Drama Van Allent

Program olahraga pagi ini terasa jauh lebih sepi dari meditasi. Semua Talent mendadak menjadi pendiam setelah serangkaian peristiwa yang terjadi belakangan ini.

Tidak ada lagi suara anak perempuan yang berbincang-bincang ketika mereka sedang berlari mengelilingi lapangan bola. Tidak ada lagi suara anak laki-laki berkelakar yang saling meneriaki lelucon satu sama lain ketika jam istirahat berlangsung. Setiap program terasa menjadi seperti pelatihan militer di bawah komando otoriter.

Reyhan Ibrahim dan Jonathan Van Allent berjalan berdampingan di koridor menuju lapangan. Kedua anak laki-laki itu mengenakan seragam capoeira.

Elijah memalingkan wajahnya memandang Jonathan setengah tak percaya. Ia tak pernah menduga Jonathan akhirnya memilih program capoeira.

Jonathan balas memandangnya dengan diam-diam.

Sejak hari pertama mereka tinggal di MINORITY CENTER, keduanya sudah tak pernah bertegur sapa setelah Jonathan menyatakan bahwa Elijah adalah kakak perempuannya.

Elijah sebetulnya hanya tak senang disebut kakak perempuan. Sementara Jonathan menganggapnya sebagai penyangkalan. Jonathan mengira Elijah menolak mengakui dirinya sebagai saudara. Sementara Elijah tak mau terima dirinya disebutkan sebagai perempuan. Arah pikiran keduanya jelas bertolak belakang dan akhirnya menimbulkan salah paham.

Bahkan setelah Evan Jeremiah coba menengahi mereka, kedua kakak-beradik itu tetap bertahan dengan persepsinya masing-masing yang sudah jelas berbeda arah.

Evan Jeremiah menghela napas dan memijat-mijat dahinya yang berkerut-kerut sepanjang pagi. Sejak semalam ia berpikir keras, mencari penjelasan mengenai semua peristiwa yang terjadi belakangan ini. Bagaimana caranya dua orang menghilang sekaligus hanya dalam hitungan detik?

Ia mungkin tak heran jika hal itu terjadi hanya kepada Athena. Bagaimana pun juga sosok Athena selalu berhasil mencetak fenomena misteri yang tak logis. Tapi semuanya terasa menjadi tak masuk akal ketika hal itu terjadi pada Valentine. Valentine adalah Paravisi ahli metode. Bukan ahli visi paranormal seperti Athena dan Senja.

"Tampan?!"

Evan tersentak.

Seorang gadis memanggilnya agak berteriak tak jauh dari sisinya.

"Monica?!" Evan gelagapan begitu menyadari Monica Debora tahu-tahu sudah ada di dekatnya.

"Boleh gabung di tim racing?" Monica bertanya.

"Ok, tentu saja." Evan menjawab refleks. Masih terkejut dengan kehadiran Monica. "Silahkan bergabung dengan yang lain!" Ia mempersilahkan.

"Tapi aku belum pernah mengendarai sepeda motor," ungkap Monica Debora dengan nada manja. "Aku butuh panduan dasar dan pendamping juga!" Monica Debora menjelaskan seraya mendekatkan wajahnya ke wajah Evan.

Evan mengernyit dan menjauhkan wajahnya dari gadis itu. Kemudian mengedarkan pandangannya ke arah sirkuit. "Elijah!" Evan berteriak lantang memanggil Elijah.

Gadis itu sedang duduk bersila di atas rumput di sisi sepeda motornya di tepi sirkuit. Ia mengangkat wajahnya dari layar ponselnya kemudian menoleh ke arah Evan. Tak lama gadis itu menghampirinya. Gadis itu berdiri bertolak pinggang di depan Monica Debora kemudian mengamati wajah Monica dan juga Evan secara bergantian seraya menggigiti rumput yang terselip di sudut bibirnya.

"Ajari Monica mengendarai sepeda motor!" Evan memerintahkan.

"Elijah juga lagi belajar kan? Aku gak mau jadi penghambat kemajuan Elijah," protes Monica.

"Jadi mau lu gimana maksudnya?" Elijah bertanya terus terang.

"Aku gak mau ganggu waktu kamu," tukas Monica Debora.

"Gue tanya mau lu apa?" Elijah bertanya lagi setengah menghardik.

"Aku mau belajar sama Evan aja." Monica menjawab.

"Lu niat gak sih mau belajar?!" Tanya Elijah ketus.

"Iya, aku mau belajar sama Evan!" Monica menjawab dengan nada tinggi.

"Kalo lu niat belajar harusnya lu gak pilih-pilih pelatih sendiri. Lu kira di sini sirkuit pribadi bapak moyang lu!" Balas Elijah dengan nada tak kalah tinggi.

Evan mengawasi kedua gadis itu seraya bersedekap.

"Soal pilih memilih kan hak asasi. Gak ada larangan di sini buat pilih-pilih pelatih atau pilih-pilih tim sendiri. Kita semua di sini diberi kebebasan yang sama untuk memilih. Itu namanya inisiatif. Inisiatif di sini sangat dianjurkan. Paham?" Monica membalasnya lagi dengan Nada lebih tinggi.

"Lu gak serius kan pengen gabung di tim ini?" Elijah menurunkan nada bicaranya.

"Bukan urusanmu!" Monica menjawabnya dengan ketus.

Evan Jeremiah mengernyit seraya memalingkan mukanya ke samping menahan ngeri. Rasanya aku punya firasat buruk, katanya dalam hati.

Jonathan Van Allent tengah menenggak air mineral dari botolnya ketika ia mendengar Reyhan Ibrahim memekik, "Elijah berantem!" Membuat Jonathan tersedak dan terbatuk.

Monica Debora menjambak rambut Elijah dan berusaha membenturkan kepala Elijah dengan lututnya.

Tapi Elijah justru menundukkan kepalanya dan menekuknya lebih dalam seraya mengayunkan kakinya kebelakang tubuhnya dan mendaratkannya tepat di kepala Monica.

Monika memekik terkejut. Kemudian terhuyung dan terjerembab. Gerakan itu jelas di luar dugaannya. Setahu Monica, jika lawan sudah kena jambak gerakannya akan terkunci dan sudah tidak bisa berkutik lagi.

Tekhnik khas berkelahi perempuan memang seperti itu. Tapi Monica Debora lupa, Elijah tidak suka diperlakukan seperti perempuan.

Mengetahui lawannya tidak seimbang, Elijah akhirnya mengurungkan niatnya untuk melanjutkan perkelahian itu.

Evan Jeremiah tersenyum tipis. Ia sudah tahu Elijah akan menyerah. Itu sebabnya ia tidak berusaha melerai keduanya.

Naluri liar Elijah hanya berlaku untuk lawan yang lebih liar. Lawan yang lemah, bisa menjatuhkan harga dirinya. Kelemahan lawan adalah kelemahannya.

Elijah membeku di atas sepeda motornya dengan mulut terkatup. Debar jantungnya masih berdebar memburu tak beraturan. Emosinya belum tuntas. Ia membutuhkan pelampiasan. Tapi tak seorang pun berani mencari perkara dengannya. Bahkan untuk sekedar mendekat. Gadis itu menghembuskan napas berat berkali-kali.

Ika mengamati Elijah dari seberang lapangan basket ketika Jonathan Van Allent diam-diam menghampiri kakaknya. Jonathan melangkah ragu-ragu ketika ia hampir mendekati kakaknya. Ika menebak sebentar lagi Elijah pasti akan kembali mengamuk begitu menyadari Jonathan sudah berada di sana. Tapi ternyata tidak. Elijah menoleh menatap Jonathan kemudian menunduk sebentar sebelum akhirnya meninju lembut bahu Jonathan seraya mengatakan sesuatu. Kelihatannya kedua kakak-beradik itu sudah mulai berdamai, pikir Ika.

Tak lama kedua kakak-beradik itu sudah berkendara bersama meninggalkan parkiran.

"Gun, gue boleh tanya sesuatu nggak?" Ika berusaha memecah keheningan.

Ryan saat itu sedang berbaring di rumput di dekat Ika dan ketiga temannya dengan masih mengenakan seragam capoeira. "Jangan tanya kapan meninggal!" Ryan menanggapi.

Naomi dan Ary Caroline meringkik mendengar percakapan itu. Sementara Ester sudah berubah introvert seperti Dewi Samudera semenjak Guardiannya menguap. Sudah tidak ada lagi hal yang mampu membuatnya tergelitik untuk merespon apa pun yang terjadi di sekitarnya.

"Sebenernya Program Minority Talent ini tujuannya buat apa sih, Gun?" Ika bertanya lagi.

Naomi dan Ary Caroline serentak menoleh.

"Kan udah dijelasin di hari pertama," komentar Ryan.

"Gue gak ngerti bahasa Paravisi, kata-katanya terlalu puitis." Ika berkilah.

"Gue juga Paravisi," balas Ryan. "Tapi gue gak puitis!"

"Gue juga heran kenapa orang kayak lu bisa jadi Paravisi," komentar Ika menimpali.

Ryan langsung mendongak menatap wajah Ika seraya mendelik.

Terpopuler

Comments

Farra Ayien

Farra Ayien

mereka kakak beradik so sweet ya 🥰

2021-10-12

0

Nang Sky

Nang Sky

ada aje jurusnye si Monica 😆

2020-09-29

1

Ai

Ai

hahaha...

Ika: gue gak ngerti bahasa Paravisi. kata"nya terlalu puitis.

ryan: gue juga Paravisi tapi gue gak puitis

Ika: gue juga heran orang kyk lu bisa jadi Paravisi

ryan: mendelik

gue: ngakak sembari guling"an

2020-09-18

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!