Bab 9 Moment Kakak dan Adik

Iris yang kehabisan ide untuk pergi diam-diam dari rumah seorang diri, tiba-tiba mendapatkan ide untuk menjual nama sang pangeran mengingat dirinya yang selalu diizinkan menemui sang pangeran di ibukota istana kerajaan dengan sedikit pengawalan atau bahkan terkadang tanpa pengawalan. Iris pun bangkit dari tempat tidurnya berjalan melewati lorong-lorong yang sepi menuju ke ruangan kerja sang kakak yang menggantikan sang ayah yang sedang tidak berada di tempat.

"Tok... Tok... Tok..."

"Kakakku Sian tersayang, aku datang berkunjung apakah aku boleh masuk ke dalam?" tanya Iris dibalik pintu yang besar itu

"Masuk saja, pintu kakak tidak pernah terkunci untuk dirimu," Jawab Sian dengan senyuman kecil menatap ke arah pintu masuk

Iris dengan sangat cepat berjalan masuk ke dalam ruangan dan duduk di sofa yang tidak jauh dari meja kerja sang kakak dengan senyuman yang tidak jelas, akan tetapi langsung dipahami oleh Sian.

"Ada apa kamu datang ke ruangan kerjaku di larut malam begini? Tidak bisa tidur ingin ditemani?"

"Mau sampai kapan kamu bersikap seperti anak kecil?" tanya Sian dengan senyuman menatap sang adiknya yang menggunakan baju tidur dengan boneka kelinci yang besar

"Bukan tau, hump!!"

"Aku ini sudah besar dan aku tidak akan melakukan itu tapi, bagaimana bisa kakak mengatakan hal semacam itu?" ucap Iris dengan cemberut tidak terima dikatakan seperti seorang anak kecil

Terkadang atau sesaat Iris merindukan momen adik kakak seperti ini. Saling mengejek atau saling memberikan candaan, saling tertawa bersamaan di akhir pertengkaran dan melakukan hal menyenangkan lainnya seperti saudara pada umumnya. Namun, dia mengingat masih ada tanggung jawab yang begitu besar yang harus dia selesaikan untuk bisa mendapatkan banyak waktu semacam itu. Tanggung jawab akan perbuatannya dimasa lalu yang merugikan banyak orang termasuk keluarganya sendiri.

"Baiklah, jika bukan itu kemudian apa? Tidak mungkin kamu datang tiba-tiba karena kamu kangen padaku apalagi di larut malam seperti ini?" ucap Sian dengan salah satu alis yang terangkat dan tangan yang berhenti berkerja

"Ehehe... Jadi ketahuan?"

"Aku besok apakah boleh pergi ke istana kerajaan?"

"Tiba-tiba saja aku merindukan pangeran dan kami sudah lama tidak bertemu,"

"Bolehkan kakakku tersayang yang tampan dan jenius calon kepala keluarga yang terbaik?" ucap Iris dengan pujian-pujian manis dan tatapan memelas kepada sosok yang tidak jauh jaraknya

Sian menghela nafas panjang dan meletakkan pena bulunya ke sebelah kertas yang dia tulis. Sian tidak menyangka pertemuan antara Iris dengan sang pangeran sore ini, setelah membahas pekerjaan dengannya membuat Iris kembali menjadi sosok yang buta cinta. Tapi, Sian sama sekali tidak bisa mengatakan tidak kepada adik kesayangannya itu. Dimatanya Iris adalah gadis atau adik yang sangat berharga, sebab janji telah dia buat dengan sang ibu sebelum meninggal dunia adalah menjaga adik kecil satu-satunya ini.

"Iris, kakak tau tidak berhak memberikan dirimu nasehat tapi kakak harap kamu juga melihat ke arah sekitarmu selain hanya tertuju kepada sosok laki-laki itu,"

"Kakak yakin kamu akan bisa mendapatkan sesuatu yang lebih baik dibandingkan dengan dirinya,"

"Baiklah, akan kakak izinkan dan kakak harap kamu pulang tepat waktu," ucap Sian dibalas dengan senyuman oleh Iris dan anggukan

Setelah mendapatkan izin keluar rumah, Iris kemudian kembali ke kamarnya dengan merebahkan diri ke atas tempat tidurnya memandangi langit-langit kamar yang memiliki ukiran indah berlapis emas. Iris paham dengan baik ucapan dari kakak laki-lakinya, sebuah nasehat sekaligus peringatan untuk tidak terlalu terjerumus ke dalam cinta yang hanya sebelah pihak sebelum nantinya sakit hati.

"Tenang saja kak, aku akan lebih memfokuskan diri untuk mencari banyak uang dan bersantai di kehidupanku ini,"

"Hingga nantinya aku bisa bergoyang-goyang kaki di atas tempat tidur berlapis emas," Gumam Iris yang kemudian tertidur lelap karena kelelahan

Keesokan harinya Iris menggunakan gaun yang sederhana dan langsung berangkat menuju ibukota tanpa sarapan ataupun berpamitan sebelum berangkat dengan Sian. Iris begitu terburu-buru sebab dia harus melakukan rencana yang merepotkan dan menghabiskan waktu untuk benar-benar bisa sampai di istana kerajaan sungguhan.

Di dalam perjalanannya dari dalam kereta kuda Iris melihat banyak orang-orang menanam tanaman untuk bertahan hidup, ada orang yang melakukan jual beli dan bahkan ada orang-orang yang berkeliling di kota dengan seragam kesatria yang lengkap dengan tujuan menjaga kota kecil atau desa-desa sekitar tetap aman. Iris amat senang melihat keluarganya yang masih dengan baik terurus, beberapa jam berlalu akhirnya Iris sampai ke dalam ibukota kerajaan.

"Tuan, turunkan aku di dekat toko kue yang terkenal itu,"

"Sebelum bertemu dengan pangeran aku tidak akan sopan tidak membawakan kue sebagai hadiah berkunjung dan aku ingin sarapan di sana jadi, kalian semua tidak boleh mengikuti aku,"

"Ini adalah perintah jika kalian masih bersikeras untuk ikut aku pastikan kepala kalian tidak akan berada di atas kepala," ucap Iris dengan dingin dan kening berkerut sambil mengeluarkan kipas tangannya menunjukkan dirinya begitu angkuh dan orang-orang tidak akan berhak untuk mengatur dirinya

Mendengarkan ucapan dari Iris dengan cepat kusir memberhentikan keretanya dan pengawal yang ikut hanya membuka pintu, tapi tidak berani mengikuti Iris masuk ke dalam toko kue itu. Iris yang turun berjalan masuk ke dalam toko kue itu, dengan puluhan mata yang fokus ke arahnya ketika masuk ke dalam toko kue itu. Sang pemilik toko kue dengan cepat melayani Iris mengingat rumor buruk mengenai sikap Iris yang tidak sabaran dan cepat naik pitam ketika dia tidak didahulukan. Sang pemilik toko kue tau betul juga jika Iris sudah bersikap maka pelanggan lain yang makan di tempat itu akan merasa sangat terganggu, oleh karena itu untuk mengantisipasinya dia sendiri yang memasang badan melayani.

"Nona, apakah ada yang bisa saya bantu?" tanya sang pemilik toko dengan gugup

"Aku ingin kue yang tidak terlalu manis satu tapi dengan tampilan yang elegan dan kue coklat yang ini dibungkus," ucap Iris menunjuk kue yang berada di pajangan

Sang pemilik toko kue dengan cepat membungkus pesanan Iris, setelah selesai dibungkus Iris membayar kue-kue itu dan bahkan memberikan uang lebih karena pelayanan yang baik.

"Ah, tambahan aku ingin keluar melalui pintu belakang toko ini," ucap Iris dengan kipas tangan yang menutup membuat sang pemilik toko sesaat merasa kebingungan tapi dengan cepat dia membimbing Iris menuju ke pintu belakang toko kue sedangkan kusir dan pengawalnya menunggu tidak jauh dari toko kue itu tapi cukup untuknya menutupi titik buta dan tidak diikuti

"Akhir-akhir ini sepertinya kamu lebih banyak menghabiskan waktu di guild dibandingkan dengan di istana,"

"Seperti orang yang menunggu sesuatu, memangnya apa yang kamu tunggu?"

Chasing Gold And Avoid The Prince

Episodes
1 Bab 1 Penyesalan
2 Bab 2 Sakit atau dicampakkan?
3 Bab 3 Teman Masa Kecil dan Perjalanan
4 Bab 4 La Promesse
5 Bab 5 Dicintai
6 Bab 6 Luangkan Waktumu Untuk Berdua
7 Bab 7 Izinkan Aku Bersikap Layaknya Seorang Tunangan
8 Bab 8 Tidak Bermoral dan Licik
9 Bab 9 Moment Kakak dan Adik
10 Bab 10 Tertusuk Tapi Tidak Berdarah
11 Bab 11 Identitas dan Sepotong Kue
12 Bab 12 Bermain Perasaan
13 Bab 13 Pahit
14 Bab 14 Fu Xiang
15 Bab 15 Berani Memukul?
16 Bab 16 Permintaan Maaf
17 Bab 17 Investasi
18 Bab 18 Alun-alun Kota
19 Bab 19 Pasangan Satu Hari
20 Bab 20 Percaya
21 Bab 21 Hari Yang Menyenangkan
22 Bab 22 Gadis Suci
23 Bab 23 Kamu Sudah Manis
24 Bab 24 Meminta Maaf
25 Bab 25 Maka Biarlah Aku Yang Menerimamu
26 Bab 26 Merah
27 Bab 27 Berdansa
28 Bab 28 Saling Memanggil Nama
29 Bab 29 Waktu Membuat Penyesalan
30 Bab 30 Terlihat Manis
31 Bab 31 Makan Bersama
32 Bab 32 Shareefah
33 Bab 33 Kenapa Harus Salah Paham?
34 Bab 34 Laki-laki Berkulit Eksotis
35 Bab 35 Badut Di Pesta Teh
36 Bab 36 Memangnya Kenapa?
37 Bab 37 Sapu Tangan
38 Bab 38 Apa Salahnya Egois?
39 Bab 39 Menyulut Api
40 Bab 40 Penculikan?
41 Bab 41 Menghilangkan
42 Bab 42 Naif dan Bodoh
43 Bab 43 Luka
44 Bab 44 Langkahi Mayatku
45 Bab 45 Akan Aku Pertimbangan Kembali (Tamat)
46 Pengumuman
47 Bab 46 Special chapter part 1
48 Bab 47 Special Chapter Part 2
49 Bab 48 Special Chapter Part 3 (End)
Episodes

Updated 49 Episodes

1
Bab 1 Penyesalan
2
Bab 2 Sakit atau dicampakkan?
3
Bab 3 Teman Masa Kecil dan Perjalanan
4
Bab 4 La Promesse
5
Bab 5 Dicintai
6
Bab 6 Luangkan Waktumu Untuk Berdua
7
Bab 7 Izinkan Aku Bersikap Layaknya Seorang Tunangan
8
Bab 8 Tidak Bermoral dan Licik
9
Bab 9 Moment Kakak dan Adik
10
Bab 10 Tertusuk Tapi Tidak Berdarah
11
Bab 11 Identitas dan Sepotong Kue
12
Bab 12 Bermain Perasaan
13
Bab 13 Pahit
14
Bab 14 Fu Xiang
15
Bab 15 Berani Memukul?
16
Bab 16 Permintaan Maaf
17
Bab 17 Investasi
18
Bab 18 Alun-alun Kota
19
Bab 19 Pasangan Satu Hari
20
Bab 20 Percaya
21
Bab 21 Hari Yang Menyenangkan
22
Bab 22 Gadis Suci
23
Bab 23 Kamu Sudah Manis
24
Bab 24 Meminta Maaf
25
Bab 25 Maka Biarlah Aku Yang Menerimamu
26
Bab 26 Merah
27
Bab 27 Berdansa
28
Bab 28 Saling Memanggil Nama
29
Bab 29 Waktu Membuat Penyesalan
30
Bab 30 Terlihat Manis
31
Bab 31 Makan Bersama
32
Bab 32 Shareefah
33
Bab 33 Kenapa Harus Salah Paham?
34
Bab 34 Laki-laki Berkulit Eksotis
35
Bab 35 Badut Di Pesta Teh
36
Bab 36 Memangnya Kenapa?
37
Bab 37 Sapu Tangan
38
Bab 38 Apa Salahnya Egois?
39
Bab 39 Menyulut Api
40
Bab 40 Penculikan?
41
Bab 41 Menghilangkan
42
Bab 42 Naif dan Bodoh
43
Bab 43 Luka
44
Bab 44 Langkahi Mayatku
45
Bab 45 Akan Aku Pertimbangan Kembali (Tamat)
46
Pengumuman
47
Bab 46 Special chapter part 1
48
Bab 47 Special Chapter Part 2
49
Bab 48 Special Chapter Part 3 (End)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!