Bab 4: Orang yang Tercerahkan

“Yang Mulia, perlukah hamba memanggil Tuan Fu kemari?”

Wei Shiqi menggelengkan kepala. Meskipun pertarungan dengan Han Ziqing tidak sesengit di medan perang, tapi itu cukup untuk membuat luka lama Wei Shiqi kambuh.

Sepuluh tahun lalu dia pernah berperang melawan Beiqi dan hampir mati karena racun bunga Wangchuan. Racunnya berhasil ditawarkan, tetapi aliran tenaga dalamnya menjadi kacau dan itu menjadi luka lama yang sulit disembuhkan. Setiap kali Wei Shiqi menggunakan tenaga dalam, maka peredaran darahnya akan kacau dan memicu luka dalamnya kambuh.

“Tidak perlu. Aku bisa mengatasinya sendiri.”

Wei Shiqi duduk di tepi ranjang, menyilangkan kakinya dan mulai bermeditasi. Aliran tenaga dalamnya perlahan mulai teratur, namun luka dalamnya belum bisa disembuhkan. Terjadi tabrakan energi yang membuat Wei Shiqi tidak nyaman. Dia berkeringat dingin di sekujur tubuhnya.

Jin Bao tahu situasi kaisarnya tidak baik. Tanpa diperintah, dia langsung keluar dari istana dan berlari menuju sebuah paviliun yang dekat dengan danau istana.

Paviliun itu terpencil, ada aroma obat yang samar tercium dari kejauhan. Pintu paviliun tertutup, kemudian terbuka tak lama setelah Jin Bao mengetuknya sambil berteriak.

“Apa yang terjadi?”

Seorang pemuda, tampan, berbaju hitam, keluar membawa alu penumbuk obat. Dia menatap Jin Bao dengan dahi berkerut. Malam-malam begini, untuk apa kasim ini datang kemari?

“Tuan Fu, Yang Mulia dalam masalah!” Jin Bao berkata dengan panik. “Aku akan menjelaskan detailnya nanti.”

Fu Dou menyimpan alu batunya, masuk sebentar dan setelah mengambil kotak peralatan, dia keluar bersama Jin Bao. Fu Dou adalah seorang tabib, tapi bukan bagian dari Balai Pengobatan Istana. Selain Kaisar, Fu Dou tidak mengobati siapa pun. Fu Dou sudah tinggal di istana selama sepuluh tahun.

Tidak ada yang tahu pasti dari mana dia berasal. Pelayan di Istana Yongqian hanya tahu kalau Fu Dou dibawa oleh Kaisar dan Kaisar sangat menghargainya.

Dia bahkan membiarkan Fu Dou tinggal di sebuah pavilun yang tenang dan terpencil. Fu Dou punya temperamen yang aneh dan tidak mudah diterka. Selain meneliti obat-obatan, dia hanya keluar saat Wei Shiqi memanggilnya.

Fu Dou melihat Wei Shiqi duduk di tepi ranjang dan hanyut dalam meditasinya. Dia menatap Jin Bao, “Inikah masalah yang kau maksud?”

“Luka dalam Yang Mulia kambuh. Tolong sembuhkan dia.”

“Apa dia bertarung lagi?”

“Ya.”

“Siapa yang melawannya kali ini?”

“Permaisuri.”

Melihat ekspresi penasaran di wajah Fu Dou, Jin Bao akhirnya menjelaskan dengan suara pelan. Dia mengatakan semua detail kejadiannya dari awal.

Fu Dou hanya memasang wajah tak percaya, menahan tawa dan berusaha agar tidak terbahak-bahak. Sepanjang hidupnya, baru kali ini dia mendengar kisah seorang kaisar berkelahi secara fisik dengan permaisurinya hanya karena marah.

Situasinya bisa saja berubah parah jika Jin Bao tidak memanggilnya. Beruntung kasim kecil itu punya daya tanggap yang cepat terhadap kondisi tuannya.

Fu Dou meletakkan kotak obatnya, ia berjalan ke dekat ranjang dan berdiri di depan Wei Shiqi. Dia bisa melihat kerutan di dahinya dengan jelas, juga bulir-bulir keringat yang mengalir itu. Semakin lama, keringatnya mengucur semakin deras.

“Untuk apa Yang Mulia begitu perhitungan dengan istrimu yang mengganggu itu?” Fu Dou berucap sembari menekan punggung Wei Shiqi dengan telapak tangan.

Meski Fu Dou seorang tabib, dia menguasai teknik mengalirkan tenaga dalam. Itu cukup membantu Wei Shiqi.

“Dia menaikkan suaranya dan membuatku marah,” ucap Wei Shiqi dengan tetap mempertahankan posisinya.

“Bukankah Yang Mulia juga sudah memukulnya? Aku yakin sekarang Permaisuri sedang muntah darah lagi.”

Fu Dou melepaskan telapak tangannya, lalu beralih pada kotak peralatannya. Dia mengeluarkan beberapa jarum dan menusukannya di beberapa titik di tubuh Wei Shiqi, kemudian membiarkan Wei Shiqi mengatur energi di tubuhnya sendiri. Setelah beberapa menit, Wei Shiqi membuka matanya dan menarik napas lega.

Satu per satu jarum yang menusuk tubuhnya dilepaskan dan diletakkan kembali ke tempatnya. Wei Shiqi merapikan pakaiannya setelah selesai mengelap semua keringat di dahinya. Kepalanya sedikit pusing saat memikirkan kembali kejadian yang baru saja berlalu malam ini.

“Tabib Istana mengatakan kalau Han Ziqing memang sudah meninggal. Aku tidak tahu siapa yang berbohong di sini,” ucap Wei Shiqi. Dia duduk di kursinya, meminum secangkir teh untuk melegakan tenggorokannya yang terasa kering setelah pertarungan itu.

“Mungkin saja perkataan Permaisuri memang benar soal menggunakan teknik bernapas kura-kura,” Fu Dou menanggapi dengan tidak serius. Baginya, masalah antara Kaisar dan Permaisuri, tidak terlalu penting di matanya. Tidak seharusnya dia ikut campur lebih dalam.

Wei Shiqi menggelengkan kepala. “Selama lima tahun ini, dia tidak pernah menunjukkan dirinya yang menguasai beladiri. Mengapa dia tiba-tiba menunjukkannya?”

Wei Shiqi berkutat pada pemikirannya sendiri. Masalah hari ini sangat aneh. Han Ziqing hidup kembali dan meledak dengan emosinya. Biasanya, wanita itu akan menempel padanya dan berusaha mengikutinya setiap kali melihatnya.

“Hari ini aku melihatnya menatapku dengan mata membara. Dia tidak pernah memandangku dengan tatapan seperti itu.”

Seperti dalam mata yang jernih itu tersimpan kemarahan dan kebencian yang telah tertimbun sangat lama. Wei Shiqi tidak bisa berhenti memikirkannya.

Mungkinkah Han Ziqing sudah muak dan menyerah mengejarnya? Apakah pada akhirnya Han Ziqing akan mengikuti pilihan ayahnya, Adipati Yongyi, untuk memiliki ketidakpuasan tanpa melakukan pemberontakan?

Seharusnya, Wei Shiqi senang karena akhirnya dia bisa bebas dari gangguan. Tapi, pemikirannya justru mengatakan hal lain.

Dia menaruh curiga, bahwa Han Ziqing sebenarnya sudah merencanakan sesuatu. Hanya saja Wei Shiqi tidak punya cukup keyakinan untuk membuktikannya.

“Yang Mulia, pernah mendengar kalimat ‘seseorang mungkin terlahir kembali setelah melewati kematian’? Orang bilang setelah seseorang mati satu kali, dia akan mendapat pencerahan. Mungkin saja Permaisuri juga tercerahkan.”

“Tercerahkan dan bertindak semakin kurang ajar?”

“Yang Mulia sangat menoleransinya selama ini. Mengapa tidak mencoba memahami karakternya saja? Yang Mulia bisa mengetahui seperti apa Permaisuri jika memilih sedikit mengalah.”

“Fu Dou, aku lihat kau sudah lupa siapa dirimu.”

Fu Dou menyunggingkan senyum kalemnya sebentar sambil terus membereskan peralatannya. Ia mengepak kotak obat dan menutupnya lagi.

“Kalau begitu, bisakah Yang Mulia membantuku mengingatnya? Barangkali aku bisa berhenti bicara jika Yang Mulia berhasil membantuku mengingat kembali siapa aku.”

Di balik senyum kalem dan perkataan yang penuh candaan itu, ada sebuah pisau tajam yang menyayat hati Wei Shiqi. Suasana hatinya menjadi kian buruk. Fu Dou, dengan polosnya bersikap tenang dan pura-pura tidak merasakan kesuraman yang menguar dari ekspresi Wei Shiqi.

“Fu Dou, aku sudah bilang agar kau bersabar sebentar lagi. Ketika saatnya tiba, kau bisa melakukan hal yang kau mau.”

Hal yang tersembunyi di balik identitas asli Fu Dou adalah simpul yang belum teruraikan di hati Wei Shiqi. Sejak membawanya ke istana sepuluh tahun lalu, Wei Shiqi sudah merencanakan sebuah skema untuk membantunya dengan syarat bahwa Fu Dou harus bersabar menunggu dan tidak bertindak gegabah.

Seiring berjalannya waktu, Fu Dou jadi sering mencandainya mengenai janji itu, juga sering mengatakan hal-hal yang membuat suasana hati Wei Shiqi berubah dalam beberapa detik.

Entah apakah Fu Dou benar-benar bercanda atau serius, itu membawa efek yang sangat besar kepada Wei Shiqi. Dia menatapnya, lalu memejamkan matanya. Fu Dou sadar perubahan suasana tersebut, dia tertawa sambil menenteng kotak obatnya.

“Yang Mulia, aku hanya bercanda. Tidak perlu menganggapnya serius.”

Perasaan bersalah pun muncul di hatinya. Wei Shiqi tahu kalau Fu Dou sangat menantikan momen ketika dia bisa membalaskan semua dendam masa lalunya.

Hanya saja, Wei Shiqi juga terjepit pada dua situasi yang membingungkan. Identitas asli Fu Dou itu terlalu rumit dan sulit dijelaskan.

Tiba-tiba, Jin Bao yang sempat keluar kembali masuk ke dalam kamar.

“Yang Mulia, Selir Agung Yun meminta untuk bertemu.”

Mendengar itu, aura suram di dalam kamar tidur Kaisar semakin suram dan pekat. Jin Bao bisa melihat kemarahan dan keengganan di mata kaisarnya.

Dia menatap Wei Shiqi untuk meminta petunjuk, tapi pria itu malah mengedikkan bahunya dan bersikap tak peduli. Jin Bao jadi bingung.

“Aku tidak mau bertemu dengannya,” ucap Wei Shiqi.

“Tapi, Selir Agung Yun sudah menunggu di aula,” Jin Bao mengatakannya dengan suara bergetar. Suasana hati Kaisar sedang buruk, situasi semacam ini sulit dikendalikan.

“Aiya, dia datang di waktu yang tidak tepat. Kasim Jin, urusan selanjutnya, aku tidak akan mencampuri lagi.”

Fu Dou melengang pergi begitu saja. Dia juga mengabaikan keberadaan Selir Agung Yun – Yun Lin saat melewati aula. Wanita itu mengepalkan tangannya karena menganggap Fu Dou sangat tidak sopan.

Dia adalah selir tinggi, bahkan Kepala Tabib pun harus hormat padanya. Tapi Fu Dou, bukan hanya tidak hormat, pria itu bahkan mengabaikannya!

Dia hanya tidak bisa bertindak padanya karena Fu Dou dilindungi langsung oleh Kaisar.

Tidak lama kemudian, Wei Shiqi keluar dari kamar tidur dengan pakaian yang sudah rapi. Penampilannya juga kembali seperti biasa.

Yun Lin dengan cepat mengubah ekspresinya dan kembali menjadi wanita lembut yang perhatian. Dia memberikan salam hormat dan segera bangkit setelah Wei Shiqi menerima salamnya.

“Untuk apa kau kemari?” Wei Shiqi bertanya dengan enggan. Yun Lin melembutkan suaranya.

“Aku sudah mendengar kekacauan yang dibuat oleh Permaisuri. Yang Mulia, apakah dia membuatmu terluka?”

“Tidak.”

“Syukurlah. Permaisuri telah membuat kekacauan sebesar itu dan hampir mencelakai Yang Mulia. Keberaniannya sungguh besar! Aku tidak menyangka dia akan bertindak segila ini!”

Yun Lin telah bertarung mati-matian selama lima tahun dengan Han Ziqing. Dia sangat gembira karena pada akhirnya Han Ziqing mati, tapi wanita itu sungguh beruntung dan malah hidup lagi.

Yun Lin tidak menyangka kalau Han Ziqing semakin berani dan bertindak tidak bermoral. Dia bahkan langsung mengajak Kaisar bertarung begitu selamat dari kematian! Yun Lin benar-benar tidak senang.

“Apa kau datang hanya untuk mengatakan omong kosong ini?”

“Yang Mulia, bukan itu maksudku.”

“Jika tidak ada hal penting, kau bisa pergi.”

Yun Lin tidak terima diusir begitu saja. Dia hendak mengejar Wei Shiqi, namun tangan Jin Bao segera menghalanginya.

Dengan sopan, Jin Bao menyuruhnya untuk pergi dengan mengatakan kalau Kaisar sudah harus beristirahat. Yun Lin keluar dari Istana Yongqian dengan hati yang tidak senang.

“Sudah lebih dari lima tahun. Yang Mulia, mengapa kau bahkan tidak ingin melihatku lebih lama?”

Yun Lin berjalan sambil bergumam, pelayannya mengikuti dari belakang. Posisi Selir Agung yang diperolehnya dengan susah payah menjadi tidak berarti di saat seperti ini.

Apa yang diinginkan Yun Lin bukan hanya posisi, melainkan diri Wei Shiqi. Dia mencintainya, tapi pria itu bahkan tidak pernah menatapnya lebih dari tiga puluh detik.

Dia tidak pernah tahu siapa yang sebenarnya benar-benar ada di hati Wei Shiqi. Yun Lin hanya tahu kalau semua istri Wei Shiqi yang memiliki keinginan yang sama dengannya juga mengalami kemalangan yang sama. Mereka, bahkan lebih menyedihkan.

Terpopuler

Comments

Corina Jalin

Corina Jalin

Jangan kata kasar cinta kat pemaisuri sebab kalau cinta seliri takkan ada

2025-02-07

1

Nini Antéh

Nini Antéh

sukurin makannya jangan jadi orang jahat

2025-01-13

5

lihat semua
Episodes
1 Bab 1: Peti Mati Permaisuri
2 Bab 2: Berkelahi
3 Bab 3: Ibu Suri Agung
4 Bab 4: Orang yang Tercerahkan
5 Bab 5: Ada Orang yang Meracunimu!
6 Bab 6: Wangchuan dan Lanyin
7 Bab 7: Anggur
8 Bab 8: Kunjungan Para Selir
9 Bab 9: Tertangkap Basah
10 Bab 10: Mengintai Target
11 Bab 11: Diam-Diam
12 Bab 12: Menolong Orang
13 Bab 13: Melabrak Permaisuri
14 Bab 14: Citra Diri
15 Bab 15: Pertimbangan
16 Bab 16: Kematian Pedagang Gadungan
17 Bab 17: Cari Masalah
18 Bab 18: Keterlibatan Selir Mu
19 Bab 19: Kaki Tangan
20 Bab 20: Melepaskan Satu Orang
21 Bab 21: Lepas Satu Lagi
22 Bab 22: Ruang Rahasia
23 Bab 23: Hadiah Pertama
24 Bab 24: Fragmen Sejarah
25 Bab 25: Memainkan Peran
26 Bab 26: Memancing Kemarahan
27 Bab 27: Reuni Keluarga
28 Bab 28: Malam
29 Bab 29: Berkas Pengakuan
30 Bab 30: Berita Baru
31 Bab 31: Menjadi Orang Sibuk
32 Bab 32: Menanyakan Pendapat
33 Bab 33: Terkejut
34 Bab 34: Mencari Tahu
35 Bab 35: Arsip Kekaisaran
36 Bab 36: Ada yang Terbakar
37 Bab 37: Marah Besar
38 Bab 38: Melanjutkan Tugas
39 Bab 39: Cara Membujuk Orang
40 Bab 40: Mengorek Informasi
41 Bab 41: Hidangan dan Bujukan
42 Bab 42: Kedatangan Utusan
43 Bab 43: Malam Perjamuan
44 Bab 44: Terpukau
45 Bab 45: Pengacau
46 Bab 46: Bantu Aku!
47 Bab 47: Bantuan Darurat
48 Bab 48: Rencana Kerja Sama
49 Bab 49: Imbalan Jasa
50 Bab 50: Mengajari
51 Bab 51: Wajah Damai
52 Bab 52: Merasa Tidak Adil
53 Bab 53: Mengapa Permaisuri Datang dari Luar?
54 Bab 54: Jangan Terlalu Dekat
55 Bab 55: Menunggu Orang
56 Bab 56: Orang yang Iri Hati
57 Bab 57: Setelah Urusan Resmi
58 Bab 58: Tak Tahu Diri
59 Bab 59: Tenang
60 Bab 60: Memikirkan Hal yang Sama
61 Bab 61: Memberikan Petunjuk
62 Bab 62: Putusan
63 Bab 63: Memulai dari Awal
64 Bab 64: Saling Memiliki
65 Bab 65: Mengganggu Orang
66 Bab 66: Menemui Mata-Mata
67 Bab 67: Motif
68 Bab 68: Ingin Istirahat
69 Bab 69: Mencari Perhatian
70 Bab 70: Mengusir Pengganggu
71 Bab 71: Tidak Fokus
72 Bab 72: Mengubah Tradisi
73 Bab 73: Menarik Diri
74 Bab 74: Orang yang Tidak Sopan
75 Bab 75: Kehilangan Martabat
76 Bab 76: Panen Besar
77 Bab 77: Menyerah
78 Bab 78: Kenalan Lama
79 Bab 79: Melihat Orang
80 Bab 80: Masa Lalu Selir Rou
81 Bab 81: Para Cinta Pertama
82 Bab 82: Dua Kendi Cuka
83 Bab 83: Memberikan Anugerah
84 Bab 84: Kelinci Liar, Tak Bisa Lari!
85 Bab 85: Tidak Beres
86 Bab 86: Memberi Mandat
87 Bab 87: Percaya Saja
88 Bab 88: Akulah Ratumu!
89 Bab 89: Bagian yang Hilang
90 Bab 90: Mulai Curiga
91 Bab 91: Membuat Rencana
92 Bab 92: Mengapa Tidak Mungkin?
93 Bab 93: Dia Mengandung Keturunan Kekaisaran
94 Bab 94: Manja
95 Bab 95: Berbagi Kebahagiaan
96 Bab 96: Petunjuk Penting
97 Bab 97: Teguran Halus
98 Bab 98: Minta Orang
99 Bab 99: Rencana Fu Dou
100 Bab 100: Mengikuti Kata Hati
101 Bab 101: Niat Jahat
102 Bab 102: Membebaskan Orang
103 Bab 103: Gelagat Aneh
104 Bab 104: Menyimpan Rencana
105 Bab 105: Menerima Gugatan
106 Bab 106: Bau Konspirasi
107 Bab 107: Aku Tidak Akan Membiarkan Mereka Menahanmu!
108 Bab 108: Orang Lama
109 Bab 109: Langkah Besar
110 Bab 110: Berpamitan
111 Bab 111: Bersabar?
112 Bab 112: Jodoh Telah Berakhir
Episodes

Updated 112 Episodes

1
Bab 1: Peti Mati Permaisuri
2
Bab 2: Berkelahi
3
Bab 3: Ibu Suri Agung
4
Bab 4: Orang yang Tercerahkan
5
Bab 5: Ada Orang yang Meracunimu!
6
Bab 6: Wangchuan dan Lanyin
7
Bab 7: Anggur
8
Bab 8: Kunjungan Para Selir
9
Bab 9: Tertangkap Basah
10
Bab 10: Mengintai Target
11
Bab 11: Diam-Diam
12
Bab 12: Menolong Orang
13
Bab 13: Melabrak Permaisuri
14
Bab 14: Citra Diri
15
Bab 15: Pertimbangan
16
Bab 16: Kematian Pedagang Gadungan
17
Bab 17: Cari Masalah
18
Bab 18: Keterlibatan Selir Mu
19
Bab 19: Kaki Tangan
20
Bab 20: Melepaskan Satu Orang
21
Bab 21: Lepas Satu Lagi
22
Bab 22: Ruang Rahasia
23
Bab 23: Hadiah Pertama
24
Bab 24: Fragmen Sejarah
25
Bab 25: Memainkan Peran
26
Bab 26: Memancing Kemarahan
27
Bab 27: Reuni Keluarga
28
Bab 28: Malam
29
Bab 29: Berkas Pengakuan
30
Bab 30: Berita Baru
31
Bab 31: Menjadi Orang Sibuk
32
Bab 32: Menanyakan Pendapat
33
Bab 33: Terkejut
34
Bab 34: Mencari Tahu
35
Bab 35: Arsip Kekaisaran
36
Bab 36: Ada yang Terbakar
37
Bab 37: Marah Besar
38
Bab 38: Melanjutkan Tugas
39
Bab 39: Cara Membujuk Orang
40
Bab 40: Mengorek Informasi
41
Bab 41: Hidangan dan Bujukan
42
Bab 42: Kedatangan Utusan
43
Bab 43: Malam Perjamuan
44
Bab 44: Terpukau
45
Bab 45: Pengacau
46
Bab 46: Bantu Aku!
47
Bab 47: Bantuan Darurat
48
Bab 48: Rencana Kerja Sama
49
Bab 49: Imbalan Jasa
50
Bab 50: Mengajari
51
Bab 51: Wajah Damai
52
Bab 52: Merasa Tidak Adil
53
Bab 53: Mengapa Permaisuri Datang dari Luar?
54
Bab 54: Jangan Terlalu Dekat
55
Bab 55: Menunggu Orang
56
Bab 56: Orang yang Iri Hati
57
Bab 57: Setelah Urusan Resmi
58
Bab 58: Tak Tahu Diri
59
Bab 59: Tenang
60
Bab 60: Memikirkan Hal yang Sama
61
Bab 61: Memberikan Petunjuk
62
Bab 62: Putusan
63
Bab 63: Memulai dari Awal
64
Bab 64: Saling Memiliki
65
Bab 65: Mengganggu Orang
66
Bab 66: Menemui Mata-Mata
67
Bab 67: Motif
68
Bab 68: Ingin Istirahat
69
Bab 69: Mencari Perhatian
70
Bab 70: Mengusir Pengganggu
71
Bab 71: Tidak Fokus
72
Bab 72: Mengubah Tradisi
73
Bab 73: Menarik Diri
74
Bab 74: Orang yang Tidak Sopan
75
Bab 75: Kehilangan Martabat
76
Bab 76: Panen Besar
77
Bab 77: Menyerah
78
Bab 78: Kenalan Lama
79
Bab 79: Melihat Orang
80
Bab 80: Masa Lalu Selir Rou
81
Bab 81: Para Cinta Pertama
82
Bab 82: Dua Kendi Cuka
83
Bab 83: Memberikan Anugerah
84
Bab 84: Kelinci Liar, Tak Bisa Lari!
85
Bab 85: Tidak Beres
86
Bab 86: Memberi Mandat
87
Bab 87: Percaya Saja
88
Bab 88: Akulah Ratumu!
89
Bab 89: Bagian yang Hilang
90
Bab 90: Mulai Curiga
91
Bab 91: Membuat Rencana
92
Bab 92: Mengapa Tidak Mungkin?
93
Bab 93: Dia Mengandung Keturunan Kekaisaran
94
Bab 94: Manja
95
Bab 95: Berbagi Kebahagiaan
96
Bab 96: Petunjuk Penting
97
Bab 97: Teguran Halus
98
Bab 98: Minta Orang
99
Bab 99: Rencana Fu Dou
100
Bab 100: Mengikuti Kata Hati
101
Bab 101: Niat Jahat
102
Bab 102: Membebaskan Orang
103
Bab 103: Gelagat Aneh
104
Bab 104: Menyimpan Rencana
105
Bab 105: Menerima Gugatan
106
Bab 106: Bau Konspirasi
107
Bab 107: Aku Tidak Akan Membiarkan Mereka Menahanmu!
108
Bab 108: Orang Lama
109
Bab 109: Langkah Besar
110
Bab 110: Berpamitan
111
Bab 111: Bersabar?
112
Bab 112: Jodoh Telah Berakhir

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!