Bab 13: Melabrak Permaisuri

Selir Pang, selir yang melihat Selir Mu jatuh ke danau dan melihat keberadaan Permaisuri mendatangi kediaman Yun Lin untuk memberitahukan kejadiannya.

Selir Pang tidak menyukai Permaisuri karena perilakunya yang dominan dan semena-mena. Ia tahu satu-satunya lawan seimbang yang bisa menghadapinya adalah Selir Agung Yun.

“Selir Agung, ada berita buruk!” ucapnya pada Yun Lin. Yun Lin yang sedang menikmati teh hanya meliriknya sekilas.

“Tidak sopan sekali. Apa kau sudah melupakan bagaimana cara bersikap ketika menemui Selir Agung?"

"Maafkan aku, tetapi ini masalah mendesak. Mohon Selir Agung segera bertindak."

"Ada apa?”

“Permaisuri… Permaisuri mendorong Selir Mu ke dalam danau! Selir Mu adalah temanku, Selir Agung Yun, mohon tegakkan keadilan untuknya!”

Yun Lin yang sudah lama memendam kebencian pada Han Ziqing langsung meletakkan cangkirnya. Dia sudah bertarung dengan Han Ziqing selama lima tahun, tapi hasil yang ia inginkan tidak kunjung tiba. Saat itu Permaisuri seharusnya mati saja.

Hari ini, kesempatan yang ia tunggu akhirnya datang lagi. Kalau dia menangkap basah Permaisuri yang membunuh Selir Mu, Yun Lin bisa membuat alasan dan mendapat kesempatan untuk menjatuhkannya. Apalagi hubungan Kaisar dengan Permaisuri juga buruk. Jadi, tidak ada yang akan melindunginya.

“Kau yakin?”

“Aku melihatnya sendiri, Selir Agung.”

Tanpa pikir panjang Yun Lin langsung bergegas menuju kediaman Selir Mu. Selir lain yang melihatnya pergi terburu-buru penasaran, lalu ikut berjalan di belakangnya. Pasti ada sesuatu yang menarik. Kalau mereka mengikutinya, mereka juga bisa melihat pertunjukan menariknya.

Di kediamannya, Selir Mu sudah kembali sadar. Si tabib menghela napas lega, lalu berkata kepada Han Ziqing bahwa Selir Mu sudah tidak berada dalam bahaya.

Dia hanya perlu istirahat saja selama beberapa hari. Si tabib menawarkan agar Han Ziqing juga diperiksa, tapi Han Ziqing menolak dengan mengatakan dia baik-baik saja.

Selir Mu terkejut saat matanya melihat sosok Permaisuri duduk di sana dalam keadaan basah kuyup. Air menetes dari pakaiannya membasahi lantai.

Rambut Permaisuri basah, dan anak rambutnya sedikit acak-acakan. Aksesoris di kepalanya banyak yang terlepas.

Dia pikir dia berhalusinasi. Sebelum melompat, dia mendengar suaranya, tapi dia merasa bahwa itu hanya perasaannya saja.

Selir Mu sungguh tidak menyangka kalau Permaisuri ternyata benar-benar ada dan menyelamatkannya. Perasaannya jadi kacau sekarang.

Han Ziqing menatapnya dengan tajam tanpa beranjak dari duduknya. “Apakah kau begitu putus asa hingga ingin mengakhiri hidupmu sendiri?”

Selir Mu membisu. Ia takut kepada Han Ziqing, ia masih ingat bagaimana perlakuannya terhadapnya selama ini.

Tapi, hatinya tidak bisa memungkiri kalau dia merasa Permaisuri agak berbeda hari ini. Baik aura, cara bicara, maupun yang lainnya, sama sekali tidak sama dengan yang biasa ditemui.

“Kau tahu berapa banyak orang di luar sana yang berjuang untuk tetap hidup? Bunuh diri adalah kejahatan. Jika kau ingin mati, matilah di luar istana.”

Meski kata-katanya dingin dan kejam, Selir Mu sama sekali tidak merasa sedih karena dimarahi. Sebaliknya, dia justru merasa seperti sedang dinasehati. Dia menatap sebentar pada Han Ziqing, kemudian beralih pada langit-langit kamar yang sederhana.

“Yang Mulia, Yang Mulia seharusnya tidak menyelamatkanku,” lirih Selir Mu.

Hidupnya sudah berantakan sejak ayahnya dihukum karena korupsi dan dia diturunkan tingkatannya. Perlakuan Permaisuri padanya juga melukainya sangat dalam.

Selir Mu merasa dirinya sangat hina dan tidak pantas lagi hidup di dunia ini. Hanya jika dia mati, tekanan dalam hatinya bisa menghilang.

“Oh, jadi kau marah karena aku menghalangimu untuk mati?”

Selir Mu tidak lagi menjawab. Dia tidak mati hari ini, apakah itu artinya dia belum saatnya mati? Tapi, mengapa Permaisuri menyelamatkannya?

Posisinya rendah di sini, dia adalah sasaran empuk bagi para perebut kekuasaan di dalam harem. Menyelamatkan seorang selir yang keluarganya sudah hancur dan tidak dipandang tidak akan menguntungkan.

“Aku tidak tahu apa yang membuatmu begitu putus asa hingga berpikir untuk mati. Jika kau memang ingin mati, kau bisa melakukannya sekali lagi di hadapanku.”

Han Ziqing memberinya pecahan keramik dari cangkir yang ia pecahkan. Selir Mu malah terdiam setelah ditantang untuk bunuh diri sekali lagi.

Rasanya menyesakkan dan menyakitkan ketika dia berada di ambang kematian. Tanpa pertolongan Permaisuri, Selir Mu benar-benar akan mati tadi.

“Kau tidak berani? Kalau kau tidak berani, maka jangan melakukannya lagi!”

Han Ziqing lalu merebut kembali pecahan keramik dan melemparnya ke lantai. Dia duduk lagi di kursi, tatapan matanya menjadi dingin.

Terlalu banyak orang berpikir mati adalah jalan yang paling mudah. Itu hanya anggapan dari mereka yang merasa hidup tidak berharga. Padahal, di dunia ini jelas ada banyak hal yang bisa bermakna jika dijalani.

“Yang Mulia Permaisuri, meskipun Yang Mulia adalah kepala harem yang punya posisi tinggi, tidak seharusnya kau membunuh Selir….Mu…”

Yun Lin termangu setelah dia mendobrak pintu kamar kediaman Selir Mu. Begitu pula dengan sekelompok selir yang mengikutinya dari belakang.

Selir Mu yang berbaring lemas di tempat tidurnya menatap lemah pada sekelompok orang yang tiba-tiba datang ke kediamannya. Han Ziqing juga menatap mereka, keningnya mengernyit.

“Membunuh Selir Mu?”

Han Ziqing menatap Yun Lin dengan tajam. Wanita yang menjadi pesaing paling kuat itu berdiri dengan kaku di dekat kursi, tatapannya jelas mengatakan kalau dia sedang kebingungan.

Tiba-tiba Han Ziqing mengerti kalau ini adalah sebuah siasat yang digunakan untuk menjatuhkannya.

Ingin memfitnahnya? Mimpi saja!

“Apakah aku terlihat sedang membunuh Selir Mu?”

Yun Lin dan selir-selir semakin membisu kala mereka melihat tetesan air jatuh ke lantai dari gaun Han Ziqing yang basah kuyup. Mereka seketika saling pandang dengan bingung dan penuh tanya.

Apakah Permaisuri benar-benar membunuh Selir Mu? Tapi mengapa dia juga basah kuyup?

“Selir Agung Yun, apa yang membuatmu berpikir aku ingin membunuh Selir Mu?” tanya Han Ziqing untuk yang ketiga kalinya. Nada bicaranya dingin dan tajam, hingga membuat Yun Lin memiliki sedikit keraguan dalam hatinya.

Apakah dia adalah Han Ziqing, permaisuri payah yang memalukan itu? Apakah dia adalah permaisuri yang selama lima tahun ini mengandalkan kekuasaan keluarganya dan posisinya untuk bertarung dengan Yun Lin di harem? Apakah dia benar-benar permaisuri yang hanya mementingkan masalah mendapatkan cinta Kaisar dengan mempersulit selir-selir?

“Kau mendadak bisu?” Han Ziqing lalu menatap selir lain di belakang Yun Lin. “Siapa di antara kalian yang dapat menjelaskan situasinya?”

Tapi, tidak ada satu pun yang berani bicara. Permaisuri jelas tidak membunuh Selir Mu.

Sebaliknya, pemikiran mereka mengatakan kalau Permaisuri justru telah menyelamatkan Selir Mu dari kematian. Bagaimana mereka harus menjelaskan situasinya?

Permaisuri sangat pemarah dan kejam. Jika tidak memberikan penjelasan masuk akal, meski tidak mati, mereka mungkin akan berakhir dikurung atau diturunkan posisinya. Menuduh dan memfitnah Permaisuri adalah kejahatan berat yang sama tingkatannya dengan pembunuhan.

“Selir Agung Yun, apakah Selir mungkin salah paham?” tabib yang masih ada di sana kemudian mencoba bicara.

“Yang Mulia Permaisuri telah menyelamatkan Selir Mu dengan membawanya keluar dari dalam air. Yang Mulia juga memanggil hamba untuk memeriksa kondisi Selir Mu. Jika Selir Agung tidak percaya, Selir Mu mungkin bisa menjelaskannya sendiri.”

“Kenapa harus dia yang menjelaskan? Bukankah seharusnya Selir Agung Yun yang menjelaskan maksud kedatangannya dan mengapa dia menyebutku membunuh Selir Mu saat ini?”

Han Ziqing masih menatap Yun Lin dengan tajam. Tadinya dia malas memedulikan ini, karena dia jelas tidak bersalah. Tapi, Han Ziqing kesal setelah melihat wajah songong dan perkataan penuh percaya diri Yun Lin. Wanita itu merasa dirinya tinggi dan paling benar, ingin memanfaatkan kesempatan untuk menjatuhkannya.

Tapi, Yun Lin ternyata salah perhitungan. Sekarang dialah yang harus menjelaskan situasinya.

“Selir Agung Yun, kau tidak mungkin mendadak bisu, kan?”

Terpopuler

Comments

mawar hitam

mawar hitam

aku brhrap apa yg akn dilakukan permaisuri kyak di drakor yg lgi ngehits itu lo.. gampar aja tu mulut selir agung klo bisa berkali²..biar ia sdar diri sdar posisi..

2025-01-16

3

zansen

zansen

mingkem g tuh selir Yun 🤣🤣

2025-01-16

2

X'tine

X'tine

memang songong selir agung nie.. pengen tak tabok kepalanya... wkwkwk

2025-02-16

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1: Peti Mati Permaisuri
2 Bab 2: Berkelahi
3 Bab 3: Ibu Suri Agung
4 Bab 4: Orang yang Tercerahkan
5 Bab 5: Ada Orang yang Meracunimu!
6 Bab 6: Wangchuan dan Lanyin
7 Bab 7: Anggur
8 Bab 8: Kunjungan Para Selir
9 Bab 9: Tertangkap Basah
10 Bab 10: Mengintai Target
11 Bab 11: Diam-Diam
12 Bab 12: Menolong Orang
13 Bab 13: Melabrak Permaisuri
14 Bab 14: Citra Diri
15 Bab 15: Pertimbangan
16 Bab 16: Kematian Pedagang Gadungan
17 Bab 17: Cari Masalah
18 Bab 18: Keterlibatan Selir Mu
19 Bab 19: Kaki Tangan
20 Bab 20: Melepaskan Satu Orang
21 Bab 21: Lepas Satu Lagi
22 Bab 22: Ruang Rahasia
23 Bab 23: Hadiah Pertama
24 Bab 24: Fragmen Sejarah
25 Bab 25: Memainkan Peran
26 Bab 26: Memancing Kemarahan
27 Bab 27: Reuni Keluarga
28 Bab 28: Malam
29 Bab 29: Berkas Pengakuan
30 Bab 30: Berita Baru
31 Bab 31: Menjadi Orang Sibuk
32 Bab 32: Menanyakan Pendapat
33 Bab 33: Terkejut
34 Bab 34: Mencari Tahu
35 Bab 35: Arsip Kekaisaran
36 Bab 36: Ada yang Terbakar
37 Bab 37: Marah Besar
38 Bab 38: Melanjutkan Tugas
39 Bab 39: Cara Membujuk Orang
40 Bab 40: Mengorek Informasi
41 Bab 41: Hidangan dan Bujukan
42 Bab 42: Kedatangan Utusan
43 Bab 43: Malam Perjamuan
44 Bab 44: Terpukau
45 Bab 45: Pengacau
46 Bab 46: Bantu Aku!
47 Bab 47: Bantuan Darurat
48 Bab 48: Rencana Kerja Sama
49 Bab 49: Imbalan Jasa
50 Bab 50: Mengajari
51 Bab 51: Wajah Damai
52 Bab 52: Merasa Tidak Adil
53 Bab 53: Mengapa Permaisuri Datang dari Luar?
54 Bab 54: Jangan Terlalu Dekat
55 Bab 55: Menunggu Orang
56 Bab 56: Orang yang Iri Hati
57 Bab 57: Setelah Urusan Resmi
58 Bab 58: Tak Tahu Diri
59 Bab 59: Tenang
60 Bab 60: Memikirkan Hal yang Sama
61 Bab 61: Memberikan Petunjuk
62 Bab 62: Putusan
63 Bab 63: Memulai dari Awal
64 Bab 64: Saling Memiliki
65 Bab 65: Mengganggu Orang
66 Bab 66: Menemui Mata-Mata
67 Bab 67: Motif
68 Bab 68: Ingin Istirahat
69 Bab 69: Mencari Perhatian
70 Bab 70: Mengusir Pengganggu
71 Bab 71: Tidak Fokus
72 Bab 72: Mengubah Tradisi
73 Bab 73: Menarik Diri
74 Bab 74: Orang yang Tidak Sopan
75 Bab 75: Kehilangan Martabat
76 Bab 76: Panen Besar
77 Bab 77: Menyerah
78 Bab 78: Kenalan Lama
79 Bab 79: Melihat Orang
80 Bab 80: Masa Lalu Selir Rou
81 Bab 81: Para Cinta Pertama
82 Bab 82: Dua Kendi Cuka
83 Bab 83: Memberikan Anugerah
84 Bab 84: Kelinci Liar, Tak Bisa Lari!
85 Bab 85: Tidak Beres
86 Bab 86: Memberi Mandat
87 Bab 87: Percaya Saja
88 Bab 88: Akulah Ratumu!
89 Bab 89: Bagian yang Hilang
90 Bab 90: Mulai Curiga
91 Bab 91: Membuat Rencana
92 Bab 92: Mengapa Tidak Mungkin?
93 Bab 93: Dia Mengandung Keturunan Kekaisaran
94 Bab 94: Manja
95 Bab 95: Berbagi Kebahagiaan
96 Bab 96: Petunjuk Penting
97 Bab 97: Teguran Halus
98 Bab 98: Minta Orang
99 Bab 99: Rencana Fu Dou
100 Bab 100: Mengikuti Kata Hati
101 Bab 101: Niat Jahat
102 Bab 102: Membebaskan Orang
103 Bab 103: Gelagat Aneh
104 Bab 104: Menyimpan Rencana
105 Bab 105: Menerima Gugatan
106 Bab 106: Bau Konspirasi
107 Bab 107: Aku Tidak Akan Membiarkan Mereka Menahanmu!
108 Bab 108: Orang Lama
Episodes

Updated 108 Episodes

1
Bab 1: Peti Mati Permaisuri
2
Bab 2: Berkelahi
3
Bab 3: Ibu Suri Agung
4
Bab 4: Orang yang Tercerahkan
5
Bab 5: Ada Orang yang Meracunimu!
6
Bab 6: Wangchuan dan Lanyin
7
Bab 7: Anggur
8
Bab 8: Kunjungan Para Selir
9
Bab 9: Tertangkap Basah
10
Bab 10: Mengintai Target
11
Bab 11: Diam-Diam
12
Bab 12: Menolong Orang
13
Bab 13: Melabrak Permaisuri
14
Bab 14: Citra Diri
15
Bab 15: Pertimbangan
16
Bab 16: Kematian Pedagang Gadungan
17
Bab 17: Cari Masalah
18
Bab 18: Keterlibatan Selir Mu
19
Bab 19: Kaki Tangan
20
Bab 20: Melepaskan Satu Orang
21
Bab 21: Lepas Satu Lagi
22
Bab 22: Ruang Rahasia
23
Bab 23: Hadiah Pertama
24
Bab 24: Fragmen Sejarah
25
Bab 25: Memainkan Peran
26
Bab 26: Memancing Kemarahan
27
Bab 27: Reuni Keluarga
28
Bab 28: Malam
29
Bab 29: Berkas Pengakuan
30
Bab 30: Berita Baru
31
Bab 31: Menjadi Orang Sibuk
32
Bab 32: Menanyakan Pendapat
33
Bab 33: Terkejut
34
Bab 34: Mencari Tahu
35
Bab 35: Arsip Kekaisaran
36
Bab 36: Ada yang Terbakar
37
Bab 37: Marah Besar
38
Bab 38: Melanjutkan Tugas
39
Bab 39: Cara Membujuk Orang
40
Bab 40: Mengorek Informasi
41
Bab 41: Hidangan dan Bujukan
42
Bab 42: Kedatangan Utusan
43
Bab 43: Malam Perjamuan
44
Bab 44: Terpukau
45
Bab 45: Pengacau
46
Bab 46: Bantu Aku!
47
Bab 47: Bantuan Darurat
48
Bab 48: Rencana Kerja Sama
49
Bab 49: Imbalan Jasa
50
Bab 50: Mengajari
51
Bab 51: Wajah Damai
52
Bab 52: Merasa Tidak Adil
53
Bab 53: Mengapa Permaisuri Datang dari Luar?
54
Bab 54: Jangan Terlalu Dekat
55
Bab 55: Menunggu Orang
56
Bab 56: Orang yang Iri Hati
57
Bab 57: Setelah Urusan Resmi
58
Bab 58: Tak Tahu Diri
59
Bab 59: Tenang
60
Bab 60: Memikirkan Hal yang Sama
61
Bab 61: Memberikan Petunjuk
62
Bab 62: Putusan
63
Bab 63: Memulai dari Awal
64
Bab 64: Saling Memiliki
65
Bab 65: Mengganggu Orang
66
Bab 66: Menemui Mata-Mata
67
Bab 67: Motif
68
Bab 68: Ingin Istirahat
69
Bab 69: Mencari Perhatian
70
Bab 70: Mengusir Pengganggu
71
Bab 71: Tidak Fokus
72
Bab 72: Mengubah Tradisi
73
Bab 73: Menarik Diri
74
Bab 74: Orang yang Tidak Sopan
75
Bab 75: Kehilangan Martabat
76
Bab 76: Panen Besar
77
Bab 77: Menyerah
78
Bab 78: Kenalan Lama
79
Bab 79: Melihat Orang
80
Bab 80: Masa Lalu Selir Rou
81
Bab 81: Para Cinta Pertama
82
Bab 82: Dua Kendi Cuka
83
Bab 83: Memberikan Anugerah
84
Bab 84: Kelinci Liar, Tak Bisa Lari!
85
Bab 85: Tidak Beres
86
Bab 86: Memberi Mandat
87
Bab 87: Percaya Saja
88
Bab 88: Akulah Ratumu!
89
Bab 89: Bagian yang Hilang
90
Bab 90: Mulai Curiga
91
Bab 91: Membuat Rencana
92
Bab 92: Mengapa Tidak Mungkin?
93
Bab 93: Dia Mengandung Keturunan Kekaisaran
94
Bab 94: Manja
95
Bab 95: Berbagi Kebahagiaan
96
Bab 96: Petunjuk Penting
97
Bab 97: Teguran Halus
98
Bab 98: Minta Orang
99
Bab 99: Rencana Fu Dou
100
Bab 100: Mengikuti Kata Hati
101
Bab 101: Niat Jahat
102
Bab 102: Membebaskan Orang
103
Bab 103: Gelagat Aneh
104
Bab 104: Menyimpan Rencana
105
Bab 105: Menerima Gugatan
106
Bab 106: Bau Konspirasi
107
Bab 107: Aku Tidak Akan Membiarkan Mereka Menahanmu!
108
Bab 108: Orang Lama

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!