Bab 3: Ibu Suri Agung

Suara wanita paruh baya tersebut mengganggu konsentrasi Han Ziqing. Dia menoleh sesaat untuk mengetahui siapa yang telah berteriak mengganggunya.

Saat lengah itulah, Wei Shiqi mengarahkan pedangnya ke jantungnya. Han Ziqing terkejut dan tidak dapat bereaksi cepat, tubuhnya tiba-tiba membatu. Matanya menatap kosong pada ujung pedang yang semakin mendekati jantungnya.

Wei Shiqi terkejut melihat Han Ziqing tidak menghindar. Dia segera memutar pedangnya dan gagang pedang itu mengenai dada Han Ziqing.

Tapi karena tenaganya tidak terkontrol, pukulan itu terlalu keras menghantamnya. Han Ziqing terhuyung ke belakang. Wei Shiqi segera menyimpan pedangnya di tangan dan berjalan mendekat.

“Apa kau benar-benar ingin mati?”

Han Ziqing mengatur napas dan menyeimbangkan tubuhnya. “Kau gila! Mengapa kau memukulku sangat keras? Kau ingin aku mati?”

Wanita paruh baya yang tadi berteriak menatap keduanya dengan tajam dan ekspresinya suram. Atmosfer malam itu sangat dingin dan udara terasa sangat sesak.

Bahkan para pelayan dan pengawal menjadi kesulitan bernapas. Tapi dua orang itu, sepertinya masih belum menyadari keberadaannya.

Han Ziqing terlalu emosi. Ditambah dengan pukulan keras di dadanya, aliran darah di dalam tubuhnya jadi kacau. Han Ziqing tiba-tiba memuntahkan seteguk darah segar dari mulutnya.

Darah tersebut membasahi bajunya. Wei Shiqi membelalakkan matanya. Melihat bahwa tubuh Han Ziqing mulai limbung, dia segera melompat dan menahannya di tangannya.

“Apa kalian sudah puas bermain-main?” Wanita paruh baya itu berkata kembali. Kali ini, dia menghampiri Han Ziqing dan Wei Shiqi. Ada emosi yang tertahan di matanya, juga sesuatu yang lain yang tidak dapat didefinisikan.

“Huangzhumu?” Wei Shiqi berkata dengan nada terkejut.

Huangzhumu? Maksudnya, orang tua itu adalah neneknya?Han Ziqing membatin, seharusnya benar. Wanita paruh baya yang sebagian rambutnya memutih itu adalah Ibu Suri Agung, nenek dari Wei Shiqi.

Dia adalah janda permaisuri dari dua generasi kaisar sebelumnya. Dalam ingatannya, Ibu Suri Agung adalah orang yang memiliki kuasa tinggi di kekaisaran, usianya lebih dari enam puluh tahun. Dia adalah orang yang mendidik Wei Shiqi dan terus mendampinginya dan mengawasi pemerintahannya sampai sekarang.

Ibu Suri Agung berasal dari Keluarga Zhao, nama aslinya Zhao Min. Dia masih kerabat jauh Keluarga Han dan berhubungan baik dengan Adipati Yongyi.

Di seluruh istana ini, jika semua orang tidak menyukai Han Ziqing, maka orang yang masih peduli padanya adalah Ibu Suri Agung. Han Ziqing ingin menyapanya, tapi entah mengapa tubuhnya sangat lelah padahal ia tidak pernah merasa selelah ini saat bertarung.

“Chong Lin, apakah kau ingin membunuh permaisurimu sendiri?”

Chong Lin adalah nama kecil Wei Shiqi yang diberikan oleh Ibu Suri Agung. Mendengar neneknya memanggilnya dengan nama kecilnya, segala keangkuhan dalam diri Wei Shiqi seketika runtuh.

Di hadapan Ibu Suri Agung, dia sedikit menundukkan kepalanya. Wanita tua itu adalah orang yang paling dia hormati, dia menyesal tidak menyadari kehadirannya lebih awal.

Ibu Wei Shiqi, alias Janda Permaisuri Mu, Mu Yuan, serakah akan kekuasaan dan tidak memiliki kualifikasi sebagai ibu suri. Dia dipenjara di Istana Dingin dan menjadi gila.

Setelah ayah Wei Shiqi meninggal, Ibu Suri Agung mengambil alih hak asuh dan mendidik Wei Shiqi sebagai kaisar dan melanjutkan pemerintahan.

Ibu Suri Agung menukarkan sisa hidupnya sebagai ganti ketenangan dan kecakapan Wei Shiqi, hingga Wei Shiqi bisa menjadi kaisar yang agung seperti sekarang ini.

“Tidak, aku tidak bermaksud untuk membunuhnya,” ucap Wei Shiqi.

Han Ziqing mendecih lemah. Padahal jelas tadi pria itu sangat ingin membunuhnya.

“Lalu mengapa kau bertarung dengannya?”

“Permaisuri berpura-pura meninggal dan mengacaukan harem. Dia tidak hanya tidak introspeksi, juga mengajakku bertarung. Aku adalah suaminya dan pemimpin negara, jika tidak mendisiplinkannya, bagaimana bisa aku menjelaskannya padamu dan semua orang?”

“Bukankah situasi sekarang juga sulit untuk dijelaskan?”

Wei Shiqi terdiam sesaat. Han Ziqing masih ditopang di tangannya, kakinya lemas. Di sisa kesadarannya, dia melihat Kaisar arogan bernama Wei Shiqi ini kesulitan menghadapi neneknya. Dia diam-diam tersenyum, setidaknya selain dirinya, masih ada orang yang tidak takut padanya.

“Kau hanya perlu menghukumnya, tidak perlu sampai bertarung.”

“Permaisuri yang lebih dulu menantangku, bukan aku yang ingin bertarung dengannya.”

“Chong Lin, sudah umur berapa kau? Mengapa terhadap istrimu sendiri, kau tidak dapat menahan emosi?” tanya Ibu Suri Agung.

“Itu karena tindakannya sungguh keterlaluan. Cucumu adalah kaisar, tapi dia berani menaikkan suaranya, marah, dan menantangku. Jika dia bukan permaisuri, dia sudah mati berkali-kali sejak awal.”

Ibu Suri Agung menggelengkan kepalanya pelan. Jika dia tidak datang lebih awal, cucu dan cucu menantunya mungkin sudah terluka parah karena bertarung.

Dia masih melihat api kemarahan di mata Wei Shiqi, tapi perilakunya justru menunjukkan hal lain. Sampai saat ini, Wei Shiqi masih menopang tubuh Han Ziqing yang mendadak lemah setelah dipukul di bagian dada.

“Jin Bao, apakah itu benar?” Kali ini Ibu Suri Agung bertanya pada Jin Bao.

Kasim tersebut segera berlutut. Dengan suara bergetar, ia menjawab, “Benar, Yang Mulia. Yang Mulia Kaisar tersulut emosi karena Yang Mulia Permaisuri menaikkan suara saat berbicara padanya.”

“Lalu mengapa kau tidak menghentikannya?”

“Hamba-hamba sudah berusaha menghentikan, namun Yang Mulia Kaisar dan Yang Mulia Permaisuri tetap ingin bertarung.”

“Aku tidak berbohong padamu,” ucap Wei Shiqi.

Atmosfer buruk malam itu perlahan membaik. Pada saat itu, semua orang hanya dapat menyaksikan pembicaraan para tuan agung dengan napas tercekat.

Mereka tidak pernah menduga, Permaisuri Han yang telah meninggal selama sehari bisa tiba-tiba hidup lagi. Penderitaan mereka sebagai pelayan, sepertinya masih belum berakhir. Kembalinya Permaisuri Han, itu membuat hidup mereka menjadi tertekan lagi.

Pasalnya, selain para selir, Permaisuri Han juga kerap melampiaskan amarahnya kepada pelayan dan kasim istana. Jika dia tidak senang namun tidak memiliki tempat untuk melampiaskan kemarahannya, maka kesalahan kecil yang tidak seberapa pun akan berakhir menjadi sangat fatal. Permaisuri Han di mata para pelayan dan kasim adalah orang yang sangat menakutkan.

“Permaisuri, kau memuntahkan banyak darah. Bagaimana keadaanmu?” tanya Ibu Suri Agung.

Han Ziqing yang mendadak tubuhnya menjadi lemas, sekarang berpura-pura sakit parah dan terlihat sangat kasihan. Ia perlu sebuah momen untuk membebaskan dirinya, menjauh dari Kaisar arogan yang masih menopang tubuhnya ini.

Seandainya saja refleks Wei Shiqi lambat, maka Han Ziqing mungkin sudah berpindah ke dunia lain tanpa perlu menggunakan mesin waktu lagi.

Ia ingin memberi Wei Shiqi sedikit pelajaran setelah pertarungan ini.

“Aku-aku baik-baik saja. Terima kasih atas perhatian Ibu Suri Agung,” dia mengucapkannya dengan suara pelan yang lemah dibuat-buat. Wei Shiqi bergidik lagi, wanita ini mulai menunjukkan sifat aslinya.

“Aku hanya terpancing emosi karena Yang Mulia Kaisar mengataiku bodoh. Aku tidak bermaksud bertarung dengannya.”

“Lalu mengapa kau pura-pura mati? Apakah kau benar-benar ingin mengacaukan istana ini?” tanya Ibu Suri Agung lagi. Han Ziqing menggeleng lemah.

“Tidak, aku bukan ingin pura-pura mati, apalagi mengacaukan istana. Ibu Suri Agung, sebelum menikah dengan Yang Mulia Kaisar, aku pernah mengikuti ayahku  melatih pasukan di pegunungan. Aku mengerti beberapa jurus beladiri. Seorang master pernah mengajariku teknik napas kura-kura, yang bisa membuat seseorang berhenti bernapas selama beberapa waktu. Aku sedang mencobanya, tapi para pelayan dan tabib salah menyimpulkan dan mengira aku sudah meninggal,” Han Ziqing menjawab seolah-olah semua perkataannya benar.

Wei Shiqi mencibir dan ekspresinya mencemooh. “Kau sungguh pandai beralasan!”

“Jika Yang Mulia Kaisar tidak percaya, kau bisa mengirim seseorang untuk bertanya langsung pada ayahku. Yang Mulia, kau juga memahami seni beladiri, apakah kau tidak tahu teknik seperti itu?”

Pertanyaan Han Ziqing seperti anak panah yang langsung melesat menusuk ulu hati Wei Shiqi. Ia tahu teknik napas kura-kura ada, tapi dia tidak percaya kalau Han Ziqing mampu melakukannya.

Han Ziqing hanya mengada-ngada dan menciptakan alasan yang meyakinkan untuk meloloskan dirinya sendiri. Dia bahkan sampai mengarang kebohongan sebesar itu. Selama lima tahun menikah, Wei Shiqi tidak pernah melihat Han Ziqing menggunakan seni bela diri. Maka itu cukup aneh mengapa dia tiba-tiba sangat pandai bertarung hari ini.

Apakah wanita itu masih Han Ziqing, permaisurinya yang menyebalkan?

“Tidak peduli alasan apa yang kau buat, kau tetap bersalah karena telah mengacaukan istana. Ibu Suri Agung, aku akan menyerahkan hukumannya padamu.”

Kemudian, Wei Shiqi dengan kasar melepaskan topangannya pada tubuh Han Ziqing dan sedikit mendorongnya. Para pelayan dengan sigap menahan tubuh Han Ziqing, sementara Wei Shiqi langsung melenggang pergi begitu saja. Sikap tidak hormatnya membuat Ibu Suri Agung menghela napas lelah.

“Kaisar benar. Permaisuri, kau juga bersalah. Renungkan kesalahanmu baik-baik di istanamu dan jangan lupa memulihkan diri.”

Han Ziqing mengira setelah bertarung dengan Wei Shiqi, dia dibebaskan dari ancaman kurungan. Nyatanya, dia tetap saja tidak dilepaskan dari hukuman!

Terpopuler

Comments

Azila💚

Azila💚

suka nih novel begini
jalan cerita oke, penulisannya juga rapih
gk bingung bacanya

2025-03-14

0

Biyan Narendra

Biyan Narendra

keren thor..
tokoh utamanya ga menye menye

2025-01-31

1

Santy Susanti

Santy Susanti

baru 3 Bab dah seru bangeeeet🤩🤩🤩🤩🤩🤩🤩🤩

2025-02-01

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1: Peti Mati Permaisuri
2 Bab 2: Berkelahi
3 Bab 3: Ibu Suri Agung
4 Bab 4: Orang yang Tercerahkan
5 Bab 5: Ada Orang yang Meracunimu!
6 Bab 6: Wangchuan dan Lanyin
7 Bab 7: Anggur
8 Bab 8: Kunjungan Para Selir
9 Bab 9: Tertangkap Basah
10 Bab 10: Mengintai Target
11 Bab 11: Diam-Diam
12 Bab 12: Menolong Orang
13 Bab 13: Melabrak Permaisuri
14 Bab 14: Citra Diri
15 Bab 15: Pertimbangan
16 Bab 16: Kematian Pedagang Gadungan
17 Bab 17: Cari Masalah
18 Bab 18: Keterlibatan Selir Mu
19 Bab 19: Kaki Tangan
20 Bab 20: Melepaskan Satu Orang
21 Bab 21: Lepas Satu Lagi
22 Bab 22: Ruang Rahasia
23 Bab 23: Hadiah Pertama
24 Bab 24: Fragmen Sejarah
25 Bab 25: Memainkan Peran
26 Bab 26: Memancing Kemarahan
27 Bab 27: Reuni Keluarga
28 Bab 28: Malam
29 Bab 29: Berkas Pengakuan
30 Bab 30: Berita Baru
31 Bab 31: Menjadi Orang Sibuk
32 Bab 32: Menanyakan Pendapat
33 Bab 33: Terkejut
34 Bab 34: Mencari Tahu
35 Bab 35: Arsip Kekaisaran
36 Bab 36: Ada yang Terbakar
37 Bab 37: Marah Besar
38 Bab 38: Melanjutkan Tugas
39 Bab 39: Cara Membujuk Orang
40 Bab 40: Mengorek Informasi
41 Bab 41: Hidangan dan Bujukan
42 Bab 42: Kedatangan Utusan
43 Bab 43: Malam Perjamuan
44 Bab 44: Terpukau
45 Bab 45: Pengacau
46 Bab 46: Bantu Aku!
47 Bab 47: Bantuan Darurat
48 Bab 48: Rencana Kerja Sama
49 Bab 49: Imbalan Jasa
50 Bab 50: Mengajari
51 Bab 51: Wajah Damai
52 Bab 52: Merasa Tidak Adil
53 Bab 53: Mengapa Permaisuri Datang dari Luar?
54 Bab 54: Jangan Terlalu Dekat
55 Bab 55: Menunggu Orang
56 Bab 56: Orang yang Iri Hati
57 Bab 57: Setelah Urusan Resmi
58 Bab 58: Tak Tahu Diri
59 Bab 59: Tenang
60 Bab 60: Memikirkan Hal yang Sama
61 Bab 61: Memberikan Petunjuk
62 Bab 62: Putusan
63 Bab 63: Memulai dari Awal
64 Bab 64: Saling Memiliki
65 Bab 65: Mengganggu Orang
66 Bab 66: Menemui Mata-Mata
67 Bab 67: Motif
68 Bab 68: Ingin Istirahat
69 Bab 69: Mencari Perhatian
70 Bab 70: Mengusir Pengganggu
71 Bab 71: Tidak Fokus
72 Bab 72: Mengubah Tradisi
73 Bab 73: Menarik Diri
74 Bab 74: Orang yang Tidak Sopan
75 Bab 75: Kehilangan Martabat
76 Bab 76: Panen Besar
77 Bab 77: Menyerah
78 Bab 78: Kenalan Lama
79 Bab 79: Melihat Orang
80 Bab 80: Masa Lalu Selir Rou
81 Bab 81: Para Cinta Pertama
82 Bab 82: Dua Kendi Cuka
83 Bab 83: Memberikan Anugerah
84 Bab 84: Kelinci Liar, Tak Bisa Lari!
85 Bab 85: Tidak Beres
86 Bab 86: Memberi Mandat
87 Bab 87: Percaya Saja
88 Bab 88: Akulah Ratumu!
89 Bab 89: Bagian yang Hilang
90 Bab 90: Mulai Curiga
91 Bab 91: Membuat Rencana
92 Bab 92: Mengapa Tidak Mungkin?
93 Bab 93: Dia Mengandung Keturunan Kekaisaran
94 Bab 94: Manja
95 Bab 95: Berbagi Kebahagiaan
96 Bab 96: Petunjuk Penting
97 Bab 97: Teguran Halus
98 Bab 98: Minta Orang
99 Bab 99: Rencana Fu Dou
100 Bab 100: Mengikuti Kata Hati
101 Bab 101: Niat Jahat
102 Bab 102: Membebaskan Orang
103 Bab 103: Gelagat Aneh
104 Bab 104: Menyimpan Rencana
105 Bab 105: Menerima Gugatan
106 Bab 106: Bau Konspirasi
107 Bab 107: Aku Tidak Akan Membiarkan Mereka Menahanmu!
108 Bab 108: Orang Lama
Episodes

Updated 108 Episodes

1
Bab 1: Peti Mati Permaisuri
2
Bab 2: Berkelahi
3
Bab 3: Ibu Suri Agung
4
Bab 4: Orang yang Tercerahkan
5
Bab 5: Ada Orang yang Meracunimu!
6
Bab 6: Wangchuan dan Lanyin
7
Bab 7: Anggur
8
Bab 8: Kunjungan Para Selir
9
Bab 9: Tertangkap Basah
10
Bab 10: Mengintai Target
11
Bab 11: Diam-Diam
12
Bab 12: Menolong Orang
13
Bab 13: Melabrak Permaisuri
14
Bab 14: Citra Diri
15
Bab 15: Pertimbangan
16
Bab 16: Kematian Pedagang Gadungan
17
Bab 17: Cari Masalah
18
Bab 18: Keterlibatan Selir Mu
19
Bab 19: Kaki Tangan
20
Bab 20: Melepaskan Satu Orang
21
Bab 21: Lepas Satu Lagi
22
Bab 22: Ruang Rahasia
23
Bab 23: Hadiah Pertama
24
Bab 24: Fragmen Sejarah
25
Bab 25: Memainkan Peran
26
Bab 26: Memancing Kemarahan
27
Bab 27: Reuni Keluarga
28
Bab 28: Malam
29
Bab 29: Berkas Pengakuan
30
Bab 30: Berita Baru
31
Bab 31: Menjadi Orang Sibuk
32
Bab 32: Menanyakan Pendapat
33
Bab 33: Terkejut
34
Bab 34: Mencari Tahu
35
Bab 35: Arsip Kekaisaran
36
Bab 36: Ada yang Terbakar
37
Bab 37: Marah Besar
38
Bab 38: Melanjutkan Tugas
39
Bab 39: Cara Membujuk Orang
40
Bab 40: Mengorek Informasi
41
Bab 41: Hidangan dan Bujukan
42
Bab 42: Kedatangan Utusan
43
Bab 43: Malam Perjamuan
44
Bab 44: Terpukau
45
Bab 45: Pengacau
46
Bab 46: Bantu Aku!
47
Bab 47: Bantuan Darurat
48
Bab 48: Rencana Kerja Sama
49
Bab 49: Imbalan Jasa
50
Bab 50: Mengajari
51
Bab 51: Wajah Damai
52
Bab 52: Merasa Tidak Adil
53
Bab 53: Mengapa Permaisuri Datang dari Luar?
54
Bab 54: Jangan Terlalu Dekat
55
Bab 55: Menunggu Orang
56
Bab 56: Orang yang Iri Hati
57
Bab 57: Setelah Urusan Resmi
58
Bab 58: Tak Tahu Diri
59
Bab 59: Tenang
60
Bab 60: Memikirkan Hal yang Sama
61
Bab 61: Memberikan Petunjuk
62
Bab 62: Putusan
63
Bab 63: Memulai dari Awal
64
Bab 64: Saling Memiliki
65
Bab 65: Mengganggu Orang
66
Bab 66: Menemui Mata-Mata
67
Bab 67: Motif
68
Bab 68: Ingin Istirahat
69
Bab 69: Mencari Perhatian
70
Bab 70: Mengusir Pengganggu
71
Bab 71: Tidak Fokus
72
Bab 72: Mengubah Tradisi
73
Bab 73: Menarik Diri
74
Bab 74: Orang yang Tidak Sopan
75
Bab 75: Kehilangan Martabat
76
Bab 76: Panen Besar
77
Bab 77: Menyerah
78
Bab 78: Kenalan Lama
79
Bab 79: Melihat Orang
80
Bab 80: Masa Lalu Selir Rou
81
Bab 81: Para Cinta Pertama
82
Bab 82: Dua Kendi Cuka
83
Bab 83: Memberikan Anugerah
84
Bab 84: Kelinci Liar, Tak Bisa Lari!
85
Bab 85: Tidak Beres
86
Bab 86: Memberi Mandat
87
Bab 87: Percaya Saja
88
Bab 88: Akulah Ratumu!
89
Bab 89: Bagian yang Hilang
90
Bab 90: Mulai Curiga
91
Bab 91: Membuat Rencana
92
Bab 92: Mengapa Tidak Mungkin?
93
Bab 93: Dia Mengandung Keturunan Kekaisaran
94
Bab 94: Manja
95
Bab 95: Berbagi Kebahagiaan
96
Bab 96: Petunjuk Penting
97
Bab 97: Teguran Halus
98
Bab 98: Minta Orang
99
Bab 99: Rencana Fu Dou
100
Bab 100: Mengikuti Kata Hati
101
Bab 101: Niat Jahat
102
Bab 102: Membebaskan Orang
103
Bab 103: Gelagat Aneh
104
Bab 104: Menyimpan Rencana
105
Bab 105: Menerima Gugatan
106
Bab 106: Bau Konspirasi
107
Bab 107: Aku Tidak Akan Membiarkan Mereka Menahanmu!
108
Bab 108: Orang Lama

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!