Bab 7: Anggur

“Kaisar memenjarakan tabib yang mendiagnosis kematianku dan menginterogasinya dengan ketat?” tanya Han Ziqing pada Meixiang setelah pelayan itu menceritakan situasi baru yang terjadi di istana baru-baru ini.

“Tampaknya, si arogan tidak berperasaan yang menyebalkan itu sudah berhasil mengetahui jenis racunnya. Hm, cepat tanggap juga.”

Meixiang mengagumi ketepatan keputusan Han Ziqing yang langsung menyerahkan darahnya kepada Kaisar dan memintanya untuk mengujinya pada Fu Dou secara tidak langsung.

Han Ziqing tidak akan mendapatkan hasil seperti ini jika dia tidak bertindak cepat malam tadi. Hanya saja, Han Ziqing tidak menyangka reaksi Wei Shiqi akan seheboh ini.

“Untung saja Tuan Fu berhasil mengetahui jenis racunnya. Jika tidak, Yang Mulia tidak akan mendapatkan keadilan!” Meixiang berkata sambil matanya berkaca-kaca. Tidak sia-sia dia berlari tengah malam dan berdebat dengan Jin Bao.

“Ck… Jangan bereaksi seheboh ini. Bahkan jika orang bernama Fu Dou itu tidak berhasil menemukannya, aku juga bisa menemukan jenisnya. Aku hanya memanfaatkan sumber daya yang ada dan menghemat energiku.”

Bualan Han Ziqing ini mungkin berguna untuk menipu orang seperti Meixiang, tapi tidak dengan Wei Shiqi. Saat dia mendengarnya, dia tidak bisa menahan diri untuk tidak mencibir.

Dengan nada mengejek dan meremehkan, Wei Shiqi berkata, “Benarkah? Lalu mengapa kau menyerahkan darahnya padaku?”

Bulu kuduk Han Ziqing merinding. Suara Wei Shiqi seperti hantu gentayangan yang datang dengan kemarahan dan kebencian.

Han Ziqing berbalik, dia melihat ekspresi mencemooh di wajah Wei Shiqi. Seketika, perasaannya berubah, begitu pula ekspresinya. Han Ziqing menatap Wei Shiqi dengan keengganan yang luar biasa.

“Untuk apa Yang Mulia kemari?”

“Istana ini adalah milikku. Mengapa aku tidak boleh kemari?”

“Cih.. mentang-mentang seorang Kaisar, mengakui segala sebagai miliknya. Mengapa Yang Mulia tidak sekalian mengakui kalau kotoran burung dan kuda juga milikmu?”

“Kau!” Wei Shiqi menunjuk penuh emosi. Han Ziqing tak mau kalah.

“Apa? Yang Mulia ingin bertarung lagi denganku? Ayo, siapa takut!”

Han Ziqing melipat lengan bajunya yang panjang sampai bahu. Seandainya roknya tidak belibet, dia sudah melepasnya untuk memudahkan langkah. Ekspresi yang menantang di wajah Han Ziqing menyulut emosi pria itu. Tapi hari ini Wei Shiqi tidak memiliki suasana hati untuk bertarung melawan wanita.

“Dasar wanita kasar!” Wei Shiqi mengibaskan jubahnya, lalu berbalik dan pergi tanpa menoleh. Han Ziqing melipat kedua tangannya di dada, dia berujar, “Aku suka melihat ekspresi jeleknya. Dia sangat jelek dan menyebalkan!”

“Yang Mulia, selain para menteri, hanya Yang Mulia yang bisa membuat Kaisar memiliki ekspresi marah dan kesal yang tertahan seperti itu,” ucap Jin Bao. Han Ziqing baru sadar kalau kasim itu tidak ikut pergi.

“Mengapa kau masih di sini?”

“Oh, saya datang membawa obat. Racun di tubuh Yang Mulia mungkin belum keluar semua. Kaisar meminta Tuan Fu memberikan obat agar sisa racun di tubuh Yang Mulia hilang.”

Jin Bao menyerahkan tumpukan obat serta resep takarannya kepada Meixiang. Katanya, obat itu harus direbus sampai matang dan harus diminum dua kali sehari secara terpisah.

Satu untuk mengeluarkan racun Wangchuan, satu lagi untuk mengatasi racun Lanyin. Han Ziqing menghela napas, menatap tulisan di resep dan tumpukan obat yang banyak.

“Merepotkan sekali. Apa tidak ada obat yang bisa langsung diminum?” tanya Han Ziqing.

“Ada. Tapi, Kaisar berkata kalau itu terlalu mudah dan Yang Mulia tidak akan menyukainya. Jadi, dia memilihkanmu resep obat yang harus dimasak sendiri.”

Han Ziqing sungguh menyesal tidak memukul Wei Shiqi sebelum pria itu pergi. Sialan, sudah ia duga kebaikannya tidak diberikan setulus itu!

Jin Bao hanya diam-diam menyembunyikan senyumnya, kemudian berjalan mundur dan benar-benar pergi menyusul Wei Shiqi yang sudah hilang entah ke mana.

Untuk beberapa saat, Han Ziqing memandangi setumpuk bungkusan obat di tangan Meixiang. Sebuah pertanyaan terbersit di kepalanya: Bukankah Fu Dou hanya mengobati Kaisar dan tidak menerima pemeriksaan untuk siapapun? Mengapa ia bisa dibujuk untuk memberinya obat penawar racun?

Entahlah, itu hanya sebuah bertanyaan yang bergelantungan di otaknya. Han Ziqing baru bangkit dari kematian dan masih dikurung di istananya, dia tidak dapat bepergian barang selangkah pun dari gerbang istana. Ini menyulitkannya dan membuatnya bosan setengah mati. Meixiang memandangnya dengan iba.

Dulu, Permaisuri selalu ceria dan bersemangat setiap harinya. Setiap kali mendengar nama Kaisar, rona merah di wajahnya akan muncul dan dia akan berlari ke Istana Yongqian walau sudah tahu hasil akhirnya. Bisa dibilang, Permaisuri adalah orang yang sangat sabar dan pantang menyerah mengejar cintanya.

Mengapa saat Kaisar datang, dia malah berdebat dengannya? Mungkinkah otak Permaisuri kebanyakan dimasuki racun sehingga membuatnya menjadi bodoh?

Bahkan meskipun dikurung, pada waktu-waktu lalu, dia akan mencari cara dan merengek kepada Ibu Suri Agung agar membebaskannya dari kurungan.

Itu bisa dimengerti karena Meixiang dengar orang yang memerintahkan Permaisuri dikurung untuk instropeksi adalah Ibu Suri Agung sendiri. Bagaimanapun, berpura-pura mati adalah sebuah kejahatan besar.

Jika itu orang lain, maka kematian yang sebenarnya akan benar-benar tiba. Tetapi, itu menjadi berbeda ketika orangnya adalah Han Ziqing, yang disayangi oleh Ibu Suri Agung dan merupakan putri dari Adipati Yongyi.

Bahkan jika dia melakukan kesalahan, dia hanya akan ditegur. Meixiang merasa pilihan ini tidak adil, tetapi dia cukup senang jika majikannya masih hidup. Kaisar bermurah hati tidak memberinya hukuman mati.

Selagi hidup, maka Meixiang masih bisa melayaninya dengan senang hati dan mencari tahu apa yang membuat Permaisuri berubah sangat banyak setelah bangkit dari kematiannya.

Pengurungan Han Ziqing berlangsung selama satu minggu. Pada masa itu, semua orang di istana selain pelayan tidak ada yang berani menemuinya.

Selain karena masa penahanan, itu juga disebabkan oleh perilaku Han Ziqing yang tidak masuk akal pada kehidupan sehari-hari. Saat-saat ketika Han Ziqing menindas para selir dan memarahi para pelayan serta kasim istana adalah momen paling buruk yang sangat ingin dilupakan dan dihindari.

Jadi, selain Meixiang, pelayan lain tidak berani berlama-lama berada di dekatnya. Lama-lama, Han Ziqing menjadi bosan karena tidak ada pekerjaan.

Dulu dia selalu menghabiskan waktu di laboratorium, meneliti berbagai alat dan mengembangkannya. Hari-harinya sangat sibuk sampai tidak punya waktu memikirkan pria.

Di sini, dia malah punya banyak sekali waktu luang. Alih-alih merenungkan kesalahan yang tidak dibuatnya, Han Ziqing justru lebih memilih bersandar di kursi kayu sambil berjemur di bawah cahaya matahari. Istana Ningxi memiliki taman luas yang dirawat oleh tangannya sendiri, dan didesain sesuai dengan keinginan dan seleranya.

Han Ziqing tidak menyangka kalau Han Ziqing yang sebelumnya memiliki selera yang sama dalam hal penataan halaman. Taman memiliki kolam yang dihiasi batu-batu indah dan ikan-ikan hias.

Kolam itu airnya jernih dan letaknya berada tepat di samping bangunan istana. Setiap pagi, Han Ziqing akan berjemur di sana sambil memperhatikan ikan-ikan yang semakin hari semakin gendut.

“Meixiang, apakah kita punya benih anggur?” tanyanya pada hari ketiga pengurungan.

Meixiang baru saja selesai merebus obat dan meletakkannya di nakas ketika dia mendengar pertanyaan aneh dari Han Ziqing.

“Yang Mulia, apakah Yang Mulia ingin menanam anggur?”

“Matahari bisa lebih terik dari musim ke musim. Aku ingin membuat tempat berjemurku dapat melindungiku dari paparan sinar UV tanpa harus memakai krim matahari.”

“Ah?” tentu saja Meixiang tidak mengerti apa yang dimaksud sinar UV dan krim matahari. Pelayan itu pergi ke dalam bangunan istana, lalu kembali dengan sebuah kotak kayu kecil.

“Ini adalah benih anggur yang dikirim Tuan Besar setahun yang lalu dari perbatasan. Entah masih dapat tumbuh atau tidak.”

Han Ziqing tidak peduli terlalu banyak. Setelah mendapat kotak benih, dia menggali tanah menggunakan jepit rambut phoenix di kepalanya dan menaburkan beberapa biji anggur lalu menguburnya.

Han Ziqing juga menyiramnya dengan air dari kolam ikan, karena air itu mengandung mineral dan zat penyubur tanah dari kotoran ikan. Dia melakukannya berulang kali di beberapa sudut.

“Nanti setelah tanaman anggurnya tumbuh, minta seseorang membangun sebuah teralis untuk menumbuhkan rambatnya,” ucap Han Ziqing. Meixiang menggangguk.

Di gerbang Istana Ningxi, Wei Shiqi berdiri tegap sembari memandangi Han Ziqing dari kejauhan. Semua gerak-geriknya diawasi langsung oleh matanya, dia diam-diam mencibir.

“Apakah wanita itu sedang mencoba membangun sebuah kebun anggur di istananya?”

Jin Bao di belakang menahan senyum tanpa suara.

Wei Shiqi melihat tangan Han Ziqing penuh dengan tanah dan sebagian nodanya mengenai jubahnya. Wei Shiqi memicing tidak suka, memandang bahwa Han Ziqing kotor.

Seorang Permaisuri yang setiap inci tubuhnya sangat berharga, malah mengotori dan menggunakan tangannya untuk menanam anggur. Jika selir-selir mengetahuinya, bukankah citranya akan semakin jelek?

Tetapi, Han Ziqing sama sekali tidak terlihat terganggu. Sebaliknya, dia justru semakin asyik mengotori tangannya dengan tanah.

Wei Shiqi tidak tahan, dia menahan egonya dan berjalan menghampiri Han Ziqing. Dengan nada tidak suka, dia berkata, “Han Ziqing, apa kau mencoba membuatku kesal sampai mati?”

Han Ziqing mendongak dan ikut memicing tidak suka. Untuk apa lagi dia kemari? Beberapa hari yang lalu hidupnya tenang tanpa kehadiran Kaisar. “Memangnya apa yang sudah kulakukan?”

Wei Shiqi lalu menatap Meixiang yang sejak kedatangannya sudah berlutut takut. Matanya berkilat dengan kedinginan dan emosi tertahan.

Jin Bao seakan mengerti, dia kemudian berkata, “Nona Meixiang, sebagai pelayan Permaisuri, mengapa kau tidak mencegahnya? Apakah kau tahu kalau tubuh Permaisuri sangat berharga?”

“Saya, saya bersalah. Mohon Yang Mulia mengampuni,” nada suara Meixiang bergetar dan tubuhnya menggigil. Han Ziqing baru mengerti penyebab Wei Shiqi tiba-tiba datang dan marah padanya.

“Hei, kasim. Mengapa kau memarahi pelayanku? Aku sendiri yang berinisiatif menanam anggur-anggur ini.”

“Yang Mulia Permaisuri, tubuh Anda sangat berharga. Mengapa Anda membiarkan diri sendiri menjadi sekotor ini? Sudah jelas kalau pelayan Anda tidak bisa memberitahu atau memperingatkan Yang Mulia,” Jin Bao memberitahu.

Han Ziqing terdiam. Pada situasi seperti ini, dia lupa kalau Meixiang mungkin dalam masalah akibat tindakan kecilnya.

Gadis itu hanya seorang pelayan, jika tangannya sampai terluka maka dia yang akan disalahkan. Meixiang masih bersimpuh di tanah dengan takut, ia tidak berani mendongak menatap Kaisar.

Wei Shiqi sudah sangat kesal. Dia mengibaskan jubah emasnya, berbalik sembari berkata, “Bersihkan tangan dan tubuhmu atau pelayanmu akan dihukum.”

Kemudian, setelah itu dia benar-benar pergi.

Terpopuler

Comments

Osie

Osie

alahai kaisar katanya gak suka sama han ziqing tapi selalu perhatiin apa aja yg dilakukan han ziqing. hmmmm

2025-02-18

0

Biyan Narendra

Biyan Narendra

Bagai tom and jery...
🤣🤣🤣🤣🤣

2025-02-01

2

🍌 ᷢ ͩ✭・ᴏʀɪᴏɴ_

🍌 ᷢ ͩ✭・ᴏʀɪᴏɴ_

ini lagi hadeehhh /Facepalm/

2025-03-25

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1: Peti Mati Permaisuri
2 Bab 2: Berkelahi
3 Bab 3: Ibu Suri Agung
4 Bab 4: Orang yang Tercerahkan
5 Bab 5: Ada Orang yang Meracunimu!
6 Bab 6: Wangchuan dan Lanyin
7 Bab 7: Anggur
8 Bab 8: Kunjungan Para Selir
9 Bab 9: Tertangkap Basah
10 Bab 10: Mengintai Target
11 Bab 11: Diam-Diam
12 Bab 12: Menolong Orang
13 Bab 13: Melabrak Permaisuri
14 Bab 14: Citra Diri
15 Bab 15: Pertimbangan
16 Bab 16: Kematian Pedagang Gadungan
17 Bab 17: Cari Masalah
18 Bab 18: Keterlibatan Selir Mu
19 Bab 19: Kaki Tangan
20 Bab 20: Melepaskan Satu Orang
21 Bab 21: Lepas Satu Lagi
22 Bab 22: Ruang Rahasia
23 Bab 23: Hadiah Pertama
24 Bab 24: Fragmen Sejarah
25 Bab 25: Memainkan Peran
26 Bab 26: Memancing Kemarahan
27 Bab 27: Reuni Keluarga
28 Bab 28: Malam
29 Bab 29: Berkas Pengakuan
30 Bab 30: Berita Baru
31 Bab 31: Menjadi Orang Sibuk
32 Bab 32: Menanyakan Pendapat
33 Bab 33: Terkejut
34 Bab 34: Mencari Tahu
35 Bab 35: Arsip Kekaisaran
36 Bab 36: Ada yang Terbakar
37 Bab 37: Marah Besar
38 Bab 38: Melanjutkan Tugas
39 Bab 39: Cara Membujuk Orang
40 Bab 40: Mengorek Informasi
41 Bab 41: Hidangan dan Bujukan
42 Bab 42: Kedatangan Utusan
43 Bab 43: Malam Perjamuan
44 Bab 44: Terpukau
45 Bab 45: Pengacau
46 Bab 46: Bantu Aku!
47 Bab 47: Bantuan Darurat
48 Bab 48: Rencana Kerja Sama
49 Bab 49: Imbalan Jasa
50 Bab 50: Mengajari
51 Bab 51: Wajah Damai
52 Bab 52: Merasa Tidak Adil
53 Bab 53: Mengapa Permaisuri Datang dari Luar?
54 Bab 54: Jangan Terlalu Dekat
55 Bab 55: Menunggu Orang
56 Bab 56: Orang yang Iri Hati
57 Bab 57: Setelah Urusan Resmi
58 Bab 58: Tak Tahu Diri
59 Bab 59: Tenang
60 Bab 60: Memikirkan Hal yang Sama
61 Bab 61: Memberikan Petunjuk
62 Bab 62: Putusan
63 Bab 63: Memulai dari Awal
64 Bab 64: Saling Memiliki
65 Bab 65: Mengganggu Orang
66 Bab 66: Menemui Mata-Mata
67 Bab 67: Motif
68 Bab 68: Ingin Istirahat
69 Bab 69: Mencari Perhatian
70 Bab 70: Mengusir Pengganggu
71 Bab 71: Tidak Fokus
72 Bab 72: Mengubah Tradisi
73 Bab 73: Menarik Diri
74 Bab 74: Orang yang Tidak Sopan
75 Bab 75: Kehilangan Martabat
76 Bab 76: Panen Besar
77 Bab 77: Menyerah
78 Bab 78: Kenalan Lama
79 Bab 79: Melihat Orang
80 Bab 80: Masa Lalu Selir Rou
81 Bab 81: Para Cinta Pertama
82 Bab 82: Dua Kendi Cuka
83 Bab 83: Memberikan Anugerah
84 Bab 84: Kelinci Liar, Tak Bisa Lari!
85 Bab 85: Tidak Beres
86 Bab 86: Memberi Mandat
87 Bab 87: Percaya Saja
88 Bab 88: Akulah Ratumu!
89 Bab 89: Bagian yang Hilang
90 Bab 90: Mulai Curiga
91 Bab 91: Membuat Rencana
92 Bab 92: Mengapa Tidak Mungkin?
93 Bab 93: Dia Mengandung Keturunan Kekaisaran
94 Bab 94: Manja
95 Bab 95: Berbagi Kebahagiaan
96 Bab 96: Petunjuk Penting
97 Bab 97: Teguran Halus
98 Bab 98: Minta Orang
99 Bab 99: Rencana Fu Dou
100 Bab 100: Mengikuti Kata Hati
101 Bab 101: Niat Jahat
102 Bab 102: Membebaskan Orang
103 Bab 103: Gelagat Aneh
104 Bab 104: Menyimpan Rencana
105 Bab 105: Menerima Gugatan
106 Bab 106: Bau Konspirasi
107 Bab 107: Aku Tidak Akan Membiarkan Mereka Menahanmu!
108 Bab 108: Orang Lama
Episodes

Updated 108 Episodes

1
Bab 1: Peti Mati Permaisuri
2
Bab 2: Berkelahi
3
Bab 3: Ibu Suri Agung
4
Bab 4: Orang yang Tercerahkan
5
Bab 5: Ada Orang yang Meracunimu!
6
Bab 6: Wangchuan dan Lanyin
7
Bab 7: Anggur
8
Bab 8: Kunjungan Para Selir
9
Bab 9: Tertangkap Basah
10
Bab 10: Mengintai Target
11
Bab 11: Diam-Diam
12
Bab 12: Menolong Orang
13
Bab 13: Melabrak Permaisuri
14
Bab 14: Citra Diri
15
Bab 15: Pertimbangan
16
Bab 16: Kematian Pedagang Gadungan
17
Bab 17: Cari Masalah
18
Bab 18: Keterlibatan Selir Mu
19
Bab 19: Kaki Tangan
20
Bab 20: Melepaskan Satu Orang
21
Bab 21: Lepas Satu Lagi
22
Bab 22: Ruang Rahasia
23
Bab 23: Hadiah Pertama
24
Bab 24: Fragmen Sejarah
25
Bab 25: Memainkan Peran
26
Bab 26: Memancing Kemarahan
27
Bab 27: Reuni Keluarga
28
Bab 28: Malam
29
Bab 29: Berkas Pengakuan
30
Bab 30: Berita Baru
31
Bab 31: Menjadi Orang Sibuk
32
Bab 32: Menanyakan Pendapat
33
Bab 33: Terkejut
34
Bab 34: Mencari Tahu
35
Bab 35: Arsip Kekaisaran
36
Bab 36: Ada yang Terbakar
37
Bab 37: Marah Besar
38
Bab 38: Melanjutkan Tugas
39
Bab 39: Cara Membujuk Orang
40
Bab 40: Mengorek Informasi
41
Bab 41: Hidangan dan Bujukan
42
Bab 42: Kedatangan Utusan
43
Bab 43: Malam Perjamuan
44
Bab 44: Terpukau
45
Bab 45: Pengacau
46
Bab 46: Bantu Aku!
47
Bab 47: Bantuan Darurat
48
Bab 48: Rencana Kerja Sama
49
Bab 49: Imbalan Jasa
50
Bab 50: Mengajari
51
Bab 51: Wajah Damai
52
Bab 52: Merasa Tidak Adil
53
Bab 53: Mengapa Permaisuri Datang dari Luar?
54
Bab 54: Jangan Terlalu Dekat
55
Bab 55: Menunggu Orang
56
Bab 56: Orang yang Iri Hati
57
Bab 57: Setelah Urusan Resmi
58
Bab 58: Tak Tahu Diri
59
Bab 59: Tenang
60
Bab 60: Memikirkan Hal yang Sama
61
Bab 61: Memberikan Petunjuk
62
Bab 62: Putusan
63
Bab 63: Memulai dari Awal
64
Bab 64: Saling Memiliki
65
Bab 65: Mengganggu Orang
66
Bab 66: Menemui Mata-Mata
67
Bab 67: Motif
68
Bab 68: Ingin Istirahat
69
Bab 69: Mencari Perhatian
70
Bab 70: Mengusir Pengganggu
71
Bab 71: Tidak Fokus
72
Bab 72: Mengubah Tradisi
73
Bab 73: Menarik Diri
74
Bab 74: Orang yang Tidak Sopan
75
Bab 75: Kehilangan Martabat
76
Bab 76: Panen Besar
77
Bab 77: Menyerah
78
Bab 78: Kenalan Lama
79
Bab 79: Melihat Orang
80
Bab 80: Masa Lalu Selir Rou
81
Bab 81: Para Cinta Pertama
82
Bab 82: Dua Kendi Cuka
83
Bab 83: Memberikan Anugerah
84
Bab 84: Kelinci Liar, Tak Bisa Lari!
85
Bab 85: Tidak Beres
86
Bab 86: Memberi Mandat
87
Bab 87: Percaya Saja
88
Bab 88: Akulah Ratumu!
89
Bab 89: Bagian yang Hilang
90
Bab 90: Mulai Curiga
91
Bab 91: Membuat Rencana
92
Bab 92: Mengapa Tidak Mungkin?
93
Bab 93: Dia Mengandung Keturunan Kekaisaran
94
Bab 94: Manja
95
Bab 95: Berbagi Kebahagiaan
96
Bab 96: Petunjuk Penting
97
Bab 97: Teguran Halus
98
Bab 98: Minta Orang
99
Bab 99: Rencana Fu Dou
100
Bab 100: Mengikuti Kata Hati
101
Bab 101: Niat Jahat
102
Bab 102: Membebaskan Orang
103
Bab 103: Gelagat Aneh
104
Bab 104: Menyimpan Rencana
105
Bab 105: Menerima Gugatan
106
Bab 106: Bau Konspirasi
107
Bab 107: Aku Tidak Akan Membiarkan Mereka Menahanmu!
108
Bab 108: Orang Lama

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!