Bab 2: Berkelahi

“Mengapa kalian diam saja? Cepat panggil tabib untuk memeriksa Yang Mulia Permaisuri!”

Jin Bao menginstruksikan kasim bawahan untuk bertindak. Orang yang diperintah sebetulnya satu orang, tapi situasi ini membuat yang lainnya tidak tahan berada di aula. Dalam sekejap, para pelayan dan kasim yang tadi ikut berjaga lari tunggang langgang meninggalkan aula.

“Beraninya kalian kabur!” Jin Bao kesal. Cambuk bulu di tangannya dikibaskan dan dia ragu-ragu menatap Wei Shiqi, sang Kaisar sekaligus suami Han Ziqing.

Wei Shiqi masih menatap dingin Jin Bao. Dahinya berkerut dan di benaknya tersimpan banyak pertanyaan. Wanita itu jelas sudah mati sehari yang lalu. Mengapa dia tiba-tiba hidup lagi? Apa yang sebenarnya terjadi?

“Buka peti matinya!”

Beberapa penjaga dari luar bergegas memasuki aula. Tutup peti mati yang beratnya setara dengan sekarung beras itu dibuka, menampilkan sosok Han Ziqing yang pura-pura menutup matanya. Wei Shiqi berdiri di samping peti mati, menatapnya dengan alis sebelah yang terangkat.

“Apa dia mati lagi?”

Han Ziqing tidak berani membuka mata. Kaisar nyata di depannya ini seperti matahari yang cahayanya menyilaukan, tapi juga seperti bulan yang sendirian di malam hari. Dingin dan terlihat kejam. Jika Han Ziqing membuka mata, Kaisar Kekaisaran Wei Agung bernama Wei Shiqi pasti langsung menyeretnya dan menginterogasinya.

Jin Bao juga berdiri di sana dan memperhatikan. Dia melihat Han Ziqing masih bernapas karena dadanya naik turun dengan stabil.

“Kalau dia mati lagi, tutup saja peti matinya!”

Saat pengawal hendak menutup peti matinya lagi, Han Ziqing tiba-tiba membuka mata dan bangun. Dia dalam posisi setengah duduk, tangannya merentang mencegah para pengawal.

“Tunggu-tunggu! Aku belum mati!”

Tatapan Wei Shiqi perlahan semakin menajam.

“Apa kau sudah cukup bermain-main?” Wei Shiqi berkata dingin. “Sekarang jelaskan!’

“Ah? Jelaskan apa?”

“Apa setelah pura-pura mati, otakmu jadi bodoh? Han Ziqing, kau tahu kekacauan apa yang sudah kau perbuat hari ini?”

Tidak terima disebut bodoh, keberanian Han Ziqing muncul dan sifat keras kepalanya tiba-tiba bangkit. Dia balik menatap tajam Wei Shiqi, berdiri dan berkacak pinggang. Han Ziqing bahkan menunjuk Wei Shiqi dengan jarinya secara langsung, membuat Jin Bao seketika membelalak.

“Siapa yang kau marahi? Aku pikir otakmu justru yang bodoh! Siapa yang pura-pura mati, hah?”

Nada bicaranya naik beberapa oktaf, suaranya nyaring memecah keheningan di dalam aula. Dia, Han Ziqing, adalah peneliti alat-alat mutakhir masa depan dengan reputasi bagus.

Harga dirinya tinggi. Atas dasar apa dia pura-pura mati? Jika ingin menarik perhatian pun, dia tidak perlu merendahkan dirinya sendiri!

“Kau! Beraninya kau berteriak padaku!”

“Aku tidak akan berteriak kalau kau tidak berteriak!” balas Han Ziqing dengan sengit.

“Kau! Pengawal, Permaisuri sengaja membuat kekacauan dan tidak sopan padaku! Kurung dia di istananya dan jangan biarkan dia keluar sampai mengakui kesalahannya!”

Han Ziqing tersulut emosi lalu melompat turun dari peti mati. Ternyata, tingginya hanya mampu menjangkau bahu Wei Shiqi.

Han Ziqing menengadah dan masih berkacak pinggang. Dia melupakan kenyataan kalau pria yang dilawannya sekarang adalah seorang Kaisar, suaminya sendiri. Han Ziqing terlalu marah.

“Jika kau berani, ayo bertarung denganku! Jangan hanya menyuruh pengawalmu untuk menggertakku!”

Walau dia peneliti yang sehari-hari berada di laboratorium, Han Ziqing juga mengembangkan beberapa keterampilan. Seni beladirinya tidak buruk.

Kemampuannya cukup untuk menjatuhkan sepuluh orang pria sekaligus. Dia tidak terima seseorang menggertaknya, siapapun itu, terlepas dari apapun identitasnya.

Wei Shiqi merasa diremehkan. Permaisurinya memang sangat mengganggu, tapi dia tidak pernah melihatnya seperti ini. Dulu, Han Ziqing selalu menatapnya penuh cinta dan pengharapan. Setiap hari, dia pasti akan datang ke istananya dan menanyakan banyak hal sampai Wei Shiqi kesal.

Itu sangat berbeda dengan sekarang. Han Ziqing tidak hanya tidak menatapnya dengan penuh cinta, bahkan tersirat kemarahan di dalam matanya yang jernih. Han Ziqing berani menaikkan suaranya dengan tegas, meremehkannya, bahkan mengajaknya bertarung. Wei Shiqi adalah Kaisar, dia dihormati semua orang dan sangat agung.

Seorang wanita, permaisurinya sendiri, berani menantangnya. Bagaimana bisa dia tidak emosi?

Kematian Han Ziqing yang misterius dan tiba-tiba telah menggemparkan seluruh istana kekaisaran dan beritanya sudah menyebar ke segala penjuru. Sekarang dia justru bangun dan menantangnya. Sebagai Kaisar, jelas dia merasa dipermainkan!

Jin Bao menilai situasi semakin tidak memungkinkan. Ini adalah aula duka, tidak pantas bagi mereka berdebat dan marah-marah seperti ini. Apalagi, Permaisuri baru saja kembali dari kematian dan seharusnya menjadi rasa syukur paling besar.

Situasi saat ini, harus segera diatasi. Jika tidak pertumpahan darah mungkin terjadi. Dengan temperamen Kaisar, dia yakin Permaisuri tidak akan diampuni.

“Yang Mulia Kaisar, Yang Mulia Permaisuri, tenangkan diri, tenangkan diri. Jangan emosi, itu akan merusak kesehatan,” Jin Bao berkata. Tapi, keduanya malah berteriak serempak, “Diam!”

Jin Bao jadi diam.

“Baik, karena kau menginginkannya, ayo bertarung! Aku ingin melihat seni beladiri seperti apa yang diajarkan Adipati Yongyi pada putrinya!”

“Siapa takut!”

Terlanjur marah, Wei Shiqi mengambil gagang pedang pengawal di sampingnya dan menariknya. Han Ziqing melakukan hal yang sama, dia merebut pedang pengawal satunya lagi.

Pasangan Kaisar-Permaisuri itu sama-sama memiliki pedang tajam di tangan mereka. Bilah pedang memantulkan cahaya, tajam dan sangat mematikan. Tergores sedikit saja, maka lukanya akan parah.

“Yang Mulia, itu berbahaya!” Jin Bao mengingatkan lagi, tapi dia hanya meneriakkan kata yang sia-sia. Wei Shiqi dan Han Ziqing sama-sama dikuasai api amarah yang membara.

Wei Shiqi dan Han Ziqing kini bertarung di tengah aula. Satu demi satu batang lilin yang sumbunya menyala padam dan hancur akibat pertarungan.

Han Ziqing melompat ke sana kemari menghindari serangan, pada beberapa kesempatan dia berbalik menyerang Wei Shiqi. Itu seperti pertarungan dua pendekar, begitu silau dan memanjakan mata bagi para pecinta seni bela diri.

Tapi, ini adalah istana dan orang-orang sebagian besar hanyalah orang biasa. Pertarungan semacam ini hanya menjadi hal yang berbahaya.

Jin Bao menggigil dan wajahnya memucat, dia meminta para pengawal menghentikan pertarungan tersebut. Pengawal tidak bisa membantu karena yang ingin mereka tolong adalah Kaisar dan Permaisuri. Sedikit saja melakukan kesalahan, nyawa mereka yang akan berakhir oleh pertarungan tersebut.

“Yang Mulia Kaisar, Yang Mulia Permaisuri, tolong hentikan! Astaga! Siapapun cepat hentikan keduanya!”

Di tengah aula, suara Jin Bao seperti serangga yang mengganggu. Wei Shiqi sudah terlanjur marah, dia tidak peduli lagi dengan siapa dia bertarung. Toh jika Han Ziqing mati pun, itu tidak masalah.

Han Ziqing sendiri yang menyerahkan nyawanya. Jika memperhatikan hukum, wanita ini memang pantas mati karena telah menyinggungnya sebagai Kaisar dan sangat kurang ajar. Adipati Yongyi juga tidak akan bisa berkata apa-apa. Kebetulan, dia bisa sekalian menyingkirkan serangga yang mengganggunya.

Serangannya jadi lebih kuat. Han Ziqing berhasil mengimbanginya. Pertarungan mereka bertahan lama di dalam aula, menghancurkan segalanya dari segala sisi.

Kain putih yang seharusnya menjadi lambang duka, sekarang jatuh di lantai, berubah menjadi potongan-potongan kecil. Batang-batang lilin berjatuhan, bekas sabetan pedang membekas di tiang-tiang aula.

“Dasar gila! Tidak semudah itu membunuhku!” Han Ziqing berseru. Dia merasakan hawa membunuh yang kuat terpancar dari mata Wei Shiqi.

“Wanita gila! Kau akan menyesal karena telah melawanku!” Wei Shiqi juga berseru.

“Aku yang akan gila jika tidak melawanmu!”

Saat ini, seorang wanita paruh baya yang rambutnya sudah sebagian memutih berjalan memasuki kawasan istana tempat berduka, diiringi beberapa pengawal dan pelayan. Dia memakai jubah sutera berwarna merah tua, dengan sulaman burung pegar di ujung jubah dan sulamannya sangat halus.

Ekspresinya menyimpan kemarahan. Begitu mendengar suara pertarungan, dia semakin bergegas.

Saat tiba beberapa langkah menuju tangga istana, dua orang yang sangat dia kenal melompat keluar dan mendarat di taman. Matanya membelalak melihat pedang di tangan kedua orang itu, dan mereka bertarung lagi tanpa memperhatikan siapa yang telah mereka lewati.

Ekspresi wanita itu menjadi suram, pelayan di dekatnya menunduk takut.

“Hentikan!”

Terpopuler

Comments

sahabat pena

sahabat pena

siapa tuh? apa pensiunan kaisar atau ayah nya MC cewek nya? ah jd kepo.. 🤣🤣🤣lanjut 💪💪💪

2025-01-30

1

Lhina Bright

Lhina Bright

/Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/ kaisar dpt permaisuri yang bar bar..

2025-02-05

1

Biyan Narendra

Biyan Narendra

Cukup jadi penonton ini sih..
🤣🤣🤣🤣🤣🤣

2025-01-31

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1: Peti Mati Permaisuri
2 Bab 2: Berkelahi
3 Bab 3: Ibu Suri Agung
4 Bab 4: Orang yang Tercerahkan
5 Bab 5: Ada Orang yang Meracunimu!
6 Bab 6: Wangchuan dan Lanyin
7 Bab 7: Anggur
8 Bab 8: Kunjungan Para Selir
9 Bab 9: Tertangkap Basah
10 Bab 10: Mengintai Target
11 Bab 11: Diam-Diam
12 Bab 12: Menolong Orang
13 Bab 13: Melabrak Permaisuri
14 Bab 14: Citra Diri
15 Bab 15: Pertimbangan
16 Bab 16: Kematian Pedagang Gadungan
17 Bab 17: Cari Masalah
18 Bab 18: Keterlibatan Selir Mu
19 Bab 19: Kaki Tangan
20 Bab 20: Melepaskan Satu Orang
21 Bab 21: Lepas Satu Lagi
22 Bab 22: Ruang Rahasia
23 Bab 23: Hadiah Pertama
24 Bab 24: Fragmen Sejarah
25 Bab 25: Memainkan Peran
26 Bab 26: Memancing Kemarahan
27 Bab 27: Reuni Keluarga
28 Bab 28: Malam
29 Bab 29: Berkas Pengakuan
30 Bab 30: Berita Baru
31 Bab 31: Menjadi Orang Sibuk
32 Bab 32: Menanyakan Pendapat
33 Bab 33: Terkejut
34 Bab 34: Mencari Tahu
35 Bab 35: Arsip Kekaisaran
36 Bab 36: Ada yang Terbakar
37 Bab 37: Marah Besar
38 Bab 38: Melanjutkan Tugas
39 Bab 39: Cara Membujuk Orang
40 Bab 40: Mengorek Informasi
41 Bab 41: Hidangan dan Bujukan
42 Bab 42: Kedatangan Utusan
43 Bab 43: Malam Perjamuan
44 Bab 44: Terpukau
45 Bab 45: Pengacau
46 Bab 46: Bantu Aku!
47 Bab 47: Bantuan Darurat
48 Bab 48: Rencana Kerja Sama
49 Bab 49: Imbalan Jasa
50 Bab 50: Mengajari
51 Bab 51: Wajah Damai
52 Bab 52: Merasa Tidak Adil
53 Bab 53: Mengapa Permaisuri Datang dari Luar?
54 Bab 54: Jangan Terlalu Dekat
55 Bab 55: Menunggu Orang
56 Bab 56: Orang yang Iri Hati
57 Bab 57: Setelah Urusan Resmi
58 Bab 58: Tak Tahu Diri
59 Bab 59: Tenang
60 Bab 60: Memikirkan Hal yang Sama
61 Bab 61: Memberikan Petunjuk
62 Bab 62: Putusan
63 Bab 63: Memulai dari Awal
64 Bab 64: Saling Memiliki
65 Bab 65: Mengganggu Orang
66 Bab 66: Menemui Mata-Mata
67 Bab 67: Motif
68 Bab 68: Ingin Istirahat
69 Bab 69: Mencari Perhatian
70 Bab 70: Mengusir Pengganggu
71 Bab 71: Tidak Fokus
72 Bab 72: Mengubah Tradisi
73 Bab 73: Menarik Diri
74 Bab 74: Orang yang Tidak Sopan
75 Bab 75: Kehilangan Martabat
76 Bab 76: Panen Besar
77 Bab 77: Menyerah
78 Bab 78: Kenalan Lama
79 Bab 79: Melihat Orang
80 Bab 80: Masa Lalu Selir Rou
81 Bab 81: Para Cinta Pertama
82 Bab 82: Dua Kendi Cuka
83 Bab 83: Memberikan Anugerah
84 Bab 84: Kelinci Liar, Tak Bisa Lari!
85 Bab 85: Tidak Beres
86 Bab 86: Memberi Mandat
87 Bab 87: Percaya Saja
88 Bab 88: Akulah Ratumu!
89 Bab 89: Bagian yang Hilang
90 Bab 90: Mulai Curiga
91 Bab 91: Membuat Rencana
92 Bab 92: Mengapa Tidak Mungkin?
93 Bab 93: Dia Mengandung Keturunan Kekaisaran
94 Bab 94: Manja
95 Bab 95: Berbagi Kebahagiaan
96 Bab 96: Petunjuk Penting
97 Bab 97: Teguran Halus
98 Bab 98: Minta Orang
99 Bab 99: Rencana Fu Dou
100 Bab 100: Mengikuti Kata Hati
101 Bab 101: Niat Jahat
102 Bab 102: Membebaskan Orang
103 Bab 103: Gelagat Aneh
104 Bab 104: Menyimpan Rencana
105 Bab 105: Menerima Gugatan
106 Bab 106: Bau Konspirasi
107 Bab 107: Aku Tidak Akan Membiarkan Mereka Menahanmu!
108 Bab 108: Orang Lama
Episodes

Updated 108 Episodes

1
Bab 1: Peti Mati Permaisuri
2
Bab 2: Berkelahi
3
Bab 3: Ibu Suri Agung
4
Bab 4: Orang yang Tercerahkan
5
Bab 5: Ada Orang yang Meracunimu!
6
Bab 6: Wangchuan dan Lanyin
7
Bab 7: Anggur
8
Bab 8: Kunjungan Para Selir
9
Bab 9: Tertangkap Basah
10
Bab 10: Mengintai Target
11
Bab 11: Diam-Diam
12
Bab 12: Menolong Orang
13
Bab 13: Melabrak Permaisuri
14
Bab 14: Citra Diri
15
Bab 15: Pertimbangan
16
Bab 16: Kematian Pedagang Gadungan
17
Bab 17: Cari Masalah
18
Bab 18: Keterlibatan Selir Mu
19
Bab 19: Kaki Tangan
20
Bab 20: Melepaskan Satu Orang
21
Bab 21: Lepas Satu Lagi
22
Bab 22: Ruang Rahasia
23
Bab 23: Hadiah Pertama
24
Bab 24: Fragmen Sejarah
25
Bab 25: Memainkan Peran
26
Bab 26: Memancing Kemarahan
27
Bab 27: Reuni Keluarga
28
Bab 28: Malam
29
Bab 29: Berkas Pengakuan
30
Bab 30: Berita Baru
31
Bab 31: Menjadi Orang Sibuk
32
Bab 32: Menanyakan Pendapat
33
Bab 33: Terkejut
34
Bab 34: Mencari Tahu
35
Bab 35: Arsip Kekaisaran
36
Bab 36: Ada yang Terbakar
37
Bab 37: Marah Besar
38
Bab 38: Melanjutkan Tugas
39
Bab 39: Cara Membujuk Orang
40
Bab 40: Mengorek Informasi
41
Bab 41: Hidangan dan Bujukan
42
Bab 42: Kedatangan Utusan
43
Bab 43: Malam Perjamuan
44
Bab 44: Terpukau
45
Bab 45: Pengacau
46
Bab 46: Bantu Aku!
47
Bab 47: Bantuan Darurat
48
Bab 48: Rencana Kerja Sama
49
Bab 49: Imbalan Jasa
50
Bab 50: Mengajari
51
Bab 51: Wajah Damai
52
Bab 52: Merasa Tidak Adil
53
Bab 53: Mengapa Permaisuri Datang dari Luar?
54
Bab 54: Jangan Terlalu Dekat
55
Bab 55: Menunggu Orang
56
Bab 56: Orang yang Iri Hati
57
Bab 57: Setelah Urusan Resmi
58
Bab 58: Tak Tahu Diri
59
Bab 59: Tenang
60
Bab 60: Memikirkan Hal yang Sama
61
Bab 61: Memberikan Petunjuk
62
Bab 62: Putusan
63
Bab 63: Memulai dari Awal
64
Bab 64: Saling Memiliki
65
Bab 65: Mengganggu Orang
66
Bab 66: Menemui Mata-Mata
67
Bab 67: Motif
68
Bab 68: Ingin Istirahat
69
Bab 69: Mencari Perhatian
70
Bab 70: Mengusir Pengganggu
71
Bab 71: Tidak Fokus
72
Bab 72: Mengubah Tradisi
73
Bab 73: Menarik Diri
74
Bab 74: Orang yang Tidak Sopan
75
Bab 75: Kehilangan Martabat
76
Bab 76: Panen Besar
77
Bab 77: Menyerah
78
Bab 78: Kenalan Lama
79
Bab 79: Melihat Orang
80
Bab 80: Masa Lalu Selir Rou
81
Bab 81: Para Cinta Pertama
82
Bab 82: Dua Kendi Cuka
83
Bab 83: Memberikan Anugerah
84
Bab 84: Kelinci Liar, Tak Bisa Lari!
85
Bab 85: Tidak Beres
86
Bab 86: Memberi Mandat
87
Bab 87: Percaya Saja
88
Bab 88: Akulah Ratumu!
89
Bab 89: Bagian yang Hilang
90
Bab 90: Mulai Curiga
91
Bab 91: Membuat Rencana
92
Bab 92: Mengapa Tidak Mungkin?
93
Bab 93: Dia Mengandung Keturunan Kekaisaran
94
Bab 94: Manja
95
Bab 95: Berbagi Kebahagiaan
96
Bab 96: Petunjuk Penting
97
Bab 97: Teguran Halus
98
Bab 98: Minta Orang
99
Bab 99: Rencana Fu Dou
100
Bab 100: Mengikuti Kata Hati
101
Bab 101: Niat Jahat
102
Bab 102: Membebaskan Orang
103
Bab 103: Gelagat Aneh
104
Bab 104: Menyimpan Rencana
105
Bab 105: Menerima Gugatan
106
Bab 106: Bau Konspirasi
107
Bab 107: Aku Tidak Akan Membiarkan Mereka Menahanmu!
108
Bab 108: Orang Lama

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!