Missing

Pagi-pagi sekali, Pak Tua sudah berkutat memunguti sampah dan mengumpulkan daun-daun kering di sepanjang taman belakang.

Empat orang pria dari kelompok musik masih mengobrol di bangku taman, tak jauh dari Pak Tua. Sesekali mereka berbisik-bisik dan tercenung. Seperti sedang membicarakan sesuatu yang sangat serius dan rahasia.

Pak Tua memperhatikan mereka melalui sudut matanya.

Lalu salah satu dari mereka melirik Pak Tua dengan pandangan curiga. Tak lama pria itu membisikan sesuatu pada salah satu temannya. Kemudian temannya mengikuti arah pandanganya, mengamati Pak Tua.

Pak Tua akhirnya mengalihkan perhatiannya pada dua kantong sampah yang berhasil dikumpulkannya sejak dini hari. Ia sedang menimang-nimang apakah sebaiknya ia membuang kedua kantong sampah di depannya sekarang atau membiarkannya tetap di sana untuk sementara sampai semua pekerjaannya selesai. Pria paruh baya itu kemudian melayangkan pandang ke seluruh taman. Pekerjaanku masih banyak hari ini, pikirnya. Meski tak ada peraturan yang mewajibkan dirinya mengelola taman itu, Pak Tua menganggap pekerjaan itu sebagai tanggungjawabnya.

"Can I help you?" Salah satu pria dari kelompok musik itu menawarkan diri. Ia berjalan perlahan menghampiri Pak Tua.

Ketiga temannya mengernyit memperhatikannya.

Pak Tua menoleh dan mengembangkan senyum. "Pekerjaan ini bisa mengotori tanganmu, Nak!"

Pria berambut sepinggang itu merunduk di depan Pak Tua, mengambil kedua kantong sampah di dekat kakinya. "Saya pernah mengerjakan yang lebih kotor," katanya seraya tersenyum tipis.

Pak Tua mengamatinya dengan dahi berkerut. "Boleh saya tahu siapa namamu?" Ia bertanya.

"Nama saya Jun Andreas," jawabnya, "tapi orang-orang lebih suka memanggil saya Juna!" Ia menambahkan. Setelah itu, Juna mengangkat bungkusan tadi dan berjalan perlahan menjauhi Pak Tua.

Ketiga temannya beranjak dari tempatnya. Salah satu dari mereka menepuk pundak Juna dan mengatakan sesuatu. Setelah itu mereka berpencar meninggalkan taman.

Ika Apriani dan Ester Maria keluar bersamaan dari kamarnya masing-masing. Tak lama kemudian Ary Caroline dan Naomi bergabung bersama mereka. Keempatnya mengenakan seragam training ketat yang sama, sudah tampak siap dengan program olahraga. Tak lama ke empat gadis itu sudah berkerumun di depan pintu kamar Luciana dan berseru bersamaan, "Lucy?! Main yuk....!"

Tidak ada jawaban.

"Lucy?!" Ester mulai mengetuk pintu.

Masih tidak ada jawaban.

"Lucy?!" Keempat gadis itu memanggil bersamaan.

Hening!

"Lucy?!" Suara Ester mulai meninggi. Ia mengetuk-ngetuk pintu kamar Luciana dengan gerakan gusar. Lalu berubah menjadi gedoran. "Lucy....?!"

Ary Caroline menyelinap di samping Ester dan mendorong pintu itu agak keras.

Diluar dugaan, pintu itu terbanting membuka dengan mudah. Ester dan Ary Caroline tercengang.

Ika menyempil di tengah-tengah mereka dan melongokkan kepalanya ke dalam kamar. Tidak ada tanda-tanda Luciana sedang berada di dalam kamar. "Mungkin dia udah di lapangan," komentarnya.

Ester menerobos masuk ke dalam kamar dan memeriksa seluruh ruangan. "Lucy?!" Ester mencoba memanggil sekali lagi. Didorongnya pintu kamar mandi Luciana yang setengah terbuka. Tempat itu juga kosong. Diamatinya seisi ruangan itu dengan teliti. Tempat tidur Luciana sudah tertata rapi. Mungkin Ika benar Luciana sudah di lapangan, katanya dalam hati. "Ayo, kita cari di lapangan!" Katanya kepada ketiga temannya seraya melangkah keluar dari kamar Luciana dan menutupnya.

Jun Andreas menjejalkan bungkusan sampah ke dalam kotak besi yang menempel pada pagar dinding bagian luar di dekat pintu belakang, lalu kembali ke dalam melewati lorong sempit yang mengarah ke lapangan dan dihadang dua orang Paravisi. Juna mematung mengamati wajah keduanya secara bergantian dan melengak tak mengerti.

Kedua Paravisi itu diam saja.

"Execuse me?!" Ester berteriak ke arah Ardian Kusuma seraya melambai-lambaikan tangan dan berlari-lari kecil mendekati pria itu.

Ardian Kusuma mengalihkan perhatiannya dari Monica Debora yang sedang bercuap-cuap di depannya. Entah sedang membicarakan apa.

Ester melirik gadis itu sedikit sinis. "Apa Anda tahu di mana Luciana?" Ester bertanya pada Ardian.

Pria di depannya mengerutkan dahi. Kemudian mengedar pandang ke arah tiga gadis lain di belakang Ester.

"Kita akan membicarakannya lagi nanti, Ard!" Monica Debora menyela. Kemudian berlalu dengan langkah yang dibuat-buat.

"Baik," jawab Ardian Kusuma tanpa menoleh. Pria itu masih mematung memandangi Ester dan kawan-kawannya dengan tampang keruh.

Ester mendengus sebal ke arah Monica Debora.

Tak seorang pun menyukai Monica Debora. Terutama anak-anak perempuan. Gadis itu bergabung di hampir semua program anak laki-laki hanya untuk menonjolkan diri dan mencuri kesempatan untuk mendekati siapa saja yang disukainya.

Tapi bukan itu alasan Ester membenci Monica. Ester hanya tak senang melihat gadis itu terus-terusan mendekati Ardian Kusuma. Ester tahu persis seberapa besar perasaan Luciana terhadap pria itu. Dan Monica Debora kelihatannya sedang gencar-gencarnya mendekati Ardian Kusuma. Ia tak sanggup membayangkan bagaimana getirnya perasaan gadis itu jika ia tahu pria idamannya tengah didekati gadis lain.

Ester menghembuskan napas berat dan menunduk lemas. Sebelah tangannya mengusap-usap kepala Ika yang terus terisak seraya meringkuk di pangkal kakinya.

Naomi dan Ary Caroline duduk bersila di lantai dengan kepala tertunduk. Wajah keduanya juga sama pucatnya dengan wajah Ester.

Sudah lewat pukul tujuh malam. Dan Luciana belum juga ditemukan.

Wajah Ardian Kusuma juga sepucat mayat.

Semua orang berkumpul di ruangan Personality Class. Tapi tak seorang pun bicara selama dua menit terakhir. Semuanya diam. Semuanya bingung. Semuanya ketakutan.

"Sudah tiga orang Talent menghilang dalam dua pekan," cetus Agung Tirtayasa dari tengah ruangan. "Terutama hari ini, kita kehilangan dua Talent sekaligus dalam satu hari," ungkapnya dengan suara yang sedikit bergetar. "Dewi Samudera, Luciana Abram, Jun Andreas..."

"Execuse me?!" Gilang Wibisana menyela. "Sebenarnya kita kehilangan empat orang Talent!"

Semua orang dalam ruangan itu memekik bersamaan dan menatap ke arah Gilang.

"Kalian ingat? Pria berusia 31 tahun?" Gilang Wibisana mengedar pandang.

Semua orang berusaha mengingat-ngingat.

"Seorang Talent yang hampir menyerah pada hari pertama karena kurang percaya diri dengan usianya?!" Gilang mengingatkan.

"Oh, pria itu rupanya..." Komentar yang lain hampir bersamaan. Semua orang masih mengingat wajahnya. Tapi tak seorang pun sempat mengenalnya. Jadi ketika ia menghilang tak ada yang menyadarinya.

"Pria itu bernama Topan Maulana. Dan ia sudah menghilang sejak hari pertama." Gilang menambahkan.

Ester memegangi tengkuknya. Tubuhnya terasa menggigil. Kenyataan ini terlalu mengerikan baginya. Ester mengedar pandang ke seluruh ruangan.

Naomi dan Ary Caroline membekap wajahnya dengan telapak tangannya. Ika Apriani tak berhenti menangis. Monica Debora menggigiti kukunya dengan wajah gugup.

Tak satu pun dari semua Talent perempuan yang wajahnya tidak memucat kecuali Elijah dan Deasy Dengkur.

Deasy Dengkur saat itu sudah meringkuk di kaki Ester bersebelahan dengan Ika Apriani.

Mendengkur!

Elijah bersandar tenang di bahu Guardiannya, Evan Jeremiah seraya menggigiti rumput yang terselip di sudut bibirnya.

Athena berdiri di sisi jendela memunggungi semua orang. Sesekali semua orang meliriknya dengan pandangan curiga. Dewi Samudera menghilang pada hari Athena mengamankannya. Dan semua orang mulai menaruh curiga Athena sebagai dalang dari semua ini. Tapi tak seorang pun berani mengatakannya.

Terpopuler

Comments

Muppet HM

Muppet HM

Tuh, kan... gua kata juga apaaaahhh 😑

2021-09-04

0

KOwKen

KOwKen

haaaahhh.. sepet mataku keasikan baca ampe lupa mandi! titip like dulu,

2020-12-09

6

Marquez

Marquez

Kek cerita di studio nyang dekat rumah JF ya...
suka ada yang ngilang berdua pada waktu yang sama 🙄

2020-09-29

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!