Bab 15: Pertimbangan

“Hatchi…”

Han Ziqing menggosok hidungnya yang gatal beberapa kali. Meski pakaiannya sudah diganti dengan pakaian kering, tapi hawa dingin masih bersarang di dalam tubuhnya.

Tubuh ini lemah, tidak punya fondasi bela diri yang kuat, ditambah baru pulih dari racun mematikan. Jadi, daya tahan tubuhnya tidak kuat, sehingga kedinginan sebentar saja sudah membuat Han Ziqing repot.

“Yang Mulia, minumlah sup jahenya,” Meixiang menyodorkan semangkuk air rebusan jahe yang mengepul. Han Ziqing langsung meminumnya sampai habis.

Ia akhirnya mengerti mengapa penyakit ringan di zaman ini dapat menjadi sangat berbahaya. Tidak ada serum atau vaksin ketika seseorang terserang suatu virus, hingga berakhir mati setelah menularkan pada yang lain. Juga tidak ada laboratorium yang dapat digunakan untuk meneliti sebuah sumber penyakit.

Bahkan, masuk angin juga bisa berakhir dengan kematian di sini. Tubuh ini, yang ia tempati sekarang benar-benar beruntung karena tidak hancur setelah memakan racun berbahaya. Di lain hari Han Ziqing harus mulai berolah raga secara rutin.

Meixiang meletakkan mangkuknya di meja, lalu berjongkok untuk menyalakan api di dalam anglo yang diletakkan di dekat sofa tempat Han Ziqing duduk.

Tidak butuh waktu lama, arang yang dibakar di dalam anglo sudah membara. Suhu di dekat Han Ziqing perlahan mulai hangat.

“Selir Agung Yun benar-benar keterlaluan. Dia datang hendak memfitnah Yang Mulia, sehingga Yang Mulia harus menunda waktu berganti baju. Jika Kaisar tidak datang, Yang Mulia mungkin sudah jatuh sakit,” keluh Meixiang.

“Jika Kaisar tidak datang mengganggu kesenanganku, Yun Lin itu sudah aku buat malu sampai mati,” ucap Han Ziqing.

Bisa dibilang, kedatangan Wei Shiqi tadi sedikit mengganggu meski menguntungkan untuknya. Han Ziqing bisa segera mengakhiri pertunjukan itu, namun ia juga tidak puas karena orang yang menghukum Yun Lin dan para selir pada akhirnya bukan dia.

Pria yang biasanya sangat sibuk dan tidak peduli pada haremnya itu, mengapa tiba-tiba datang menonton keramaian?

Wei Shiqi sepertinya bukan tipe orang yang suka ikut campur dalam masalah wanita. Dulu juga begitu.

Dia tidak peduli pada apa yang dilakukan Han Ziqing kepada selir-selirnya. Selama tidak membahayakan nyawa, itu bukan masalah besar.

“Apakah keluhan terhadapku masih datang ke pengadilan?” tanya Han Ziqing.

Han Ziqing pemilik tubuh sebelumnya sangat semena-mena. Dia dianggap rubah pemikat yang jahat dan kejam.

Terhadap para selir, dia menganggap remeh mereka dan suka memarahi, menghukum sesuka hati, bahkan menuduh tanpa memedulikan bukti. Tapi, tidak ada yang berani melawannya di harem selain Yun Lin, karena posisi Han Ziqing begitu tinggi dan dia punya kekuatan kuat yang mendukungnya di belakangnya.

Berdasarkan ingatan pemilik tubuh asli, keluhan dari para pejabat mulai berdatangan untuknya. Mereka menyampaikan banyak pendapat mengenai perilakunya yang tidak bermoral dan tidak mementingkan kepentingan umum. Sebagai Permaisuri, Han Ziqing seharusnya berperilaku baik untuk menjadi teladan bagi para wanita.

Dia adalah ibu negara, bukan lagi seorang anak gadis dari keluarga adipati yang dimanja. Tanggung jawabnya besar dalam mengelola harem, namun dia malah asyik terjun ke dunia percintaan yang membuatnya menjadi jahat di mata orang lain. Meski tidak membunuh, namun semua tindakannya sudah banyak membuat orang menderita.

Han Ziqing sebelumnya pernah menghukum Selir Mu berjalan jongkok dari Istana Ningxi sampai ke kediamannya sampai kakinya bengkak dan sendinya bergeser karena kesal Selir Mu memakai pengharum badan.

Kemudian, Han Ziqing sebelumnya juga pernah menghukum Selir Jiang meminum tiga mangkuk sup tonik sampai Selir Jiang mimisan karena Han Ziqing menemukan ramuan penyubur di kediaman Selir Jiang.

Kecuali Selir Tian, Selir Shang, dan Selir Qiao yang baru masuk istana belakangan ini, semua selir pernah menjadi bulan-bulanan Han Ziqing.

Saat Yun Lin masih belum menjadi Selir Agung, Han Ziqing pernah mengurungnya di istananya selama satu bulan karena Yun Lin melontarkan kata-kata kasar padanya.

Meski sekarang Yun Lin bisa melawan karena menempati posisi selir tertinggi, dia tetap kesulitan menghadapi Han Ziqing. Posisi permaisuri tidak semudah itu untuk digoyahkan. Semakin Yun Lin membencinya, maka Han Ziqing menjadi semakin sulit dihadapi.

Meixiang menghela napasnya. Pelayan itu meletakkan kipas di dekat anglo, lalu duduk di lantai.

Dia memijat kaki Han Ziqing dengan pelan, lalu berkata, “Sejak Yang Mulia terbangun dari peti mati, keluhan pejabat untukmu semakin banyak. Beberapa menteri bahkan ingin mengajukan petisi untuk menggulingkanmu, Yang Mulia.”

“Bagaimana dengan reaksi Kaisar?”

“Kaisar tampaknya tidak terlalu memedulikannya.”

Itu masuk akal, pikir Han Ziqing. Han Ziqing menempati posisi Permaisuri. Ayahnya adalah Adipati Yongyi, yang memegang kuasa militer di perbatasan. Selain keluarga adipati, Han Ziqing juga mendapat dukungan Ibu Suri Agung, satu-satunya tetua keluarga kekaisaran saat ini.

Bahkan jika Wei Shiqi ingin menggulingkannya, dia juga harus berpikir berulang kali. Saat mereka bicara di Restoran Tongxiu tempo hari, Han Ziqing sudah tahu kalau Wei Shiqi ini orangnya penuh pertimbangan. Sebagai Kaisar, dia perlu menyeimbangkan kekuatan di dalam pengadilan.

Kalau dia setuju melengserkan Han Ziqing, dia harus menghadapi Adipati Yongyi. Jika dia tidak setuju, maka menteri kabinet yang akan terus berkicau mengeluh padanya.

Han Ziqing menyunggingkan senyumnya. Wei Shiqi, dia mengambil keuntungan dengan mengambil jalan tengah untuk mengamankan dirinya sendiri. Karena tidak memutuskan memenuhi keinginan siapapun, dia mengabaikan keduanya.

Lagipula, pelanggaran yang dilakukan Han Ziqing belum cukup untuk membuatnya dilengserkan. Han Ziqing dulu hanya terbutakan oleh cinta yang membuatnya terobsesi, bukan melakukan pemberontakan atau sesuatu yang merugikan rakyat. Wei Shiqi juga tahu dari hatinya sendiri sehingga dia hanya mengabaikannya saja.

“Ambilkan kertas dan pena untukku.”

“Yang Mulia, untuk apa kau memerlukan pena dan kertas?”

“Aku ingin menulis surat untuk ayahku. Dia tidak boleh menunjukkan kekuasaan dan rasa tidak puasnya secara terang-terangan dan berlebihan.”

“Ah? Bukankah itu yang membuat Yang Mulia tetap berdiri kukuh di harem?”

“Terlalu kuat terkadang sangat berbahaya,” ucap Han Ziqing.

Ya, jika terlalu kuat, tidak akan baik. Terlalu lemah juga tidak boleh. Yang paling dibutuhkan adalah dia harus cerdas kalau mau bertahan hidup di dunia ini.

Dia sudah menganalisis situasinya. Dugaannya tidak meleset sama sekali. Sesuai perkiraannya, akan ada pertarungan sengit di harem ini.

Orang yang akan menjadi lawan terbesarnya adalah Yun Lin. Han Ziqing tadinya tidak ingin peduli, tapi dia melihat dengan jelas betapa besar ambisi wanita itu untuk merebut posisi permaisuri. Han Ziqing memang bisa mengambil jalan mundur, tapi tidak suka orang lain mengalahkannya.

Seorang professor sepertinya mana bisa dikalahkan oleh wanita zaman kuno yang bahkan tidak tahu kecerdasan modern? Kalau Yun Lin memang ingin bertarung dengannya, maka itu adalah pertarungan untuk posisi, bukan pertarungan untuk memenangkan hati Wei Shiqi.

Setelah selesai menulis, Han Ziqing menyuruh Meixiang untuk mengantarkannya ke pos pengantar surat. Dia sendiri meringkuk di sofa sambil membalut tubuhnya dengan selimut. Aroma dupa cendana yang menenangkan membuat syaraf-syarafnya rileks. Tanpa sadar, dia tertidur.

Pintu istananya terbuka dengan derit yang pelan. Langkah kaki ringan dan teratur terlihat bergerak menuju sofa, lalu berhenti di dekat anglo yang arangnya masih membara. Ujung jubah dari pemilik sepasang kaki itu mengkilap ketika cahaya dari lilin dan api meneranginya.

“Wanita bodoh.”

Wei Shiqi berdiri di sana selama beberapa saat, memandangi sosok Han Ziqing yang meringkuk seperti anak kucing. Malam ini, dia tidak bisa tidur lagi.

Insomnia yang dideritanya jadi sering kambuh akhir-akhir ini. Tapi, yang aneh adalah dia selalu berjalan menuju Istana Ningxi, lalu kembali lagi dan baru bisa tidur. Itu terjadi seolah-olah ia melakukannya di alam bawah sadarnya.

Ah, apakah ini karena dalam hatinya dia tidak lagi menganggap Han Ziqing sebagai pengganggu? Apakah ini karena cara pandangnya terhadap Han Ziqing sudah mulai berubah sejak mereka bertarung terakhir kali?

Dia bahkan tanpa sadar melibatkan diri dalam pertunjukkan yang dilakoni wanita ini dengan Yun Lin siang tadi.

Setelah mendapat kabar kalau Yun Lin membawa sekelompok selir ke kediaman Selir Mu untuk melabrak Han Ziqing, Wei Shiqi menunda caturnya dengan Fu Dou dan pergi untuk melihat.

Dia juga tanpa diduga melepaskan jubahnya sendiri untuk menutupi tubuh basah Han Ziqing. Ini tidak pernah terjadi sebelumnya.

Wei Shiqi tidak pernah peduli pada apapun tentang Han Ziqing. Terserah wanita itu mau melakukan apa, yang penting tidak mengganggunya dan tidak mengganggu urusan negara.

Ini benar-benar aneh. Dia juga heran pada dirinya sendiri.

“Jin Bao,” panggil Wei Shiqi. Jin Bao kemudian masuk ke dalam dengan langkah pelan dan hati-hati.

“Apa Yang Mulia memiliki perintah?”

“Ambil beberapa bahan obat dari paviliun Fu Dou, antarkan kemari dan suruh pelayannya untuk merebusnya.”

Jin Bao tersenyum dalam keremangan cahaya, berkata dengan nada ringan, “Perintah dilaksanakan, Yang Mulia.”

Terpopuler

Comments

Ayu Dani

Ayu Dani

6 cangkir kopi buat author biar tambah semangat

2025-01-17

2

ika yanti naibaho

ika yanti naibaho

makin seru kak cerita nya semangat up nya ya kak

2025-01-18

2

Ayu Dani

Ayu Dani

makin wow ceritanya Thor i like it

2025-01-17

2

lihat semua
Episodes
1 Bab 1: Peti Mati Permaisuri
2 Bab 2: Berkelahi
3 Bab 3: Ibu Suri Agung
4 Bab 4: Orang yang Tercerahkan
5 Bab 5: Ada Orang yang Meracunimu!
6 Bab 6: Wangchuan dan Lanyin
7 Bab 7: Anggur
8 Bab 8: Kunjungan Para Selir
9 Bab 9: Tertangkap Basah
10 Bab 10: Mengintai Target
11 Bab 11: Diam-Diam
12 Bab 12: Menolong Orang
13 Bab 13: Melabrak Permaisuri
14 Bab 14: Citra Diri
15 Bab 15: Pertimbangan
16 Bab 16: Kematian Pedagang Gadungan
17 Bab 17: Cari Masalah
18 Bab 18: Keterlibatan Selir Mu
19 Bab 19: Kaki Tangan
20 Bab 20: Melepaskan Satu Orang
21 Bab 21: Lepas Satu Lagi
22 Bab 22: Ruang Rahasia
23 Bab 23: Hadiah Pertama
24 Bab 24: Fragmen Sejarah
25 Bab 25: Memainkan Peran
26 Bab 26: Memancing Kemarahan
27 Bab 27: Reuni Keluarga
28 Bab 28: Malam
29 Bab 29: Berkas Pengakuan
30 Bab 30: Berita Baru
31 Bab 31: Menjadi Orang Sibuk
32 Bab 32: Menanyakan Pendapat
33 Bab 33: Terkejut
34 Bab 34: Mencari Tahu
35 Bab 35: Arsip Kekaisaran
36 Bab 36: Ada yang Terbakar
37 Bab 37: Marah Besar
38 Bab 38: Melanjutkan Tugas
39 Bab 39: Cara Membujuk Orang
40 Bab 40: Mengorek Informasi
41 Bab 41: Hidangan dan Bujukan
42 Bab 42: Kedatangan Utusan
43 Bab 43: Malam Perjamuan
44 Bab 44: Terpukau
45 Bab 45: Pengacau
46 Bab 46: Bantu Aku!
47 Bab 47: Bantuan Darurat
48 Bab 48: Rencana Kerja Sama
49 Bab 49: Imbalan Jasa
50 Bab 50: Mengajari
51 Bab 51: Wajah Damai
52 Bab 52: Merasa Tidak Adil
53 Bab 53: Mengapa Permaisuri Datang dari Luar?
54 Bab 54: Jangan Terlalu Dekat
55 Bab 55: Menunggu Orang
56 Bab 56: Orang yang Iri Hati
57 Bab 57: Setelah Urusan Resmi
58 Bab 58: Tak Tahu Diri
59 Bab 59: Tenang
60 Bab 60: Memikirkan Hal yang Sama
61 Bab 61: Memberikan Petunjuk
62 Bab 62: Putusan
63 Bab 63: Memulai dari Awal
64 Bab 64: Saling Memiliki
65 Bab 65: Mengganggu Orang
66 Bab 66: Menemui Mata-Mata
67 Bab 67: Motif
68 Bab 68: Ingin Istirahat
69 Bab 69: Mencari Perhatian
70 Bab 70: Mengusir Pengganggu
71 Bab 71: Tidak Fokus
72 Bab 72: Mengubah Tradisi
73 Bab 73: Menarik Diri
74 Bab 74: Orang yang Tidak Sopan
75 Bab 75: Kehilangan Martabat
76 Bab 76: Panen Besar
77 Bab 77: Menyerah
78 Bab 78: Kenalan Lama
79 Bab 79: Melihat Orang
80 Bab 80: Masa Lalu Selir Rou
81 Bab 81: Para Cinta Pertama
82 Bab 82: Dua Kendi Cuka
83 Bab 83: Memberikan Anugerah
84 Bab 84: Kelinci Liar, Tak Bisa Lari!
85 Bab 85: Tidak Beres
86 Bab 86: Memberi Mandat
87 Bab 87: Percaya Saja
88 Bab 88: Akulah Ratumu!
89 Bab 89: Bagian yang Hilang
90 Bab 90: Mulai Curiga
91 Bab 91: Membuat Rencana
92 Bab 92: Mengapa Tidak Mungkin?
93 Bab 93: Dia Mengandung Keturunan Kekaisaran
94 Bab 94: Manja
95 Bab 95: Berbagi Kebahagiaan
96 Bab 96: Petunjuk Penting
97 Bab 97: Teguran Halus
98 Bab 98: Minta Orang
99 Bab 99: Rencana Fu Dou
100 Bab 100: Mengikuti Kata Hati
101 Bab 101: Niat Jahat
102 Bab 102: Membebaskan Orang
103 Bab 103: Gelagat Aneh
104 Bab 104: Menyimpan Rencana
105 Bab 105: Menerima Gugatan
106 Bab 106: Bau Konspirasi
107 Bab 107: Aku Tidak Akan Membiarkan Mereka Menahanmu!
108 Bab 108: Orang Lama
Episodes

Updated 108 Episodes

1
Bab 1: Peti Mati Permaisuri
2
Bab 2: Berkelahi
3
Bab 3: Ibu Suri Agung
4
Bab 4: Orang yang Tercerahkan
5
Bab 5: Ada Orang yang Meracunimu!
6
Bab 6: Wangchuan dan Lanyin
7
Bab 7: Anggur
8
Bab 8: Kunjungan Para Selir
9
Bab 9: Tertangkap Basah
10
Bab 10: Mengintai Target
11
Bab 11: Diam-Diam
12
Bab 12: Menolong Orang
13
Bab 13: Melabrak Permaisuri
14
Bab 14: Citra Diri
15
Bab 15: Pertimbangan
16
Bab 16: Kematian Pedagang Gadungan
17
Bab 17: Cari Masalah
18
Bab 18: Keterlibatan Selir Mu
19
Bab 19: Kaki Tangan
20
Bab 20: Melepaskan Satu Orang
21
Bab 21: Lepas Satu Lagi
22
Bab 22: Ruang Rahasia
23
Bab 23: Hadiah Pertama
24
Bab 24: Fragmen Sejarah
25
Bab 25: Memainkan Peran
26
Bab 26: Memancing Kemarahan
27
Bab 27: Reuni Keluarga
28
Bab 28: Malam
29
Bab 29: Berkas Pengakuan
30
Bab 30: Berita Baru
31
Bab 31: Menjadi Orang Sibuk
32
Bab 32: Menanyakan Pendapat
33
Bab 33: Terkejut
34
Bab 34: Mencari Tahu
35
Bab 35: Arsip Kekaisaran
36
Bab 36: Ada yang Terbakar
37
Bab 37: Marah Besar
38
Bab 38: Melanjutkan Tugas
39
Bab 39: Cara Membujuk Orang
40
Bab 40: Mengorek Informasi
41
Bab 41: Hidangan dan Bujukan
42
Bab 42: Kedatangan Utusan
43
Bab 43: Malam Perjamuan
44
Bab 44: Terpukau
45
Bab 45: Pengacau
46
Bab 46: Bantu Aku!
47
Bab 47: Bantuan Darurat
48
Bab 48: Rencana Kerja Sama
49
Bab 49: Imbalan Jasa
50
Bab 50: Mengajari
51
Bab 51: Wajah Damai
52
Bab 52: Merasa Tidak Adil
53
Bab 53: Mengapa Permaisuri Datang dari Luar?
54
Bab 54: Jangan Terlalu Dekat
55
Bab 55: Menunggu Orang
56
Bab 56: Orang yang Iri Hati
57
Bab 57: Setelah Urusan Resmi
58
Bab 58: Tak Tahu Diri
59
Bab 59: Tenang
60
Bab 60: Memikirkan Hal yang Sama
61
Bab 61: Memberikan Petunjuk
62
Bab 62: Putusan
63
Bab 63: Memulai dari Awal
64
Bab 64: Saling Memiliki
65
Bab 65: Mengganggu Orang
66
Bab 66: Menemui Mata-Mata
67
Bab 67: Motif
68
Bab 68: Ingin Istirahat
69
Bab 69: Mencari Perhatian
70
Bab 70: Mengusir Pengganggu
71
Bab 71: Tidak Fokus
72
Bab 72: Mengubah Tradisi
73
Bab 73: Menarik Diri
74
Bab 74: Orang yang Tidak Sopan
75
Bab 75: Kehilangan Martabat
76
Bab 76: Panen Besar
77
Bab 77: Menyerah
78
Bab 78: Kenalan Lama
79
Bab 79: Melihat Orang
80
Bab 80: Masa Lalu Selir Rou
81
Bab 81: Para Cinta Pertama
82
Bab 82: Dua Kendi Cuka
83
Bab 83: Memberikan Anugerah
84
Bab 84: Kelinci Liar, Tak Bisa Lari!
85
Bab 85: Tidak Beres
86
Bab 86: Memberi Mandat
87
Bab 87: Percaya Saja
88
Bab 88: Akulah Ratumu!
89
Bab 89: Bagian yang Hilang
90
Bab 90: Mulai Curiga
91
Bab 91: Membuat Rencana
92
Bab 92: Mengapa Tidak Mungkin?
93
Bab 93: Dia Mengandung Keturunan Kekaisaran
94
Bab 94: Manja
95
Bab 95: Berbagi Kebahagiaan
96
Bab 96: Petunjuk Penting
97
Bab 97: Teguran Halus
98
Bab 98: Minta Orang
99
Bab 99: Rencana Fu Dou
100
Bab 100: Mengikuti Kata Hati
101
Bab 101: Niat Jahat
102
Bab 102: Membebaskan Orang
103
Bab 103: Gelagat Aneh
104
Bab 104: Menyimpan Rencana
105
Bab 105: Menerima Gugatan
106
Bab 106: Bau Konspirasi
107
Bab 107: Aku Tidak Akan Membiarkan Mereka Menahanmu!
108
Bab 108: Orang Lama

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!