Bab 12: Menolong Orang

Pagi-pagi sekali, dua belas selir kembali mendatangi Istana Ningxi untuk memberikan salam pagi. Wanita-wanita yang tidak ada kerjaan itu berkumpul di aula menunggu sang Permaisuri yang mereka rasa telah berubah sejak bangun dari peti mati. Mereka sungguh penasaran, apakah Han Ziqing benar-benar berubah hari itu atau ia hanya pura-pura.

“Para nyonya selir yang terhormat, Yang Mulia Permaisuri sedang tidak enak badan. Dia berkata kalian bisa kembali dan tidak usah memberikan salam lagi, apalagi menunggunya di sini,” ucap Meixiang.

Para selir yang hadir lantas bertanya-tanya sakit apakah sang Permaisuri. Kemarin, dia terlihat baik-baik saja.

Tidak biasanya Permaisuri tidak menetapkan salam pagi. Mereka sudah dibuat heran dengan perilakunya kemarin, hari ini mereka tambah heran lagi.

“Bukankah kemarin dia baik-baik saja?” tanya Selir Qiao.

Selir Shang yang duduk di sampingnya mengibaskan kipas lipatnya, menggelengkan kepala dengan pelan. “Aku rasa Permaisuri belum benar-benar sembuh.”

“Sayang sekali, aku sudah berdandan sangat sederhana hari ini,” Selir Tian menimpali.

Hari ini, selain mereka bertiga, selir lainnya yang tidak terlalu suka ikut campur dalam masalah perebutan kasih sayang juga melakukan hal yang sama.

Mereka berdandan lebih sederhana karena mereka takut Permaisuri akan marah. Mereka khawatir tingkah anehnya kemarin hanya sebuah momentum untuk meledakkan kemarahan yang lebih besar.

“Menurutmu, apakah ini ada hubungannya dengan Selir Agung Yun?” tanya Selir Shang. “Selir Agung Yun sudah jarang menghadiri salam pagi. Permaisuri biasanya paling bersemangat beradu mulut ketika Selir Agung Yun hadir.”

“Entahlah, aku tidak berani menebak pemikiran Permaisuri. Dia yang sekarang sama seperti Kaisar, sulit ditebak dan agak menakutkan.”

Selir Tian, Selir Shang, dan Selir Qiao kemudian mendahului selir yang lebih senior dari mereka keluar dari Istana Ningxi. Tidak ada gunanya terus menunggu Permaisuri sambil bertanya-tanya apakah sakitnya sungguhan atau tidak. Kalau Permaisuri memang tidak ingin ditemui, maka mereka seharusnya tidak memaksa.

Setelah dua belas selir pergi, Han Ziqing baru berani keluar dari kamarnya. Sungguh, salam pagi adalah kegiatan yang sangat membosankan.

Para selir yang kurang kerjaan itu rela berjalan jauh dari istana mereka menuju Istana Ningxi hanya untuk memberi salam. Kalau itu masih Han Ziqing yang dulu, salam pagi ini mungkin jadi sangat berguna.

“Meixiang, temani aku jalan-jalan.”

Meixiang yang sedang merapikan kursi bekas duduk para selir mendongak, “Yang Mulia, mereka baru saja pergi. Bagaimana jika mereka berpapasan denganmu di tengah jalan?”

“Lewat jalur lain saja. Jalan di istana ini bukan hanya satu.”

Han Ziqing lantas menyusuri setiap jalan yang dirasa aman dan bisa menghindarkan dia dari bertemu dengan para selir. Istana ini luas, kalau dia hanya mengandalkan ingatan untuk mengetahuinya, ia tidak puas. Sekalian, Han Ziqing juga ingin tahu apakah ada sesuatu yang menarik di istana ini untuk diteliti atau tidak.

Dari taman utama kekaisaran, dia berbelok ke arah selatan. Ada sebuah bangunan istana berdiri di area yang tidak begitu luas.

Taman sekitar istana dipenuhi dengan bunga-bunga yang sudah layu. Ada sebuah pendopo di dekat tembok yang dinaungi sebuah pohon wisteria ungu.

Bangunan istana itu mirip sebuah paviliun. Han Ziqing berjalan menuju bangunan, lalu mengedarkan pandangannya ke sekeliling.

Tempat ini tampak tidak terawat, tetapi masih ada jejak yang menandakan ada kehidupan di sini. Lentera di jalan masih menyala, dan suasananya lumayan sepi.

“Yang Mulia, ini adalah kediaman Selir Mu,” Meixiang memberitahu Han Ziqing saat wanita itu duduk di kursi pendopo.

“Selir Mu, yang katamu sedang sakit itu?”

“Benar, Yang Mulia.”

“Dia seorang selir, mengapa kediamannya begitu bobrok dan jelek?”

“Itu…”

“Katakan!”

Meixiang lalu memberitahu Han Ziqing alasan mengapa kediaman Selir Mu begitu kecil. Selir Mu dulunya adalah putri dari seorang pejabat di Kementrian Ritus. Dia adalah selir tingkat tiga.

Selir Mu orangnya sangat rendah hati dan tertutup. Sejak masuk istana, dia tidak pernah berharap tinggi akan menjadi kesayangan Kaisar.

Tiga tahun lalu, ayahnya ditangkap dan diadili karena terlibat kasus korupsi. Kaisar sangat marah dan hampir mengeksekusi seluruh keluarganya.

Dia memohon kepada Kaisar dengan berlutut di depan Istana Yongqian siang dan malam, barulah Selir Mu berhasil menyelamatkan keluarganya dari hukuman mati, tetapi dia harus diturunkan tingkatannya.

Secara otomatis, orang-orang juga mulai menjauhinya. Han Ziqing yang kala itu masih mengejar Wei Shiqi menggunakan kesempatan tersebut untuk memburunya.

Han Ziqing tidak menyukai orang yang menyusahkan Wei Shiqi dan membuatnya marah. Dia berkali-kali menghukum Selir Mu dengan alasan yang dibuat-buat.

Tidak ada yang berani membelanya sampai sekarang. Kediamannya terbengkalai dan terpencil. Hanya ada satu pelayan yang setia melayaninya, yang dibawa dari keluarganya untuk menemaninya di istana. Dia mungkin sekarang kesusahan ketika sakit karena pihak istana mengabaikannya.

Sudut mulut Han Ziqing berkedut. Ya ampun, dia begitu memalukan di masa lalu. Dia ternyata benar-benar suka menindas orang yang lebih lemah.

Dia memanfaatkan posisinya untuk menjadi satu-satunya wanita paling kuat di harem dan bertarung dengan Yun Lin, tapi tidak pernah menang karena Wei Shiqi selalu mengabaikannya.

“Mari lihat bagaimana kondisinya,” ucapnya.

Han Ziqing dan Meixiang pergi ke kediaman Selir Mu, tapi tidak ada seorang pun ia dapati di sana. Istana itu kosong.

Selain bobrok, pelatarannya juga sangat kotor. Tempat ini tidak lebih buruk dari Istana Dingin. Han Ziqing bergidik, lalu memutar mengitari sekitar istana.

Ada sebuah danau di belakang istana ini. Sebuah pendopo juga dibangun di tepi danau. Mata Han Ziqing melihat sesosok wanita berambut panjang berdiri di pagar pendopo, membelakanginya. Wanita itu mengenakan gaun serba putih persis seperti jubah duka.

“Apakah dia adalah Selir Mu?” tanya Han Ziqing. Meixiang menggangguk.

“Apa yang mau dia lakukan dengan berdiri di dekat pagar?”

Meixiang tertegun. Mungkinkah…

Han Ziqing segera berlari. Otaknya tidak bisa tidak berpikiran buruk.

Selir Mu yang kurus berdiri di tepi pagar, jika dia nekad, dia bisa saja melompat. Jika Selir Mu melompat dan mati saat Han Ziqing ada di sini, maka urusannya bisa gawat. Han Ziqing bisa-bisa dipenjara atau dikurung lagi.

Selir Mu naik ke pagar kayu, berdiri dengan tidak stabil dengan kedua kakinya yang telanjang. Matanya sayu, bibirnya pucat. Dia terlihat sangat putus asa.

“Hei, jangan berpikiran sempit!” Han Ziqing berteriak. “Cepat turun dari sa…na.”

Han Ziqing langsung tertegun begitu ia sampai di pendopo. Tangan Han Ziqing menggantung di udara, meraih kekosongan yang membuatnya mematung.

Selir Mu lebih dulu melompat menceburkan diri sebelum Han Ziqing selesai bicara. Tubuh Selir Mu menghilang di dalam air.

Han Ziqing tidak tahu bahwa pada saat itu, seorang selir yang sempat dekat dengan Selir Mu datang dan melihat adegan itu. Dia melihat Selir Mu jatuh ke danau dan tangan Han Ziqing tergantung di udara.

Pikiran buruk langsung muncul dan selir itu langsung berlari menjauh untuk memberitahu semua orang: bahwa Permaisuri Han mendorong Selir Mu ke dalam danau dan ingin menenggelamkannya.

Han Ziqing langsung menanggalkan jubah dan sepatunya, lalu melompat ke danau. Meixiang berteriak histeris, namun sosok Han Ziqing sudah ikut hilang.

Dia panik, berteriak mencari orang agar turun ke danau mencari Permaisuri. Tapi, kediaman ini jauh dari keramaian. Meixiang kesulitan memanggil orang.

Han Ziqing menyelam lebih dalam untuk mencari tubuh Selir Mu. Gelembung udara dari hidung dan mulutnya pecah, dan pernapasannya mulai terganggu.

Han Ziqing masih terus mencari, berharap menemukan sosok Selir Mu. Ia hampir kehabisan napas ketika samar-samar melihat sosok Selir Mu mengambang di dekat dasar danau.

Dia segera menarik tangannya, membawa tubuhnya berenang ke atas. Kepala mereka muncul di permukaan air. Han Ziqing menyeret tubuh Selir Mu ke tepi danau, menidurkannya di atas rumput liar yang mengering.

Dia menepuk-nepuk pipi Selir Mu sambil memanggil namanya, namun Selir Mu tidak merespon. Jantungnya seperti berhenti berdetak.

"Bertaruh saja!"

Tanpa pikir panjang, Han Ziqing segera melakukan CPR dengan menekan dada Selir Mu dengan tangannya. Dia menekannya beberapa kali, sesuai dengan arahan yang pernah ia terima ketika dia menjalani pelatihan pertolongan pertama saat kuliah dulu.

Tidak ada EKG di sini. Tidak ada defibrillator juga. Han Ziqing hanya bisa mengambil risiko dan mempertaruhkan segalanya. Kalau detak jantung Selir Mu bisa kembali, maka semuanya tidak akan menjadi rumit.

Setelah dua menit melakukan CPR, dada Selir Mu terangkat dan mulutnya terbuka. Selir Mu memuntahkan seteguk air dari mulutnya.

Pernapasan dan aktivitas jantungnya sudah kembali meski Selir Mu pingsan lagi. Han Ziqing menarik napas lega, setidaknya Selir Mu sudah berhasil selamat dari bahaya.

“Yang Mulia!” teriak Meixiang. Dia datang bersama dua pengawal istana dan sangat panik. “Yang Mulia, mengapa Yang Mulia ikut melompat? Apakah Yang Mulia baik-baik saja?”

“Cepat panggil tabib!” seru Han Ziqing. “Bawa dia ke dalam!”

Satu pengawal berlari memanggil tabib, satu pengawal lagi membantu Han Ziqing membawa tubuh Selir Mu ke dalam kamarnya. Kamarnya jelek dan suhunya agak dingin. Selir Mu dibaringkan di tempat tidur, lalu Han Ziqing menyuruh Meixiang untuk segera mengganti pakaian Selir Mu.

“Bagaimana denganmu, Yang Mulia? Pakaianmu juga basah kuyup! Bagaimana jika Yang Mulia jatuh sakit?”

“Jangan banyak omong! Menyelamatkan orang lebih penting!”

Meixiang akhirnya menurut. Si pengawal berjaga di luar, sementara Han Ziqing duduk di kursi sambil menenangkan diri. Air danau itu ternyata dingin. Setelah selesai mengganti pakaian Selir Mu, Meixiang kemudian menyampirkan jubah Han Ziqing ke tubuhnya.

Tabib datang tidak lama setelah itu. Melihat Permaisuri juga basah kuyup, tubuh si tabib bergetar ketakutan.

“Apa yang kau tunggu? Cepat periksa dia!” bentak Han Ziqing. Si tabib langsung menurut.

Han Ziqing mendengus. Orang-orang di zaman ini sangat lamban. Mereka malah memikirkan ketakutan mereka saat melihat pasien dalam bahaya ketimbang segera menolongnya.

Apakah dia begitu menakutkan sampai tabib saja takut ketika bertemu dengannya?

Terpopuler

Comments

sahabat pena

sahabat pena

thor kurang greget ah ga ada ruang di mensi nya🤣🤣🤣✌ayolah ada ruang dimensi. biar bisa ambil barang2 dari zaman modern

2025-02-06

1

Biyan Narendra

Biyan Narendra

positif respon
good job permaisuri Han...

2025-02-01

1

zansen

zansen

semangat

2025-01-16

2

lihat semua
Episodes
1 Bab 1: Peti Mati Permaisuri
2 Bab 2: Berkelahi
3 Bab 3: Ibu Suri Agung
4 Bab 4: Orang yang Tercerahkan
5 Bab 5: Ada Orang yang Meracunimu!
6 Bab 6: Wangchuan dan Lanyin
7 Bab 7: Anggur
8 Bab 8: Kunjungan Para Selir
9 Bab 9: Tertangkap Basah
10 Bab 10: Mengintai Target
11 Bab 11: Diam-Diam
12 Bab 12: Menolong Orang
13 Bab 13: Melabrak Permaisuri
14 Bab 14: Citra Diri
15 Bab 15: Pertimbangan
16 Bab 16: Kematian Pedagang Gadungan
17 Bab 17: Cari Masalah
18 Bab 18: Keterlibatan Selir Mu
19 Bab 19: Kaki Tangan
20 Bab 20: Melepaskan Satu Orang
21 Bab 21: Lepas Satu Lagi
22 Bab 22: Ruang Rahasia
23 Bab 23: Hadiah Pertama
24 Bab 24: Fragmen Sejarah
25 Bab 25: Memainkan Peran
26 Bab 26: Memancing Kemarahan
27 Bab 27: Reuni Keluarga
28 Bab 28: Malam
29 Bab 29: Berkas Pengakuan
30 Bab 30: Berita Baru
31 Bab 31: Menjadi Orang Sibuk
32 Bab 32: Menanyakan Pendapat
33 Bab 33: Terkejut
34 Bab 34: Mencari Tahu
35 Bab 35: Arsip Kekaisaran
36 Bab 36: Ada yang Terbakar
37 Bab 37: Marah Besar
38 Bab 38: Melanjutkan Tugas
39 Bab 39: Cara Membujuk Orang
40 Bab 40: Mengorek Informasi
41 Bab 41: Hidangan dan Bujukan
42 Bab 42: Kedatangan Utusan
43 Bab 43: Malam Perjamuan
44 Bab 44: Terpukau
45 Bab 45: Pengacau
46 Bab 46: Bantu Aku!
47 Bab 47: Bantuan Darurat
48 Bab 48: Rencana Kerja Sama
49 Bab 49: Imbalan Jasa
50 Bab 50: Mengajari
51 Bab 51: Wajah Damai
52 Bab 52: Merasa Tidak Adil
53 Bab 53: Mengapa Permaisuri Datang dari Luar?
54 Bab 54: Jangan Terlalu Dekat
55 Bab 55: Menunggu Orang
56 Bab 56: Orang yang Iri Hati
57 Bab 57: Setelah Urusan Resmi
58 Bab 58: Tak Tahu Diri
59 Bab 59: Tenang
60 Bab 60: Memikirkan Hal yang Sama
61 Bab 61: Memberikan Petunjuk
62 Bab 62: Putusan
63 Bab 63: Memulai dari Awal
64 Bab 64: Saling Memiliki
65 Bab 65: Mengganggu Orang
66 Bab 66: Menemui Mata-Mata
67 Bab 67: Motif
68 Bab 68: Ingin Istirahat
69 Bab 69: Mencari Perhatian
70 Bab 70: Mengusir Pengganggu
71 Bab 71: Tidak Fokus
72 Bab 72: Mengubah Tradisi
73 Bab 73: Menarik Diri
74 Bab 74: Orang yang Tidak Sopan
75 Bab 75: Kehilangan Martabat
76 Bab 76: Panen Besar
77 Bab 77: Menyerah
78 Bab 78: Kenalan Lama
79 Bab 79: Melihat Orang
80 Bab 80: Masa Lalu Selir Rou
81 Bab 81: Para Cinta Pertama
82 Bab 82: Dua Kendi Cuka
83 Bab 83: Memberikan Anugerah
84 Bab 84: Kelinci Liar, Tak Bisa Lari!
85 Bab 85: Tidak Beres
86 Bab 86: Memberi Mandat
87 Bab 87: Percaya Saja
88 Bab 88: Akulah Ratumu!
89 Bab 89: Bagian yang Hilang
90 Bab 90: Mulai Curiga
91 Bab 91: Membuat Rencana
92 Bab 92: Mengapa Tidak Mungkin?
93 Bab 93: Dia Mengandung Keturunan Kekaisaran
94 Bab 94: Manja
95 Bab 95: Berbagi Kebahagiaan
96 Bab 96: Petunjuk Penting
97 Bab 97: Teguran Halus
98 Bab 98: Minta Orang
99 Bab 99: Rencana Fu Dou
100 Bab 100: Mengikuti Kata Hati
101 Bab 101: Niat Jahat
102 Bab 102: Membebaskan Orang
103 Bab 103: Gelagat Aneh
104 Bab 104: Menyimpan Rencana
105 Bab 105: Menerima Gugatan
106 Bab 106: Bau Konspirasi
107 Bab 107: Aku Tidak Akan Membiarkan Mereka Menahanmu!
108 Bab 108: Orang Lama
Episodes

Updated 108 Episodes

1
Bab 1: Peti Mati Permaisuri
2
Bab 2: Berkelahi
3
Bab 3: Ibu Suri Agung
4
Bab 4: Orang yang Tercerahkan
5
Bab 5: Ada Orang yang Meracunimu!
6
Bab 6: Wangchuan dan Lanyin
7
Bab 7: Anggur
8
Bab 8: Kunjungan Para Selir
9
Bab 9: Tertangkap Basah
10
Bab 10: Mengintai Target
11
Bab 11: Diam-Diam
12
Bab 12: Menolong Orang
13
Bab 13: Melabrak Permaisuri
14
Bab 14: Citra Diri
15
Bab 15: Pertimbangan
16
Bab 16: Kematian Pedagang Gadungan
17
Bab 17: Cari Masalah
18
Bab 18: Keterlibatan Selir Mu
19
Bab 19: Kaki Tangan
20
Bab 20: Melepaskan Satu Orang
21
Bab 21: Lepas Satu Lagi
22
Bab 22: Ruang Rahasia
23
Bab 23: Hadiah Pertama
24
Bab 24: Fragmen Sejarah
25
Bab 25: Memainkan Peran
26
Bab 26: Memancing Kemarahan
27
Bab 27: Reuni Keluarga
28
Bab 28: Malam
29
Bab 29: Berkas Pengakuan
30
Bab 30: Berita Baru
31
Bab 31: Menjadi Orang Sibuk
32
Bab 32: Menanyakan Pendapat
33
Bab 33: Terkejut
34
Bab 34: Mencari Tahu
35
Bab 35: Arsip Kekaisaran
36
Bab 36: Ada yang Terbakar
37
Bab 37: Marah Besar
38
Bab 38: Melanjutkan Tugas
39
Bab 39: Cara Membujuk Orang
40
Bab 40: Mengorek Informasi
41
Bab 41: Hidangan dan Bujukan
42
Bab 42: Kedatangan Utusan
43
Bab 43: Malam Perjamuan
44
Bab 44: Terpukau
45
Bab 45: Pengacau
46
Bab 46: Bantu Aku!
47
Bab 47: Bantuan Darurat
48
Bab 48: Rencana Kerja Sama
49
Bab 49: Imbalan Jasa
50
Bab 50: Mengajari
51
Bab 51: Wajah Damai
52
Bab 52: Merasa Tidak Adil
53
Bab 53: Mengapa Permaisuri Datang dari Luar?
54
Bab 54: Jangan Terlalu Dekat
55
Bab 55: Menunggu Orang
56
Bab 56: Orang yang Iri Hati
57
Bab 57: Setelah Urusan Resmi
58
Bab 58: Tak Tahu Diri
59
Bab 59: Tenang
60
Bab 60: Memikirkan Hal yang Sama
61
Bab 61: Memberikan Petunjuk
62
Bab 62: Putusan
63
Bab 63: Memulai dari Awal
64
Bab 64: Saling Memiliki
65
Bab 65: Mengganggu Orang
66
Bab 66: Menemui Mata-Mata
67
Bab 67: Motif
68
Bab 68: Ingin Istirahat
69
Bab 69: Mencari Perhatian
70
Bab 70: Mengusir Pengganggu
71
Bab 71: Tidak Fokus
72
Bab 72: Mengubah Tradisi
73
Bab 73: Menarik Diri
74
Bab 74: Orang yang Tidak Sopan
75
Bab 75: Kehilangan Martabat
76
Bab 76: Panen Besar
77
Bab 77: Menyerah
78
Bab 78: Kenalan Lama
79
Bab 79: Melihat Orang
80
Bab 80: Masa Lalu Selir Rou
81
Bab 81: Para Cinta Pertama
82
Bab 82: Dua Kendi Cuka
83
Bab 83: Memberikan Anugerah
84
Bab 84: Kelinci Liar, Tak Bisa Lari!
85
Bab 85: Tidak Beres
86
Bab 86: Memberi Mandat
87
Bab 87: Percaya Saja
88
Bab 88: Akulah Ratumu!
89
Bab 89: Bagian yang Hilang
90
Bab 90: Mulai Curiga
91
Bab 91: Membuat Rencana
92
Bab 92: Mengapa Tidak Mungkin?
93
Bab 93: Dia Mengandung Keturunan Kekaisaran
94
Bab 94: Manja
95
Bab 95: Berbagi Kebahagiaan
96
Bab 96: Petunjuk Penting
97
Bab 97: Teguran Halus
98
Bab 98: Minta Orang
99
Bab 99: Rencana Fu Dou
100
Bab 100: Mengikuti Kata Hati
101
Bab 101: Niat Jahat
102
Bab 102: Membebaskan Orang
103
Bab 103: Gelagat Aneh
104
Bab 104: Menyimpan Rencana
105
Bab 105: Menerima Gugatan
106
Bab 106: Bau Konspirasi
107
Bab 107: Aku Tidak Akan Membiarkan Mereka Menahanmu!
108
Bab 108: Orang Lama

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!