawakan dirinya, Athena meninju bahunya dengan tampang kesal.

Senja menanggapinya dengan cengengesan.

Athena mendengus seraya mendelik. Kemudian memasang tampang cemberut.

Senja bisa melihat perubahan pada pipi Atena yang mendadak bersemu merah ketika perempuan itu membuang muka. Ia berdeham, dan memulai pembicaraan serius. "Kadang sesuatu terjadi baik kau mempercayainya atau pun tidak," tutur Senja menirukan gaya bicara Athena.

Athena diam saja.

"Waktu selalu punya jawaban untuk setiap persoalan!" Senja menambahkan. Masih menggunakan kata-kata Athena.

Wajah perempuan itu akhirnya melunak. Tapi masih tak berani menatap Senja. Ia membeku beberapa saat untuk mencerna kata-kata Senja. Ia ingat dua tahun lalu, kata-kata itu pernah menjadi kata-katanya untuk Senja. Tapi ia tak ingat bagaimana kata-kata itu menjadi pengaruh bagi dirinya.

Senja mengusap-usap bahu Athena beberapa saat. Tapi tak mengatakan apa-apa lagi. Setelah itu ia berlalu meninggalkannya.

Athena masih mematung di tempatnya. Dengan berat hati, Athena akhirnya mengakui satu hal di dalam hatinya, "kekuatan cinta mengalahkan segalanya!" Setelah itu ia pun menjauh dari jendela kemudian berjalan mengikuti Ardian Kusuma.

Pria itu hanya mematung di depan pintu kamar Ester. Kelihatannya Luciana sudah menyambutnya dengan sikap yang kurang berkenan.

Athena menepuk pria itu kemudian masuk ke dalam kamar Ester.

Disambut tatapan kikuk Luciana.

Athena mengembangkan senyum tipisnya seperti biasa kemudian bersedekap mengamati Ester dari sisi tempat tidurnya.

Ika dan Luciana menyingkir dari tempat tidur Ester, memberikan ruang untuk Athena.

Tak lama Ika menghambur keluar kamar, disusul Luciana yang kemudian tertangkap tangannya oleh Ardian Kusuma.

Gadis itu terpaksa berhenti di depan pintu, tapi tak mau mengangkat wajah.

Ardian tersenyum tipis. Tapi tak mengatakan sepatah kata pun. Kadang ia berharap semua orang bisa mengerti ungkapan dari sikap diamnya.

Athena melirik keduanya melalui sudut matanya.

Dan Ardian Kusuma menyadarinya. Lalu pria itu menarik lembut tangan Luciana menjauh dari kamar Ester.

Ester masih membeku kebingungan menyaksikan drama itu.

Athena mendekati gadis itu dan menatapnya lagi beberapa saat. Dengan hati-hati, perempuan itu akhirnya duduk di tepi tempat tidur Ester. "Bagaimana keadaanmu, Sweetheart?" Ia bertanya.

Ester menatap ragu sesaat sebelum akhirnya memeluk Athena dan mulai terisak. Bagaimana pun juga perempuan itu baru saja kembali setelah menghilang selama sepekan. Meski belum lama mengenal Athena, Ester merasakan kehilangan yang cukup besar selama Athena tak ada. Dari mana saja kau, kapten? Ester bertanya dalam hatinya. Sekarang ia sudah tahu Athena selalu mendengar suara hatinya.

"Suara hati adalah suara paling jujur, Sweetheart!" Athena berkata. "Ikuti saja keinginannya!"

Entah ada hubungannya atau tidak, kata-kata Athena membuat Ester semakin yakin firasatnya tidak keliru. Ia mengerti sekarang Athena selalu mempercayainya meski semua orang tahu dirinya penipu. Ia mulai mengerti kenapa kenangan hari terakhirnya bekerja di Coffee Shop selalu menghantui dirinya. Karena pada hari itu ia baru saja berhenti menjadi penipu tapi semua seorang sudah terlanjur kehilangan kepercayaan padanya. Tak seorang pun mempercayainya lagi. Kecuali Athena. Pemilik Coffee Shop sudah mendengar kabar kasusnya dan tak mau memberinya kesempatan. Luciana benar, katanya dalam hati. Malam itu Athena memang datang untuk menjemputku. Menyelamatkanku!

"It's ok, Sweetheart!" Magic Word, khas Athena.

Gadis itu sudah merasa tenang sekarang. Aku sudah cukup yakin bisa menjawab pertanyaan ini, katanya dalam hati, "sekiranya kamu diberi kesempatan untuk memilih, siapa Paravisi yang kamu harapkan menjadi Guardianmu?"

Jawabannya adalah Athena!

Athena tersenyum seraya mengelus lembut rambut gadis itu.

Setelah bertahun-tahun menjalani hidup dalam pelarian, Ester akhirnya menemukan tempat yang tepat untuk ia pulang. Ini adalah pertama kalinya ia merasa diterima seumur hidupnya.

Di usianya yang ke-9, sebuah kecelakaan pesawat merenggut nyawa kedua orangtuanya. Dan sejak saat itu ia merasa dirinya dilempar kesana-kemari karena tak seorang pun menginginkannya. Sekalinya diadopsi, orangtua angkatnya hanya memanfaatkan dirinya sebagai tenaga pembantu rumah-tangga. Sejak saat itu Ester berpikir untuk melarikan diri, tapi selalu tertangkap ulang. Semakin sering tertangkap, bakat penipunya justru menjadi semakin hebat. Dan pada akhirnya menjadi modal utama sekaligus gaya hidupnya.

Athena baru saja keluar dari kamar Ester Maria, ketika ia mendapati Ardian Kusuma tengah mematung di depan pintu kamar Luciana. Athena menggeleng-gelengkan kepalanya seraya tersenyum miris. Ardian Kusuma yang dikenalnya tak pernah serapuh ini. Meski demikian ia tak bisa menyangkalnya, titik rapuh setiap individu sesungguhnya merupakan puncak kesempurnaan dari individu itu sendiri.

Kesempurnaan adalah titik rapuh!

"Anugerah adalah kutukan," katanya pada Ardian Kusuma tanpa menoleh lagi.

Terpopuler

Comments

Tia Victoriana

Tia Victoriana

kata-kata Athena itu isinya gak cuma motivasi kalo aku bilang. Tapi juga mengandung ungkapan terselubung.

2021-09-05

0

DanieL

DanieL

saya suka kutipannya: kesempurnaan adalah titik rapuh

2020-09-30

0

Marquez

Marquez

Senja Terakhir pulangnya lewat mana ya, Thor?

2020-09-29

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!