Hari Ketujuh

"Rasanya aku mulai merindukan dunia luar," ungkap Ester Maria seraya menyeka keringat di dahinya dengan punggung tangannya.

Luciana Adam dan Ika Apriani, menatapnya dari depan locker mereka masing-masing.

Sudah genap satu minggu mereka tinggal di gedung MINORITY CENTER. Dan selama itu kegiatan yang mereka lakukan hanya berolahraga, yoga dan berlatih seni bela diri.

Dua hari pertama, Ika Apriani sudah mulai merengek meminta pulang. Hari berikutnya, gadis itu hampir tak berhenti menangis siang dan malam.

Ester Maria membuka locker-nya mengeluarkan handuk dan seragam asrama berwarna hitam. "Apa kalian tidak merasa di tempat ini kita diperlakukan seperti tentara?" Ester bertanya.

"Gue sih suka program pelatihan militer!" Komentar Elijah yang tahu-tahu sudah berada di tengah-tengah mereka.

Ketiga gadis itu sontak menjerit bersamaan, "ini locker cewek!"

Elijah mengerang, "gue perempuan!"

Ketiga gadis itu memelototi Elijah dari atas hingga ke bawah.

Sulit membedakan Elijah setelah mereka semua mendapatkan pakaian seragam yang lebih mirip dengan seragam SWAT dalam film hollywood. Tinggi Elijah mencapai 170, selain itu Elijah juga memiliki bahu yang tergolong cukup lebar, tubuhnya kurus dan dadanya rata, potongan rambutnya tidak lebih pendek dari potongan rambut anak laki-laki.

Ketiga gadis di depan Elijah itu cengar-cengir antara menyesal dan belum percaya. "Maaf," katanya bersamaan.

Elijah bergumam pelan seraya menyelipkan sebatang rokok di sudut bibirnya.

Memangnya di sini diijinkan merokok? Dari mana dia bisa mendapatkan rokok? Ester bertanya-tanya dalam hati. Seingat Ester, Luciana juga pecandu rokok. Tapi sejak mereka berada di tempat ini, Ester tidak pernah lagi melihatnya merokok.

Elijah membuka locker dan mengeluarkan selembar handuk. Setelah menutup kembali pintu locker-nya, ia melirik ketiga gadis itu, sebelum akhirnya berlalu menjauhi mereka.

Ketiga gadis itu masih membeku mengamati Elijah sampai ia menghilang dari ruangan.

"Kira-kira dia tersisih dari masyarakat karena penyimpangan sexual bukan ya?" Ika Apriani bertanya begitu polosnya. Membuat Luciana sontak membekap mulutnya. Sementara Ester meledak tertawa.

"Aku masih penasaran, kenapa Athena bisa membawamu ke sini, padahal kamu punya pekerjaan?" Luciana bertanya. "Katanya MINORITY CENTER hanya menampung orang-orang yang terbuang di masyarakat?!" Luciana bertanya ketika mereka berjalan menyusuri koridor yang menghubungkan ruang locker dengan kamar mandi putri.

Ester mengamati Luciana beberapa saat sebelum menjawab, "sebenarnya... Malam itu adalah hari terakhirku bekerja di Coffee Shop." Ungkapnya ragu-ragu.

Luciana balas menatapnya, "jadi, malam itu Athena memang berniat menjemputmu?" Luciana bertanya lagi.

"Tidak juga," jawab Ester. "Maksudku, entahlah. Malam itu aku juga belum kenal Athena. Ingat?!" Ester balas bertanya.

"Benar juga," komentar Luciana. Diam-diam gadis itu merasakan bulu kuduknya mulai meremang. Segala sesuatu yang menyangkut sosok Athena selalu dipenuhi misteri yang sulit dijelaskan dengan akal. Kadang ia merasa Athena bukan manusia biasa.

Tiba-tiba suara jeritan melengking dari dalam kamar mandi putri. Membuat ketiga gadis itu memekik bersamaan, lalu menghambur mencari asal suara itu.

"Siapa di dalam?" Luciana menggedor pintu kamar mandi yang saat itu terkunci.

Jeritan itu kembali melengking. Lalu dalam waktu singkat terdengar suara-suara berderap dari koridor.

Paravisi pasti sedang menuju kesini, pikir Luciana.

Dan benar saja, Athena bersama Senja Terakhir berada di barisan paling depan menuju kamar mandi putri. Disusul beberapa gadis dan sejumlah pria.

Athena mengacungkan sebelah tangannya kepada semua orang di belakangnya, membuat semua orang itu serentak menghentikan langkah. Ia berjalan cepat menghampiri kamar mandi yang terkunci itu, sementara Senja Terakhir berjaga di pintu masuk. Elijah berdiri di samping Senja dengan wajah datar. Sementara anak lainnya berjubal di belakang mereka.

Ester Maria dan Luciana menyingkir dari pintu ketika Athena mendekati pintu. Sementara Ika hanya berdiri gemetar di dekat pintu masuk dengan berurai air mata.

Athena berhasil mendobrak pintu kamar mandi dengan sekali hentak.

Membuat Ester dan Luciana menelan ludah dan bertukar pandang.

Dengan gesit, Athena menerobos masuk ke dalam kamar mandi seraya berkata, "it's okay, Sweetheart!"

Ester dan Luciana masih beradu pandang ketika didengarnya jeritan itu berhenti kemudian dilanjutkan isak tangis.

Dari cara Athena bicara, Senja sudah langsung tahu siapa gadis yang sedang berada dalam kamar mandi itu.

"Ladies, tolong bawakan handuk dan pakaian baru!" Perintah Athena, berteriak.

Beberapa gadis di luar kamar mandi terdengar berlarian menuju ruang locker putri.

Senja dan Elijah masih berjaga di depan pintu ketika mereka mendengar Ika juga mulai terisak keras. "Are you ok?" Senja bertanya pada gadis itu. Tapi dijawab rengekan yang semakin keras. Membuat Senja dan Elijah bertukar pandang.

Ester dan Luciana akhirnya menghampiri dan menenangkan Ika. "It's ok," kata Ester. Menirukan gaya bicara Athena. "Cuma anak cengeng sepertimu!"

Elijah menghela napas seraya memutar-mutar bola matanya menanggapi komentar Ester.

Senja tersenyum masam. Gadis dalam kamar mandi itu adalah talent rekomendasinya, Dewi Samudera. Seorang gadis introvert dengan serentet riwayat trauma. Gadis itu phobia pada ruang sempit dan ruang tertutup juga benda-benda logam seperti dirinya. Terutama kunci dan rantai besi. Pada hari di mana ia dan Ryan Gunawan menutup pintu besi, Athena terus-terusan mengacungkan tangannya untuk menguatkan Senja. Hanya pada saat bersama Athena ia bisa mengatasi seluruh ketakutan dalam dirinya. Pada saat bersamaan, ia juga melihat Dewi Samudera gemetar ketakutan di bangku peserta ketika ia mendengar benturan logam. Tapi hari itu semua orang tak menyadari keberadaannya. Gadis itu memilih tempat duduk paling belakang di sudut ruangan.

Hari itu Athena mengerahkan seluruh tenaga dan perhatiannya untuk membentengi semua orang dengan riwayat phobia yang jumlahnya tidak sedikit. Dan hal itu menjadi semakin tak mudah ketika ia juga harus menaklukan mental para pemberontak dalam satu waktu sekaligus. Belum lagi beban mental yang harus ditanggungnya ketika semua orang mengalami konflik batin, Athena juga terpaksa harus menampung seluruh pukulan mental yang tertangkap oleh indera keenamnya melalui getaran emosi orang lain di sekitarnya. Hal-hal semacam itu biasanya cukup menguras banyak energi dari tubuh Athena. Secara fisik Athena memang nyaris tak pernah terlibat pekerjaan berat. Tapi energinya terkuras hampir sepanjang waktu tanpa bisa ia hindari dan tak jarang pula Athena mendadak terpuruk tanpa sebab yang jelas.

Senja tak bisa membayangkan bagaimana reaksi gadis-gadis itu seandainya mereka tahu kebenaran tentang Athena. Apakah mereka masih berani mencemooh seperti itu?

Beberapa saat kemudian gadis-gadis tadi sudah kembali dari ruang locker putri. Salah satu dari mereka menyodorkan handuk dan seragam baru ke arah Ester. Ester pun menerimanya kemudian membawanya kepada Athena. Begitu sampai di mulut pintu, Ester tercengang dan tak bergerak.

Athena mengambil pakaian dan handuk di tangan Ester dengan cepat. Kemudian buru-buru menutup pintu kamar mandi itu.

Ester masih tertegun menatap pintu itu tanpa berkedip. Kedua tangannya masih terulur seperti ketika handuk dan pakaiannya masih berada di tangannya.

Luciana juga tercengang menatapnya. "Ester," Luciana mencoba menegurnya.

Tapi Ester tak bereaksi.

"Ester?!" Luciana menegurnya sekali lagi, kali ini setengah berteriak.

Gadis itu menoleh, tapi tampak pucat dan kebingungan. Seperti sedang tak sadarkan diri. Kedua tangannya masih belum bergerak.

Tak lama kemudian Athena membuka pintu dan melangkah keluar menuntun Dewi Samudera.

Ester memekik tertahan menatap kedua sosok itu setengah tak percaya. Tak lama kemudian tubuhnya limbung dan akhirnya jatuh pingsan.

Begitu membuka mata, Luciana dan Ika memberondongnya dengan banyak pertanyaan.

"Ceritakan padaku apa sebenarnya yang terjadi?" Luciana mendesaknya tak sabar.

"Aku..." Ester menggantung kata-katanya dan berpikir agak lama sebelum ia dapat melanjutkan ceritanya. "Aku dipecat," ungkapnya sekenanya.

"Yaelaaahhh...." Ika mengerang seraya menjatuhkan wajahnya ke bantal, tepat di sisi tempat tidur Ester.

Luciana membekap mulutnya dengan telapak tangannya menahan tawa.

Ester diam saja. Masih bingung dengan pertanyaan-pertanyaan kedua temannya. Ia bahkan belum sadar apa yang sedang terjadi. Ingatan pertama yang melintas dalam kepalanya saat ia membuka mata adalah kejadian di Coffee Shop pada hari ia dipecat. Aneh sekali, batinnya.

Terpopuler

Comments

Nusan

Nusan

suasananya terasa banget kayak di asrama...
asrama tentara 😂

2021-06-30

0

Ard

Ard

istirahat dulu deh...
Mata mulai pedes

2020-12-28

0

Ard

Ard

Good job, Sweetheart...👏👏👏
Maaf baru sempet baca.

Tetap semangat, ya!

2020-12-28

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!