Kemana Perginya Dewi Samudera?

Di pekarangan belakang gedung itu, ada tanah lapang yang dijadikan sirkuit, lapangan bola, dan juga taman sekaligus arena pelatihan fisik lainnya. Semua talent berkumpul di tempat itu pada sore hari hingga malam. Sebagian hingga pagi lagi.

Pak Tua, sedang asik mengumpulkan daun-daun kering di sepanjang taman seraya bersiul-siul.

Sementara Deasy Dengkur, Si Gadis Kurus Berwajah Sendu, sudah meringkuk di atas rerumputan, terlelap berbantal sebelah kaki Agung Tirtayasa.

Jonathan Van Allent bermain basket sendirian.

Evan Jeremiah sedang mendemonstrasikan beberapa trik berkendara kepada Elijah.

Sementara Senja dan Ryan Gunawan berkerumun di tepi lapangan bersama beberapa anak laki-laki yang sedang bersiap untuk berlatih capoeira.

Monica Debora, gadis pesolek yang paling menjunjung tinggi penampilan, sedang sibuk menata rambut di sebuah bangku kayu, di bawah pohon akasia. Sesekali ia mencuri-curi pandang ke arah Ardian Kusuma yang tampak murung di kap mobilnya.

Luciana mendelik sebal mengawasi gadis itu seraya menekuk mukanya.

Sementara Ika Apriani dan Ester Maria tengah terlibat percakapan serius seputar kabar hilangnya Dewi Samudera, bersama teman baru mereka, Naomi dan Ary Caroline.

Setelah peristiwa yang terjadi di kamar mandi putri, Dewi Samudera tak pernah kembali lagi. Tak seorang pun berani menanyakan keberadaannya pada Athena. Dan Athena sendiri bahkan tak pernah membahasnya lagi. Lebih tepatnya, tak seorang pun peduli.

Keberadaan Dewi Samudera memang nyaris tak pernah menarik perhatian. Keberadaannya semacam makhluk transparan yang berkeliaran di sekitar kita namun tak banyak yang menyadarinya. Tapi ketidakstabilan emosinya yang diluar batas kewajaran kerap mengundang penasaran banyak orang. Dan hal itulah yang membuat semua orang menyadari eksistensinya.

"Jangan-jangan Dewi Samudera di pasung di ruangan rahasia!" Ary Caroline berkomentar.

"Hush! Jangan sembarangan, siapa tahu Dewi Samudera cuma menjalani terapi." Naomi menanggapi.

"Bisa jadi!" Ester menimpali.

"Jangan-jangan Dewi Samudera udah pulang?!" Komentar Ika.

"Pulang kemana?" Ketiga gadis di depan Ika bertanya bersamaan.

"Ke Rahmatullah," jawab Ika seenak perutnya.

Ketiga temannya serentak mengerang.

Meski demikian, Ester tetap saja merasa merinding.

"Mungkin Ika sedikit keterlaluan. Tapi perkiraan Ika ada benarnya juga. Mengingat kondisi psikisnya yang cukup parah, bisa saja Dewi Samudera melukai dirinya sendiri dan akhirnya kritis!" Naomi memberanikan dirinya mengemukakan pendapat. "Lagi pula siapa yang tahu nasib kita juga seperti apa kedepannya. Kita gak kenal mereka." Naomi memelankan suaranya menjadi hanya berupa bisikan. Sebelah tangannya tertangkup di sudut bibirnya membentuk corong.

Ketiga gadis itu bergidik bersamaan.

Menyadari kemungkinan buruk sedang menanti, setiap orang pasti merasa ngeri.

Tapi bukan itu yang membuat Ester merinding. Hari ketika Dewi Samudera menjerit-jerit di dalam kamar mandi, kemudian Ester membawakan handuk dan baju ganti, Athena sebetulnya hanya sendirian di dalam kamar mandi itu. Hanya ketika Athena membukakan pintu untuk kedua kalinya, Ester baru melihat Dewi Samudera dituntun keluar. Kejadian itu sudah seminggu berlalu. Tapi Ester masih mengingatnya dengan cukup baik. Meski begitu Ester masih tak berani menceritakannya pada orang lain. Orang lain pasti mengira dirinya sudah sinting. Ia sendiri bahkan tak mau mempercayainya. Barangkali penglihatannya saat itu sedang terganggu.

"Weyy... Weyyy...." Ika tiba-tiba beranjak dari duduknya kemudian berlari seraya melambai-lambaikan tangannya ke arah Ryan yang baru saja menyalakan sepeda motornya dengan masih mengenakan pakaian capoeira. "Gun... Tunggu..." Ika tahu, kebiasaan Ryan di setiap waktu istirahat. Ryan biasanya hanya berbelanja minuman di luar gedung. Dan Ika biasanya memanfaatkan kesempatan itu untuk menghirup udara bebas menurutnya.

Tapi begitu mengetahui Ika sedang berlari ke arahnya, Ryan justru sengaja menjalankan sepeda motornya melewati Ika dan meninggalkannya. Hanya untuk menggodanya.

"Setaaannn....!" Teriak Ika pada Ryan kemudian menarik perhatian semua orang.

Luciana dan ketiga teman lainnya memperhatikannya sambil tertawa-tawa.

Tak lama Ika melihat Senja berjalan menuju sepeda motornya. "Hey, Senja Belakangan!" Ika berteriak memanggilnya.

Membuat semua orang yang mendengarnya tergelak.

"Senja belakangan gak luh..." Komentar Elijah di sisi Evan Jeremiah.

Keempat temannya mulai terpingkal-pingkal.

Senja menoleh ke arah gadis itu dengan kedua alis saling bertautan.

"Ikuuuttt...." Ika merengek.

"Ikut ke mana?" Senja bertanya kalem seraya membuka jok motornya.

"Ikut Igun," rengeknya lagi, memasang tampang kekanak-kanakan. Diamatinya Senja yang kemudian sibuk menjejalkan buntalan seragam capoeira ke dalam box bagasi di bawah jok motornya. Kemudian mengerang kecewa begitu menyadari Senja tidak pergi ke mana-mana.

Semua orang yang sejak tadi memperhatikannya kembali tergelak memperoloknya.

Membuat Ika semakin merajuk.

"Hayu, hayu, sini, mau ikut gak?" Reyhan Ibrahim, menggodanya. Anak laki-laki itu berjalan ke arah parkiran seraya melambai-lambaikan tangannya ke arah Ika. "Hayu?!" Anak laki-laki itu juga termasuk salah satu dari tim capoeira.

"Lu mau kemana?" Ika bertanya dengan polosnya.

"Ke ruang ganti cowok," jawab Reyhan dengan tergelak.

Diikuti gelak tawa yang lainnya.

Ika menghela napas seraya mengembungkan mulutnya. Ia memelototi Reyhan kemudian mengedar pandang memelototi semua orang.

Tapi sikapnya itu justru membuat yang lain semakin senang memperoloknya.

Setelah lebih dari dua pekan tinggal bersama dan mulai saling mengenal satu sama lain, hubungan mereka semakin dekat dari hari ke hari. Dan sudah terlihat seperti keluarga sendiri. Terutama Pak Tua yang menjadi satu-satunya Talent paling berumur, diperlakukan paling istimewa selayaknya ayah bagi semua.

Perkembangan itu membuat Athena diam-diam tersenyum bangga.

Luciana memperhatikan Athena ketika perempuan itu tahu-tahu sudah berdiri di koridor, mengawasi kegiatan bebas itu tanpa berkedip.

Perempuan itu mematung cukup lama di tempat itu dan tak seorang pun menyadarinya kecuali Luciana.

Luciana menelan ludah menyadari perempuan itu ternyata sedang memandangi Ardian Kusuma. Ia berusaha menebak-nebak perasaan macam apa yang mungkin terlintas di dalam hatinya ketika Athena menatap Ardian.

Luciana kemudian mengalihkan perhatianya ke arah Ardian yang masih bertengger di atas kap mobilnya dengan wajah masam. Kemudian mendelik ke arah Monica Debora yang tak lepas memelototi Ardian Kusuma sejak beberapa jam yang lalu.

Terbersit kekuatiran besar dan rasa cemburu di dalam hatinya mendapati kenyataan bahwa pria yang dikaguminya selama ini ternyata juga dikagumi oleh perempuan lain. Ia mungkin tak harus kuatir mengenai Monica Debora. Bagaimana pun cantiknya Monica, ia percaya Ardian Kusuma tak punya minat pada perempuan yang suka bersolek.

Berbeda dengan Athena. Mengingat kejadian minggu lalu, tak jarang membuat Luciana mendadak salah tingkah setiap kali ia berhadapan dengan Athena. Sampai sekarang, Luciana masih belum bisa memastikan bagaimana seharusnya ia menentukan sikap di depan Athena. Ia bahkan masih belum bisa memahami perasaannya terhadap Athena. Kadang ia merasa takut, kadang ia merasa segan, kadang ia juga merasa tak nyaman jika harus berlama-lama dengan Athena.

"Lucy?!" Ester berteriak di dekat telinga Luciana

Luciana tersentak, lalu tercengang menatap wajah Ester yang sedang merunduk di atas kepalanya, ia mengedar pandang dan terhenyak. Pekarangan itu ternyata sudah mulai sepi.

"Mau begadang di sini bereng om-om metal?" Ika bertanya seraya menunjuk sekumpulan pria berambut panjang di bangku taman. Usia rata-rata mereka 30 tahun ke atas. Mereka adalah kelompok musik yang biasa begadang di taman hingga pagi hari.

Luciana segera beranjak dari tempatnya kemudian mengedar pandang sekali lagi. Athena dan juga Ardian Kusuma sudah tak ada di tempatnya masing-masing.

Sepanjang koridor, Luciana masih berusaha mencari-cari sosok Ardian. Sudah satu minggu mereka tak saling bicara sejak Luciana memergokinya bersama Athena. Luciana masih kesal dan kecewa padanya. Tapi hati kecilnya tak bisa dipungkiri. Ada semacam lubang besar di dalam hatinya yang semakin hari terasa semakin dalam selama mereka tak bertegur sapa.

Begitu sampai di asrama, kelima gadis itu berpamitan satu sama lain dan berpencar ke kamarnya masing-masing.

Luciana membuka pintu kamarnya dan tertegun di mulut pintu. Di bawah pintunya terselip secarik kertas berisi pesan pendek yang berbunyi:

Kita harus bicara, Sweetheart.

Kutunggu sekarang di serambi lantai 13.

Love: Ardian Kusuma

Terpopuler

Comments

Lulu Medeiros

Lulu Medeiros

Notenya singkat tapi bikin imajinasi gue jalan-jalan, kak 😂

2021-09-04

0

Muppet HM

Muppet HM

Lucy ikut ngilang dah abis ini pasti 😌

2021-09-04

0

Nang Sky

Nang Sky

diajak kelantai 13 😱
ngapain tuch? 😶

2020-09-28

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!