Bab 20: Melepaskan Satu Orang

“Jadi, pembunuh yang sebenarnya ingin membunuh Permaisuri adalah Menteri Pertahanan Zhong Xiwei?” Selir Shang bertanya pada Selir Tian mengenai kebenaran masalah yang telah terungkap malam tadi.

Saat ini, Selir Shang, Selir Tian, dan Selir Qiao sedang berkumpul di taman kekaisaran sambil minum teh. Permaisuri Han meliburkan salam pagi sehingga mereka tidak ada kerjaan selain berkumpul dan bergosip tentang berita panas yang tersiar saat ini.

“Kaisar semalam sudah menurunkan titah menangkap Tuan Zhong. Mungkin saat ini dia sudah sedang menunggu hukuman,” Selir Qiao menjawab pertanyaan Selir Shang dengan pembenaran terkait berita tersebut.

Selir Qiao yang sedang mengaduk teh kemudian berkata, “Aku dapat mengerti tentang dendam Tuan Zhong dan Adipati Yongyi. Tapi aku tidak percaya dia akan sangat berani mengambil risiko membunuh Permaisuri. Aku lebih tidak percaya kalau Selir Mu juga ikut terlibat.”

“Tuan Zhong juga ingin membuka jalan untuk Selir Cao. Setelah pamannya ditangkap, Selir Cao juga mengurung diri di kediamannya. Mungkin, dia malu menunjukkan wajahnya di depan orang-orang.”

“Dengar-dengar setelah kebenarannya terungkap, Selir Mu berlutut di depan Istana Ningxi dengan gaun putihnya. Permaisuri tidak ingin bertemu, kalau dihitung, sekarang sudah lebih dari empat belas jam sejak Selir Mu menekuk kedua kakinya di sana.”

“Permaisuri tidak ingin menemuinya? Tampaknya, sifat kejam Permaisuri memang belum hilang sepenuhnya.”

“Mau melihat keramaian?” tanya Selir Qiao.

Selir Shang dan Selir Tian saling berpandangan selama beberapa saat. Mereka sangat ingin melihat pertunjukan menarik, tapi mereka telah belajar dari pengalaman beberapa selir yang sebelumnya dihukum Kaisar karena ikut-ikutan melihat drama Selir Agung Yun yang ingin memfitnah Permaisuri.

Mereka tidak mau bernasib sama dengan para selir itu, tapi rasa penasaran sungguh sulit ditahan. Setelah sekian detik berpikir, akhirnya ketiga selir itu meninggalkan paviliun dan berjalan menuju Istana Ningxi. Ada dua selir lain yang mengikuti mereka di belakang punggung.

Di taman Istana Ningxi, Selir Mu masih berlutut. Terik matahari tidak menggoyahkan tekadnya untuk memohon ampunan atas kesalahannya pada Permaisuri.

Mereka yang baru datang sangat terkejut melihat penampilan Selir Mu saat ini. Bibirnya pucat dan kering, keringat mengucur di dahinya. Jubah putihnya mulai kotor terkena debu.

“Sudah berapa lama Selir Mu tidak minum air?” tanya Selir Shang pada yang lain. “Jika Permaisuri tidak menemuinya, Selir Mu benar-benar akan pingsan terbakar matahari.”

“Selir Mu benar-benar kasihan, tapi aku sangat tidak setuju dengan perbuatannya. Sekejam apapun Permaisuri, dia tidak pernah membuat nyawa kita dalam bahaya. Mengapa dia begitu berani?” Selir Shang berkata dengan heran.

Mereka melihat Selir Mu dari gerbang istana, seperti sekumpulan penggosip wanita yang sedang melihat adegan drama. Ketika Meixiang melihat selir-selir itu mengintip, dia tidak bisa menahan diri untuk tidak melapor pada majikannya. Dia pergi setengah berlari ke dalam aula.

“Yang Mulia, para selir mengintip dengan penasaran di gerbang istana. Mereka sungguh tidak sopan,” ucap Meixiang.

Han Ziqing tengah duduk di sofa. Ia memakan sebiji anggur segar, lalu berkata, “Biarkan saja.”

“Yang Mulia, mereka akan kembali mengatakan kau kejam karena hal ini.”

“Sebelumnya mereka bilang aku kejam. Lalu apa gunanya aku bersikap sok peduli?”

Bukan urusannya jika Selir Mu ingin berlutut. Ia heran mengapa wanita di zaman ini begitu suka berlutut setiap kali melakukan kesalahan. Dibandingkan dengan berlutut dan memohon ampun sambil menarik perhatian orang, Han Ziqing lebih suka berhadapan dan beradu kekuatan secara langsung.

Misalnya, dia lebih suka berkelahi secara langsung. Meskipun kemampuan bela dirinya tidak sebaik Wei Shiqi, tapi menghadapi sekumpulan wanita sudah cukup. Mereka begitu lemah, hanya bisa mengandalkan cara licik untuk memaksanya bertindak.

“Sudah berapa lama Selir Mu berlutut?” tanya Han Ziqing.

“Lima belas jam, Yang Mulia. Selir Mu mungkin akan pingsan jika Yang Mulia tidak mau menemuinya.”

“Karena dia ingin berlutut, maka biarkan dia berlutut sampai dia puas.”

“Yang Mulia….” Meixiang kesulitan membujuk Han Ziqing.

Han Ziqing malah asyik memakan buah-buahan segar yang dibawa Meixiang dari dapur kekaisaran. Cuaca sedang panas, jadi sangat tepat makan buah-buahan di saat seperti ini. Sepuluh menit berlalu dengan cepat. Setelah sebiji anggur terakhir sudah habis dimakan, Han Ziqing akhirnya bangkit dari duduknya.

Pintu Istana Ningxi kemudian terbuka. Sosok Han Ziqing keluar dari aula mengenakan gaun merah muda. Gaunnya agak tipis, tetapi tidak transparan dan terlihat sangat indah. Penampilan elegannya menarik perhatian para selir di pintu gerbang. Sebagian dari mereka menghela napas lega karena Han Ziqing akhirnya mau menemui Selir Mu.

Ada kesan lega tergambar di wajah pucat Selir Mu. Dengan senyum yang tulus dan mata berbinar, dia kemudian melakukan penghormatan sembari berkata, “Terima kasih Yang Mulia sudah bersedia menemuiku yang berdosa ini.”

“Beginikah caramu berterima kasih padaku? Apakah menyenangkan memaksaku hingga seperti ini? Kau pikir nyawamu ada berapa, hah?”

Selir Mu menunduk begitu mendengar pertanyaan yang dilontarkan Han Ziqing. Yah, dia baru saja selamat dari kematian beberapa hari yang lalu dan tubuhnya belum pulih betul.

Dia tahu dia lemah, tapi dia tidak bisa berpangku tangan begitu mendengar kabar bahwa Kaisar dan Permaisuri mengetahui perbuatannya. Dia melewatkan jam tidurnya, merangkak dari kediamannya menuju Istana Ningxi dan berlutut di tempat ini selama lima belas jam.

“Saya tidak pantas dimaafkan. Bahkan jika Yang Mulia menginginkan nyawa saya yang tidak berharga ini, saya tidak keberatan memberikannya,” ucap Selir Mu.

Para selir yang mengintip menunggu dengan jantung berdegup kencang. Apakah kali ini Permaisuri akan mengambil nyawa Selir Mu untuk melunasi utangnya? Apakah dia sungguh akan bertindak kejam kepada wanita yang bahkan tidak dapat berdiri tegak melawannya itu?

Han Ziqing hanya menatap Selir Mu beberapa saat, kemudian menghela napas dengan enggan. “Jika aku menginginkan nyawamu, aku sudah membiarkanmu mati tenggelam saat itu.”

Selir Mu masih menunduk. Dia benar-benar merasa bersalah dan depresi. Seandainya Zhong Xiwei tidak mengancamnya dengan nyawa seluruh keluarganya, seandainya dia menguatkan dirinya sendiri, dia mungkin akan terhindar dari nasib buruk ini.

Setidaknya dia masih dapat hidup tanpa kelaparan selama beberapa tahun meski tidak lagi dipandang orang. Sekarang bagus. Kesalahannya begitu fatal, bahkan nyawanya tidak akan bisa menebus kesalahan itu.

“Apakah kalian juga datang untuk memaksaku?”

Mendengar suara Han Ziqing, lima selir yang mengintip di gerbang tahu bahwa pertanyaan itu ditujukan untuk mereka. Dengan langkah ragu dan takut, mereka lalu memasuki pekarangan Istana Ningxi. Mereka tidak berani mengangkat kepala mereka, apalagi menatap wajah Han Ziqing yang terlihat agak marah.

“Ya Tuhan, kalian sungguh merepotkan!”

Han Ziqing mengeluarkan sebuah gulungan dari lengan bajunya. Dia membentangkannya di hadapan Selir Mu dan lima selir lainnya, membiarkan mereka melihat dengan jelas setiap kata yang tertulis di dalamnya. Sesaat kemudian, mereka membelalak karena terkejut.

“Me-menebus kesalahan dengan berdoa?” Selir Tian bergumam tanpa sadar.

Isi gulungan itu adalah dekret pengampunan untuk Selir Mu. Semalam setelah mengeluarkan perintah penangkapan Zhong Xiwei, Wei Shiqi bertanya hukuman apa yang diinginkan oleh Han Ziqing untuk diberikan kepada Selir Mu. Karena Han Ziqing adalah korbannya, maka Wei Shiqi menghormati setiap keputusannya selama tidak melanggar aturan kekaisaran.

Hal ajaibnya adalah Han Ziqing sama sekali tidak menginginkan hukuman apapun. Kematian pemilik tubuh sebelumnya bukan kesalahannya, dan dia tidak bertanggungjawab penuh dalam segala halnya. Han Ziqing kemudian meminta Wei Shiqi agar menjatuhkan hukuman yang tidak mengancam nyawa.

Wei Shiqi bertanya lagi, apa yang dia inginkan. Setelah berpikir lumayan lama, Han Ziqing akhirnya memutuskan agar Selir Mu pergi berdoa selama hidupnya untuk menebus kesalahannya.

Bagaimanapun Selir Mu itu orang yang malang. Keluarganya sudah hancur, kalau dia mati maka semuanya benar-benar berakhir untuknya.

“Apakah kalian sudah puas?” tanya Han Ziqing pada selir-selir suaminya. Mereka menunduk, tidak berani bicara barang sepatah kata.

Han Ziqing memberikan gulungan itu pada Selir Mu setelah menyuruhnya bangun. Selir Mu dan lima selir lainnya tidak begitu memahami emosi Han Ziqing. Ekspresi sang Permaisuri terlihat biasa, bahkan terkesan acuh tak acuh. Ia jadi lebih sulit diterka seperti apa perasaannya yang sesungguhnya.

“Tebus kesalahanmu sendiri. Setelah ini, kau tidak lagi ada hubungannya dengan istana,” ujar Han Ziqing. Dia berbalik menatap para selir.

“Jika kalian sudah puas menonton pertunjukan, kembalilah dan jangan ganggu aku!”

Terpopuler

Comments

Abel_alone

Abel_alone

han ziqing harus jadi permaisuri tegas

2025-01-21

6

trie

trie

Han ziking cukup bijak sana ....

2025-01-21

2

🍃🥀Fatymah🥀🍃

🍃🥀Fatymah🥀🍃

oh, jadi mereka gk ikutan toh pas waktu itu...
pantesan bisa kumpul-kumpul

2025-03-14

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1: Peti Mati Permaisuri
2 Bab 2: Berkelahi
3 Bab 3: Ibu Suri Agung
4 Bab 4: Orang yang Tercerahkan
5 Bab 5: Ada Orang yang Meracunimu!
6 Bab 6: Wangchuan dan Lanyin
7 Bab 7: Anggur
8 Bab 8: Kunjungan Para Selir
9 Bab 9: Tertangkap Basah
10 Bab 10: Mengintai Target
11 Bab 11: Diam-Diam
12 Bab 12: Menolong Orang
13 Bab 13: Melabrak Permaisuri
14 Bab 14: Citra Diri
15 Bab 15: Pertimbangan
16 Bab 16: Kematian Pedagang Gadungan
17 Bab 17: Cari Masalah
18 Bab 18: Keterlibatan Selir Mu
19 Bab 19: Kaki Tangan
20 Bab 20: Melepaskan Satu Orang
21 Bab 21: Lepas Satu Lagi
22 Bab 22: Ruang Rahasia
23 Bab 23: Hadiah Pertama
24 Bab 24: Fragmen Sejarah
25 Bab 25: Memainkan Peran
26 Bab 26: Memancing Kemarahan
27 Bab 27: Reuni Keluarga
28 Bab 28: Malam
29 Bab 29: Berkas Pengakuan
30 Bab 30: Berita Baru
31 Bab 31: Menjadi Orang Sibuk
32 Bab 32: Menanyakan Pendapat
33 Bab 33: Terkejut
34 Bab 34: Mencari Tahu
35 Bab 35: Arsip Kekaisaran
36 Bab 36: Ada yang Terbakar
37 Bab 37: Marah Besar
38 Bab 38: Melanjutkan Tugas
39 Bab 39: Cara Membujuk Orang
40 Bab 40: Mengorek Informasi
41 Bab 41: Hidangan dan Bujukan
42 Bab 42: Kedatangan Utusan
43 Bab 43: Malam Perjamuan
44 Bab 44: Terpukau
45 Bab 45: Pengacau
46 Bab 46: Bantu Aku!
47 Bab 47: Bantuan Darurat
48 Bab 48: Rencana Kerja Sama
49 Bab 49: Imbalan Jasa
50 Bab 50: Mengajari
51 Bab 51: Wajah Damai
52 Bab 52: Merasa Tidak Adil
53 Bab 53: Mengapa Permaisuri Datang dari Luar?
54 Bab 54: Jangan Terlalu Dekat
55 Bab 55: Menunggu Orang
56 Bab 56: Orang yang Iri Hati
57 Bab 57: Setelah Urusan Resmi
58 Bab 58: Tak Tahu Diri
59 Bab 59: Tenang
60 Bab 60: Memikirkan Hal yang Sama
61 Bab 61: Memberikan Petunjuk
62 Bab 62: Putusan
63 Bab 63: Memulai dari Awal
64 Bab 64: Saling Memiliki
65 Bab 65: Mengganggu Orang
66 Bab 66: Menemui Mata-Mata
67 Bab 67: Motif
68 Bab 68: Ingin Istirahat
69 Bab 69: Mencari Perhatian
70 Bab 70: Mengusir Pengganggu
71 Bab 71: Tidak Fokus
72 Bab 72: Mengubah Tradisi
73 Bab 73: Menarik Diri
74 Bab 74: Orang yang Tidak Sopan
75 Bab 75: Kehilangan Martabat
76 Bab 76: Panen Besar
77 Bab 77: Menyerah
78 Bab 78: Kenalan Lama
79 Bab 79: Melihat Orang
80 Bab 80: Masa Lalu Selir Rou
81 Bab 81: Para Cinta Pertama
82 Bab 82: Dua Kendi Cuka
83 Bab 83: Memberikan Anugerah
84 Bab 84: Kelinci Liar, Tak Bisa Lari!
85 Bab 85: Tidak Beres
86 Bab 86: Memberi Mandat
87 Bab 87: Percaya Saja
88 Bab 88: Akulah Ratumu!
89 Bab 89: Bagian yang Hilang
90 Bab 90: Mulai Curiga
91 Bab 91: Membuat Rencana
92 Bab 92: Mengapa Tidak Mungkin?
93 Bab 93: Dia Mengandung Keturunan Kekaisaran
94 Bab 94: Manja
95 Bab 95: Berbagi Kebahagiaan
96 Bab 96: Petunjuk Penting
97 Bab 97: Teguran Halus
98 Bab 98: Minta Orang
99 Bab 99: Rencana Fu Dou
100 Bab 100: Mengikuti Kata Hati
101 Bab 101: Niat Jahat
102 Bab 102: Membebaskan Orang
103 Bab 103: Gelagat Aneh
104 Bab 104: Menyimpan Rencana
105 Bab 105: Menerima Gugatan
106 Bab 106: Bau Konspirasi
107 Bab 107: Aku Tidak Akan Membiarkan Mereka Menahanmu!
108 Bab 108: Orang Lama
Episodes

Updated 108 Episodes

1
Bab 1: Peti Mati Permaisuri
2
Bab 2: Berkelahi
3
Bab 3: Ibu Suri Agung
4
Bab 4: Orang yang Tercerahkan
5
Bab 5: Ada Orang yang Meracunimu!
6
Bab 6: Wangchuan dan Lanyin
7
Bab 7: Anggur
8
Bab 8: Kunjungan Para Selir
9
Bab 9: Tertangkap Basah
10
Bab 10: Mengintai Target
11
Bab 11: Diam-Diam
12
Bab 12: Menolong Orang
13
Bab 13: Melabrak Permaisuri
14
Bab 14: Citra Diri
15
Bab 15: Pertimbangan
16
Bab 16: Kematian Pedagang Gadungan
17
Bab 17: Cari Masalah
18
Bab 18: Keterlibatan Selir Mu
19
Bab 19: Kaki Tangan
20
Bab 20: Melepaskan Satu Orang
21
Bab 21: Lepas Satu Lagi
22
Bab 22: Ruang Rahasia
23
Bab 23: Hadiah Pertama
24
Bab 24: Fragmen Sejarah
25
Bab 25: Memainkan Peran
26
Bab 26: Memancing Kemarahan
27
Bab 27: Reuni Keluarga
28
Bab 28: Malam
29
Bab 29: Berkas Pengakuan
30
Bab 30: Berita Baru
31
Bab 31: Menjadi Orang Sibuk
32
Bab 32: Menanyakan Pendapat
33
Bab 33: Terkejut
34
Bab 34: Mencari Tahu
35
Bab 35: Arsip Kekaisaran
36
Bab 36: Ada yang Terbakar
37
Bab 37: Marah Besar
38
Bab 38: Melanjutkan Tugas
39
Bab 39: Cara Membujuk Orang
40
Bab 40: Mengorek Informasi
41
Bab 41: Hidangan dan Bujukan
42
Bab 42: Kedatangan Utusan
43
Bab 43: Malam Perjamuan
44
Bab 44: Terpukau
45
Bab 45: Pengacau
46
Bab 46: Bantu Aku!
47
Bab 47: Bantuan Darurat
48
Bab 48: Rencana Kerja Sama
49
Bab 49: Imbalan Jasa
50
Bab 50: Mengajari
51
Bab 51: Wajah Damai
52
Bab 52: Merasa Tidak Adil
53
Bab 53: Mengapa Permaisuri Datang dari Luar?
54
Bab 54: Jangan Terlalu Dekat
55
Bab 55: Menunggu Orang
56
Bab 56: Orang yang Iri Hati
57
Bab 57: Setelah Urusan Resmi
58
Bab 58: Tak Tahu Diri
59
Bab 59: Tenang
60
Bab 60: Memikirkan Hal yang Sama
61
Bab 61: Memberikan Petunjuk
62
Bab 62: Putusan
63
Bab 63: Memulai dari Awal
64
Bab 64: Saling Memiliki
65
Bab 65: Mengganggu Orang
66
Bab 66: Menemui Mata-Mata
67
Bab 67: Motif
68
Bab 68: Ingin Istirahat
69
Bab 69: Mencari Perhatian
70
Bab 70: Mengusir Pengganggu
71
Bab 71: Tidak Fokus
72
Bab 72: Mengubah Tradisi
73
Bab 73: Menarik Diri
74
Bab 74: Orang yang Tidak Sopan
75
Bab 75: Kehilangan Martabat
76
Bab 76: Panen Besar
77
Bab 77: Menyerah
78
Bab 78: Kenalan Lama
79
Bab 79: Melihat Orang
80
Bab 80: Masa Lalu Selir Rou
81
Bab 81: Para Cinta Pertama
82
Bab 82: Dua Kendi Cuka
83
Bab 83: Memberikan Anugerah
84
Bab 84: Kelinci Liar, Tak Bisa Lari!
85
Bab 85: Tidak Beres
86
Bab 86: Memberi Mandat
87
Bab 87: Percaya Saja
88
Bab 88: Akulah Ratumu!
89
Bab 89: Bagian yang Hilang
90
Bab 90: Mulai Curiga
91
Bab 91: Membuat Rencana
92
Bab 92: Mengapa Tidak Mungkin?
93
Bab 93: Dia Mengandung Keturunan Kekaisaran
94
Bab 94: Manja
95
Bab 95: Berbagi Kebahagiaan
96
Bab 96: Petunjuk Penting
97
Bab 97: Teguran Halus
98
Bab 98: Minta Orang
99
Bab 99: Rencana Fu Dou
100
Bab 100: Mengikuti Kata Hati
101
Bab 101: Niat Jahat
102
Bab 102: Membebaskan Orang
103
Bab 103: Gelagat Aneh
104
Bab 104: Menyimpan Rencana
105
Bab 105: Menerima Gugatan
106
Bab 106: Bau Konspirasi
107
Bab 107: Aku Tidak Akan Membiarkan Mereka Menahanmu!
108
Bab 108: Orang Lama

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!