Bab 9: Tertangkap Basah

“Permaisuri membubarkan salam pagi lebih awal?”

Jin Bao menganggguk untuk menjawab pertanyaan Wei Shiqi. Pelayan yang diutus mengawasi Istana Ningxi baru saja datang melapor kalau Permaisuri membubarkan salam pagi. Dia juga tidak melakukan kebiasaannya yang suka memarahi para selir saat melihat riasan mereka tidak sesuai dengan keinginannya.

Selama satu minggu kurungan, Han Ziqing juga tidak mengacau. Dia yang biasanya suka ribut di mana-mana tiba-tiba menjadi sangat tenang dan lebih suka berdiam di istananya.

Han Ziqing yang dulu suka mengganggunya, menunggunya setiap pulang dari pengadilan dan rapat pagi atau mengganggu pekerjaannya di aula Yongqian, sekarang justru tampak tidak peduli.

Ke mana perginya sifat Han Ziqing yang memalukan itu?

Ada sebersit rasa kehilangan yang dipukul mundur oleh gengsi mencuat di hatinya. Wei Shiqi tidak memungkiri jika dia juga sangat penasaran terhadap perubahan Han Ziqing.

Apakah benar kata Fu Dou kalau wanita itu sudah tercerahkan? Tapi, jika dia memang tercerahkan, mengapa dia tidak pergi menemuinya untuk membicarakan masalah-masalah yang belum selesai di masa lalu?

“Apakah tabib itu sudah bicara?” tanyanya lagi. Jin Bao kemudian menjawab, “Tuan Fu sudah pergi untuk menanyainya. Saya rasa dia sudah kembali ke paviliun saat ini.”

Wei Shiqi meletakkan buku yang dibacanya dan berjalan ke dekat jendela. Keningnya mengernyit beberapa kali. Tabib yang ditangkap atas dugaan pembunuhan Permaisuri jauh lebih keras kepala dari yang dibayangkan.

Tabib itu tidak mencoba bunuh diri, tapi juga masih bungkam terkait bagaimana cara dia mendapatkan racun-racun mematikan dan menyembunyikannya di Balai Pengobatan Istana.

Suasana hatinya sedang buruk saat ini. Selain masalah tabib meracuni Permaisuri yang belum menemukan kejelasan, hari ini Wei Shiqi dibuat marah oleh Menteri Pekerjaan yang meminta tambahan anggaran untuk pembangunan Istana Musim Panas di Gunung Jiuchen.

Wei Shiqi kesal karena pembangunan tersebut tidak selesai meski sudah berlangsung selama satu setengah tahun. Kalau bukan karena permintaan Ibu Suri Agung, Wei Shiqi sudah menghentikan pembangunan dan menjadikannya area pemakaman baru.

Jika masalah racun belum juga terpecahkan, Wei Shiqi sangat ingin mencekik leher tabib itu sampai mati. Saat itu Wei Shiqi memijat pelipisnya dan memejamkan mata sesaat. Dia baru membuka matanya saat Jin Bao memberitahukan kalau Permaisuri diam-diam keluar dari istana lewat pintu gerbang selatan.

“Biarkan dia bermain!” ucapnya.

Wei Shiqi tidak ingin ambil pusing. Han Ziqing sudah lama mengganggunya dan mengabaikan urusan-urusan penting.

Jika diingat-ingat, sudah lima tahun wanita itu menetap di istana dan terus berdiam di istana tanpa pergi keluar karena kesehariannya dihabiskan untuk mengejar Wei Shiqi dari pagi hingga malam.

Dia lanjut bergelut dengan urusan kenegaraan yang memusingkan. Akhir-akhir ini, bandit di Gunung Zhongsan sering turun merampok para pedagang.

Aksi penjarahan dan perampokan semakin menjadi-jadi dan ada banyak laporan masuk ke pengadilan. Wei Shiqi sudah memerintahkan menteri-menterinya untuk mengatasi masalah tersebut, tapi kawanan bandit ini sangat lincah dan sulit dibasmi.

Mengapa mereka begitu tidak berguna akhir-akhir ini?

Saat itu, Fu Dou tiba-tiba datang dengan santai. Dia kerap memakai pakaian gelap, sehingga sulit dibedakan apakah dia sudah mandi dan berganti pakaian atau tidak. Melihat Wei Shiqi emosi karena urusan yang tidak kunjung selesai, dia ingin sekali tertawa.

“Jika kau ingin tertawa, maka tertawa saja!”

“Yang Mulia, kau yang bilang.” Lalu, Fu Dou benar-benar memecahkan tawanya. Suasana hati Wei Shiqi jadi lebih buruk.

“Tabib sialan itu, dia mendapatkan Lanyin Biru dari Beiqi, bukan?” tanya Wei Shiqi. Karena Fu Dou sudah datang, dia seharusnya mendapatkan sesuatu dari interogasinya.

Fu Dou menyunggingkan senyumnya dan berkata dengan tenang, “Tidak. Dia mendapatkannya dari seseorang.”

“Aku tidak ingin tahu bagaimana cara dia mendapatkan racun itu. Aku hanya ingin tahu siapa yang telah menyuruhnya membunuh Permaisuri dengan racun yang sangat mematikan.”

“Aiya, Yang Mulia, kau sudah mulai khawatir? Kau ternyata sangat peduli padanya.”

Wei Shiqi melemparkan tatapan tajamnya. Sebetulnya, dia tidak terlalu peduli, hanya saja jika Han Ziqing mati tanpa sebab, Adipati Yongyi mungkin akan memberontak dan menyerang ibukota.

Selain itu, kehadiran racun bunga Lanyin Biru adalah satu-satunya petunjuk apakah kasus ini berkaitan dengan siasat Beiqi atau tidak, sekaligus membantu Fu Dou menyelesaikan masalahnya.

“Aku hanya tidak mau seseorang mengatakan candaan yang tidak masuk akal untuk memperingatiku.”

“Baiklah, terserah Yang Mulia. Seseorang memintanya mengambil racun Lanyin Biru dari luar. Kau bisa menyelidikinya sendiri.”

Fu Dou mengambil kuas lalu menuliskan dua kata di atas kertas. Setelah itu, dia meninggalkan aula untuk kembali ke paviliun.

Hal-hal setelah ini, ia ingin Wei Shiqi yang menyelesaikannya. Ada sedikit harapan berpendar dalam hatinya yang telah gelap lebih dari sepuluh tahun. Ia berharap, kali ini Wei Shiqi benar-benar menemukan sesuatu untuk membantunya.

“Jin Bao! Ikut aku keluar istana!”

Jin Bao mengikuti Wei Shiqi keluar istana dengan penyamaran. Mereka pergi ke pusat kota, ke tempat yang tadi dituliskan oleh Fu Dou di atas kertas.

Saat itu, kota sedang ramai karena festival musim gugur akan tiba. Ibu kota sangat sibuk, ada banyak orang berkeliaran di sini.

Ketika asyik berjalan di tengah keramaian, Wei Shiqi tiba-tiba berhenti. Tidak jauh dari sana, ia melihat siluet wanita yang selama lima tahun ini membuat hidupnya tidak nyaman. Di depan wanita itu, seorang pengemis terkapar tidak sadarkan diri.

“Nona, aku tahu kau adalah bangsawan yang terhormat, tapi tidak bisakah kau menunduk sejenak dan merasakan penderitaan kami? Kami juga rakyat Kekaisaran Wei Agung meski kami hanya pengemis. Mengapa kau bahkan tidak mengampuni nyawa kami?” seorang pria yang duduk di tanah di dekat pengemis terkapar berkata dengan nada yang sangat menyedihkan.

“Hei, apa maksudmu? Istrimu itu bukan aku yang menabraknya. Dia jatuh sendiri!”

Wei Shiqi tiba-tiba merasa tertarik. Wanita penganggu yang kurang ajar dan sejak kecil dimanja keluarga adipati, bagaimana ia akan menghadapi situasinya?

Wei Shiqi menyelinap di antara kerumunan, melihat lebih dekat pada sumber keributan yang menarik perhatian.

“Nona, kami sangat menghargai hidup. Bagaimana mungkin istriku mau menabrakkan dirinya sendiri? Mengapa Nona begitu tidak bertanggung jawab?”

Kata-kata provokatif lalu memicu keributan dari pendapat orang lain. Orang-orang yang melihat kejadian itu mulai memaki Han Ziqing, mengatakan dia adalah bangsawan yang tidak berperasaan dan kejam. Pengemis itu sudah pingsan, tapi dia malah tidak mengaku kalau dia bersalah.

“Tanggung jawab? Tuan pengemis, aku beritahu kau, aku tidak pernah bertanggung jawab atas kesalahan yang tidak aku lakukan!”

Meixiang di sisinya menarik lengan bajunya. Mereka keluar diam-diam, menimbulkan keributan dan memperpanjang masalah ini hanya akan berakhir buruk.

Jika tidak segera diselesaikan, orang akan memanggil petugas dan menginterogasinya. Gawat urusannya jika pihak istana tahu Permaisuri telah terlibat masalah dengan pengemis kecil di jalan.

“Yang Mulia, berikan saja uang padanya. Trik seperti ini sudah biasa di jalanan ini. Yang Mulia sebaiknya jangan memperbesar masalah. Kali ini kita keluar diam-diam, jangan sampai menarik perhatian petugas,” bisik Meixiang. Akan tetapi, Han Ziqing menggeleng dengan tegas.

“Uang adalah masalah kecil. Tapi, ini bukan tentang uang. Aku punya prinsip bahwa aku tidak akan bertanggung jawab atas masalah yang tidak aku perbuat. Pengemis ini menabrakkan diri sendiri ke kereta, lalu bertingkah seolah aku telah menganiayanya dan tidak mau bertanggung jawab,” ucap Han Ziqing.

Wanita itu memandang orang-orang yang berkerumun menonton keributan. “Tuan pengemis, kau mengatakan kalau kau adalah rakyat Kekaisaran Wei Agung meski kau seorang pengemis, tapi apakah kau pantas mengakui diri sebagai rakyat Kekaisaran Wei Agung setelah kau menipuku?”

Si pengemis pria terkejut. “Apa maksudmu aku menipumu?”

Han Ziqing mengangkat sebelah sudut bibirnya. Trik penipuan semacam ini tidak berguna padanya. Ia tidak menyangka akan mengalami sesuatu yang hanya pernah ia lihat dari cerita fiksi dan tayangan drama.

“Ah, sayang sekali tidak ada CCTV di sini,” ujarnya pelan, “Jarak dari keretaku adalah lima meter, tapi istrimu pingsan di sini. Logikanya jika aku sengaja menabraknya, dia hanya akan terpental sejauh dua meter jika menghitung momentum dari laju kecepatan kereta. Karena dia terpental sangat jauh, dia seharusnya memiliki luka seperti goresan atau memar karena benturan.”

Wei Shiqi masih memperhatikan. Dia sangat tenang. Sebaliknya, Jin Bao justru terlihat sangat khawatir. “Yang Mulia, perlukah kita membantunya?”

“Biarkan dia menyelesaikannya sendiri.”

Jin Bao menurut. Han Ziqing menatap si pengemis dengan santai, lalu melanjutkan penjelasannya. “Istrimu tidak terlihat terluka sama sekali. Ah, apakah di sini ada seseorang yang mengerti pengobatan? Mari kita periksa apakah dia terluka atau hanya pura-pura.”

“Nona, kau sungguh kejam! Sudah seperti ini masih tidak mengaku bersalah?” si pengemis pria kembali memprovokasi.

“Kenapa? Orang menjuluki aku sebagai wanita kejam. Apakah aku tidak dapat menambah kekejamanku hanya karena kau seorang pengemis? Bahkan jika kau hanya pengemis, kau seharusnya hidup dengan jujur!”

Han Ziqing berjongkok memeriksa si pengemis yang pingsan dengan tangannya sendiri. Orang-orang terkejut, termasuk Wei Shiqi.

Tangan itu! Beraninya dia menyentuh tangan pengemis penipu yang kotor itu!

Dia hendak maju untuk menghentikannya, namun Jin Bao tiba-tiba bertanya, “Yang Mulia, bukankah Yang Mulia sudah berkata biarkan Permaisuri menyelesaikannya sendir?”

Wei Shiqi mengurungkan niatnya. Dia kembali diam memperhatikan dengan tenang.

Han Ziqing tersenyum tenang, lalu berdiri lagi. “Istrimu pingsan karena kehilangan tenaga. Aku menebak kalau kalian melakukan ini karena sudah kelaparan berhari-hari.”

Raut wajah si pengemis pria tiba-tiba berubah suram. Nona ini tidak bodoh seperti gadis-gadis bangsawan yang berhasil ia kelabui.

Dia cerdas dan tidak mudah ditipu. Si pengemis pria tiba-tiba merasa dia telah menemukan target yang salah yang membawa masalah besar untuknya.

“Kalian sudah dengar, bukan? Pengemis itu pingsan karena kelaparan, bukan karena ditabrak kereta kami! Siapa yang masih berani mengatakan majikanku kejam?” Meixiang berseru marah.

Orang-orang bungkam. Han Ziqing meletakkan setumpuk perak di tangan si pengemis yang pingsan lalu menatap si pengemis pria.

“Jika kau hidup lebih jujur, kau mungkin bisa mendapatkan lebih banyak dari ini,” ucapnya. Han Ziqing menghela napasnya. Gangguan kecil ini lumayan menyita emosi dan waktunya.

“Pergilah. Aku tidak menindas orang yang lebih lemah dariku.”

Si pengemis lalu menggendong istrinya setelah mengantongi perak, lalu pergi tanpa mengucapkan permintaan maaf. Orang-orang mulai membubarkan diri setelah melemparkan banyak kata-kata tidak enak didengar.

“Aku tidak menyangka kau menempuh cara yang keras untuk membuktikan diri tidak bersalah. Nona, kau benar-benar menjunjung tinggi prinsipmu rupanya.”

Seketika Han Ziqing membeku. Hatinya terasa dingin. Ia merasa ada pedang menancap di punggungnya. Dia berbalik.

Wei Shiqi sedang berjalan menghampirinya bersama Jin Bao di belakangnya

Terpopuler

Comments

erna wijayanti

erna wijayanti

love you sekebon pokoknya karena sudah update cerita terbaru nya 🙏♥️🤗

2025-01-14

2

Abel_alone

Abel_alone

suka ceritanya ini Thor
suka...suka...suka banget 👍😍😍😍

2025-01-14

2

ika yanti naibaho

ika yanti naibaho

next kak seru cerita nya

2025-01-14

2

lihat semua
Episodes
1 Bab 1: Peti Mati Permaisuri
2 Bab 2: Berkelahi
3 Bab 3: Ibu Suri Agung
4 Bab 4: Orang yang Tercerahkan
5 Bab 5: Ada Orang yang Meracunimu!
6 Bab 6: Wangchuan dan Lanyin
7 Bab 7: Anggur
8 Bab 8: Kunjungan Para Selir
9 Bab 9: Tertangkap Basah
10 Bab 10: Mengintai Target
11 Bab 11: Diam-Diam
12 Bab 12: Menolong Orang
13 Bab 13: Melabrak Permaisuri
14 Bab 14: Citra Diri
15 Bab 15: Pertimbangan
16 Bab 16: Kematian Pedagang Gadungan
17 Bab 17: Cari Masalah
18 Bab 18: Keterlibatan Selir Mu
19 Bab 19: Kaki Tangan
20 Bab 20: Melepaskan Satu Orang
21 Bab 21: Lepas Satu Lagi
22 Bab 22: Ruang Rahasia
23 Bab 23: Hadiah Pertama
24 Bab 24: Fragmen Sejarah
25 Bab 25: Memainkan Peran
26 Bab 26: Memancing Kemarahan
27 Bab 27: Reuni Keluarga
28 Bab 28: Malam
29 Bab 29: Berkas Pengakuan
30 Bab 30: Berita Baru
31 Bab 31: Menjadi Orang Sibuk
32 Bab 32: Menanyakan Pendapat
33 Bab 33: Terkejut
34 Bab 34: Mencari Tahu
35 Bab 35: Arsip Kekaisaran
36 Bab 36: Ada yang Terbakar
37 Bab 37: Marah Besar
38 Bab 38: Melanjutkan Tugas
39 Bab 39: Cara Membujuk Orang
40 Bab 40: Mengorek Informasi
41 Bab 41: Hidangan dan Bujukan
42 Bab 42: Kedatangan Utusan
43 Bab 43: Malam Perjamuan
44 Bab 44: Terpukau
45 Bab 45: Pengacau
46 Bab 46: Bantu Aku!
47 Bab 47: Bantuan Darurat
48 Bab 48: Rencana Kerja Sama
49 Bab 49: Imbalan Jasa
50 Bab 50: Mengajari
51 Bab 51: Wajah Damai
52 Bab 52: Merasa Tidak Adil
53 Bab 53: Mengapa Permaisuri Datang dari Luar?
54 Bab 54: Jangan Terlalu Dekat
55 Bab 55: Menunggu Orang
56 Bab 56: Orang yang Iri Hati
57 Bab 57: Setelah Urusan Resmi
58 Bab 58: Tak Tahu Diri
59 Bab 59: Tenang
60 Bab 60: Memikirkan Hal yang Sama
61 Bab 61: Memberikan Petunjuk
62 Bab 62: Putusan
63 Bab 63: Memulai dari Awal
64 Bab 64: Saling Memiliki
65 Bab 65: Mengganggu Orang
66 Bab 66: Menemui Mata-Mata
67 Bab 67: Motif
68 Bab 68: Ingin Istirahat
69 Bab 69: Mencari Perhatian
70 Bab 70: Mengusir Pengganggu
71 Bab 71: Tidak Fokus
72 Bab 72: Mengubah Tradisi
73 Bab 73: Menarik Diri
74 Bab 74: Orang yang Tidak Sopan
75 Bab 75: Kehilangan Martabat
76 Bab 76: Panen Besar
77 Bab 77: Menyerah
78 Bab 78: Kenalan Lama
79 Bab 79: Melihat Orang
80 Bab 80: Masa Lalu Selir Rou
81 Bab 81: Para Cinta Pertama
82 Bab 82: Dua Kendi Cuka
83 Bab 83: Memberikan Anugerah
84 Bab 84: Kelinci Liar, Tak Bisa Lari!
85 Bab 85: Tidak Beres
86 Bab 86: Memberi Mandat
87 Bab 87: Percaya Saja
88 Bab 88: Akulah Ratumu!
89 Bab 89: Bagian yang Hilang
90 Bab 90: Mulai Curiga
91 Bab 91: Membuat Rencana
92 Bab 92: Mengapa Tidak Mungkin?
93 Bab 93: Dia Mengandung Keturunan Kekaisaran
94 Bab 94: Manja
95 Bab 95: Berbagi Kebahagiaan
96 Bab 96: Petunjuk Penting
97 Bab 97: Teguran Halus
98 Bab 98: Minta Orang
99 Bab 99: Rencana Fu Dou
100 Bab 100: Mengikuti Kata Hati
101 Bab 101: Niat Jahat
102 Bab 102: Membebaskan Orang
103 Bab 103: Gelagat Aneh
104 Bab 104: Menyimpan Rencana
105 Bab 105: Menerima Gugatan
106 Bab 106: Bau Konspirasi
107 Bab 107: Aku Tidak Akan Membiarkan Mereka Menahanmu!
108 Bab 108: Orang Lama
Episodes

Updated 108 Episodes

1
Bab 1: Peti Mati Permaisuri
2
Bab 2: Berkelahi
3
Bab 3: Ibu Suri Agung
4
Bab 4: Orang yang Tercerahkan
5
Bab 5: Ada Orang yang Meracunimu!
6
Bab 6: Wangchuan dan Lanyin
7
Bab 7: Anggur
8
Bab 8: Kunjungan Para Selir
9
Bab 9: Tertangkap Basah
10
Bab 10: Mengintai Target
11
Bab 11: Diam-Diam
12
Bab 12: Menolong Orang
13
Bab 13: Melabrak Permaisuri
14
Bab 14: Citra Diri
15
Bab 15: Pertimbangan
16
Bab 16: Kematian Pedagang Gadungan
17
Bab 17: Cari Masalah
18
Bab 18: Keterlibatan Selir Mu
19
Bab 19: Kaki Tangan
20
Bab 20: Melepaskan Satu Orang
21
Bab 21: Lepas Satu Lagi
22
Bab 22: Ruang Rahasia
23
Bab 23: Hadiah Pertama
24
Bab 24: Fragmen Sejarah
25
Bab 25: Memainkan Peran
26
Bab 26: Memancing Kemarahan
27
Bab 27: Reuni Keluarga
28
Bab 28: Malam
29
Bab 29: Berkas Pengakuan
30
Bab 30: Berita Baru
31
Bab 31: Menjadi Orang Sibuk
32
Bab 32: Menanyakan Pendapat
33
Bab 33: Terkejut
34
Bab 34: Mencari Tahu
35
Bab 35: Arsip Kekaisaran
36
Bab 36: Ada yang Terbakar
37
Bab 37: Marah Besar
38
Bab 38: Melanjutkan Tugas
39
Bab 39: Cara Membujuk Orang
40
Bab 40: Mengorek Informasi
41
Bab 41: Hidangan dan Bujukan
42
Bab 42: Kedatangan Utusan
43
Bab 43: Malam Perjamuan
44
Bab 44: Terpukau
45
Bab 45: Pengacau
46
Bab 46: Bantu Aku!
47
Bab 47: Bantuan Darurat
48
Bab 48: Rencana Kerja Sama
49
Bab 49: Imbalan Jasa
50
Bab 50: Mengajari
51
Bab 51: Wajah Damai
52
Bab 52: Merasa Tidak Adil
53
Bab 53: Mengapa Permaisuri Datang dari Luar?
54
Bab 54: Jangan Terlalu Dekat
55
Bab 55: Menunggu Orang
56
Bab 56: Orang yang Iri Hati
57
Bab 57: Setelah Urusan Resmi
58
Bab 58: Tak Tahu Diri
59
Bab 59: Tenang
60
Bab 60: Memikirkan Hal yang Sama
61
Bab 61: Memberikan Petunjuk
62
Bab 62: Putusan
63
Bab 63: Memulai dari Awal
64
Bab 64: Saling Memiliki
65
Bab 65: Mengganggu Orang
66
Bab 66: Menemui Mata-Mata
67
Bab 67: Motif
68
Bab 68: Ingin Istirahat
69
Bab 69: Mencari Perhatian
70
Bab 70: Mengusir Pengganggu
71
Bab 71: Tidak Fokus
72
Bab 72: Mengubah Tradisi
73
Bab 73: Menarik Diri
74
Bab 74: Orang yang Tidak Sopan
75
Bab 75: Kehilangan Martabat
76
Bab 76: Panen Besar
77
Bab 77: Menyerah
78
Bab 78: Kenalan Lama
79
Bab 79: Melihat Orang
80
Bab 80: Masa Lalu Selir Rou
81
Bab 81: Para Cinta Pertama
82
Bab 82: Dua Kendi Cuka
83
Bab 83: Memberikan Anugerah
84
Bab 84: Kelinci Liar, Tak Bisa Lari!
85
Bab 85: Tidak Beres
86
Bab 86: Memberi Mandat
87
Bab 87: Percaya Saja
88
Bab 88: Akulah Ratumu!
89
Bab 89: Bagian yang Hilang
90
Bab 90: Mulai Curiga
91
Bab 91: Membuat Rencana
92
Bab 92: Mengapa Tidak Mungkin?
93
Bab 93: Dia Mengandung Keturunan Kekaisaran
94
Bab 94: Manja
95
Bab 95: Berbagi Kebahagiaan
96
Bab 96: Petunjuk Penting
97
Bab 97: Teguran Halus
98
Bab 98: Minta Orang
99
Bab 99: Rencana Fu Dou
100
Bab 100: Mengikuti Kata Hati
101
Bab 101: Niat Jahat
102
Bab 102: Membebaskan Orang
103
Bab 103: Gelagat Aneh
104
Bab 104: Menyimpan Rencana
105
Bab 105: Menerima Gugatan
106
Bab 106: Bau Konspirasi
107
Bab 107: Aku Tidak Akan Membiarkan Mereka Menahanmu!
108
Bab 108: Orang Lama

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!