Kok aku kayak liat Raisa bareng cowok ya, apa perasaan aku aja? mungkin perasaan aja. Nih otak jadi nggak konsen deh, karena isinya dia semua. Batin Naufal menepis ucapannya.
Akhirnya Naufal menyelesaikan tugas kelompoknya bersama Sarah. Selama mengerjakan tugas, ia sama sekali tidak menggubris apapun cerita Sarah mengenai kisah hidupnya, sehingga membuat Sarah menjadi kesal.
"Udah mau pulang aja nih Fal? nggak ngobrol-ngobrol dulu?".
"Nggak, udah malam juga ini".
"Kamu pulangnya bawa kendaraan atau nggak? kalau nggak, nebeng sama aku aja" tawar Sarah.
"Nggak usah nggak apa-apa aku naik bis aja" tolak Naufal.
"Nggak ada loh bis yang beroperasi semalam ini".
Naufal menghentikan langkahnya, beberapa saat ia mulai berpikir.
Benar juga ya. Dimana ada bis beroperasi jam segini. Apa aku terima tawarannya aja.
"Gimana Fal? setuju nggak?" tanya Sarah membuyarkan lamunannya.
"Eh..iya".
"Ayo".
Akhirnya Naufal diantar oleh Sarah sampai ke rumah. Selama perjalanan, Sarah terus bercerita, namun Naufal hanya menanggapinya sedikit.
Sesampainya di rumah, Naufal mengucapkan terima kasih dan ingin turun dari mobil. Namun, tangannya ditahan oleh Sarah saat ia hendak turun.
"Ada apa?".
"Naufal aku.."
Sarah perlahan mulai mendekati Naufal, sedangkan Naufal terus mundur menjauhinya. Hingga akhirnya Naufal sudah mentok dan tidak bisa mundur lagi.
Tiba-tiba terdengar suara pintu rumah seperti ditendang, membuat keduanya yang sedang berada di mobil terkejut.
Mereka menoleh ke arah sumber suara, dan mendapati Raisa yang sudah berdiri tegap di depan pintu sambil memicingkan mata.
Sontak saja Naufal segera keluar dari mobil dan menuju ke arah Raisa.
"Ini nggak seperti yang kamu lihat kok" jelas Naufal.
"Nggak seperti apa maksudnya? memangnya yang aku lihat apa?".
"Bukan begitu, maksudnya aku nggak macam-macam.
Sarah yang melihat perdebatan antara kedua orang itu akhirnya turun dari mobilnya dan menghampiri Raisa dan Naufal.
"Hai, maaf mengganggu".
"Ngapain kamu turun?" tanya Raisa sinis.
"Ah..aku hanya ingin berkenalan dengan kakak. Naufal, apa ini kakak kamu?".
"Iya" kata Naufal dengan cepat.
"Oh iya perkenalkan aku Sarah kak, teman sekelas Naufal dan juga istri masa depannya" ucap Sarah malu-malu.
"Oh istri masa depan ya?".
Raisa melotot ke arah Naufal, membuatnya menggelengkan kepalanya tanda itu tidaklah benar.
"Ngomong-ngomong kenapa kamu anterin dia? kamu kan cewek, apa dunia ini udah terbalik ya?".
"Naufal ingin pulang naik bis, tapi karena jam segini bis nggak ada lagi makanya aku anterin pulang".
"Iya benar" sahut Naufal.
"Kalau gitu kenapa pulangnya malam banget, udah tau bis nggak ada kalau malam gini" ucap Raisa mencubit perut Naufal.
"Awww iya iya ampun" kata Naufal yang kesakitan.
"Lain kali jangan diulangin lagi, dan kamu siapa namanya? Sarimin?" ejek Raisa.
"Sarah kak" jawabnya mulai kesal.
"Oh iya, sorry lupa. Mending pulang aja deh, udah malam nggak baik anak cewek pulang telat".
"Iya saya pamit dulu ya kak, Naufal. Oh iya Naufal, besok kamu mau nggak aku jemput? kita bareng ke sekolah".
"Nggak usah, jangan jadi wanita murahan. Pergi aja, dia bisa naik bis" kata Raisa dengan cepat.
"Iya itu benar".
"Oke. Saya pamit kalau begitu" ucap Sarah dengan wajah bete.
"Assalamualaikum" singgung Raisa.
"Eh iya, Assalamualaikum" kata Sarah.
"Waalaikumsalam".
"Cepat masuk Naufal" lanjut Raisa.
Brak
Pintu tertutup sangat kencang membuat Sarah terkejut.
Gila apa ya, punya calon kakak ipar kayak gitu, bisa-bisa gue spot jantung dibuat tiap hari. Tapi nggak apa-apa, pokoknya aku harus menarik perhatian kakaknya biar bisa menerima aku.
Di dalam rumah, Naufal merasakan hawa mematikan disekelilingnya akibat tatapan menakutkan dari Raisa.
"Beb berhenti dong liatin kayak gitu".
"Bab beb bab beb. Kalau ada maunya aja baru panggil kayak gitu. Emang ya sesuai dugaan, dia tuh paling gatal dan berani. Nggak bisa tuh dibiarin" kesal Raisa.
"Aku aja nggak pernah gubris dia. Jadi, nggak usah dengerin dia juga".
"Tapi kenapa pas dia mau mendekat, kamu nggak langsung turun aja dari mobil? untung aja tadi aku lihat".
"Iya maaf. Dia tiba-tiba kayak gitu, jadi aku syok".
"Oke aku maafin. Tapi ada syaratnya".
"Apa syaratnya?".
"Mulai sekarang harus panggil aku beb".
"Tapi..".
"Nggak ada tapi-tapian. Mau dimaafin nggak?" potong Raisa.
"Iya deh".
"Oke. Panggil apa?".
"Beb".
"Ulangi dong, yang ikhlas".
"Iya beb".
"Uhhh tayangku imut banget" kata Raisa sambil mencubit pipi Naufal karena gemas.
"Udah, tidur aja sekarang. Udah malam ini".
"Iya beb".
Naufal hendak tidur, namun ditahan oleh Raisa.
"Apa lagi?"
"Aku bilang iya beb. Jadi jawabnya apa?".
"Oke beb".
"Nah gitu dong" ucap Raisa tersenyum puas.
Menyusahkan. Gumam Naufal yang masih bisa didengar oleh Raisa.
"Apa kamu bilang?".
"Nggak. Maksudnya, ayo kita tidur".
"Aku dengar loh tadi".
"Nggak beb, ayo tidur. Aku ngantuk banget nih" bujuk Naufal.
"Awas ya kalau bicara aneh-aneh".
"Iya nggak".
"Selamat tidur beb Naufal".
"Selamat tidur juga".
"Juga?".
"Eh maksudnya beb Raisa".
"Yang lengkap".
"Selamat tidur beb Raisa".
"Oke beb".
Raisa dan Naufal akhirnya tertidur, setelah berdebat kecil tentang nama panggilan mereka.
Keesokan harinya di sekolah, Raisa mulai menceritakan kekesalannya kepada teman gengnya.
"Dan lo semua tahu nggak? tuh cewek murahan katanya pengen jemput Naufal di rumah terus mau ke sekolah bareng. Nggak ada otak kan? benar-benar kesal gue" ucap Raisa berapi-api.
"Dih kalau gue, udah gue mutilasi tuh orang. Benar-benar nggak ada akhlak" ujar Dara.
"Iya dasar pelakor" sambung Sevia.
"Mending pulang sekolah nanti kita jalan-jalan ke mall. Gimana? setuju kan?" tanya Serly.
"Setuju" jawab ketiganya kompak.
Sepulang sekolah, keempat geng 'wanita buas' akhirnya pergi ke mall, hanya untuk sekedar mencuci mata dan menghilangkan stres mereka masing-masing.
"Eh gue kebelet nih" kata Raisa.
"Yah Sa, kenapa nggak bilang pas kita masih di lantai 1 tadi? ini lantai 3 loh" ucap Serly.
"Nggak apa-apa kalian disini aja. Gue turun dulu ya".
"Nggak perlu ditemenin nih?" tanya Sevia.
"Nggak. Gue pergi dulu ya, bye".
Raisa cepat-cepat turun ke lantai 1 untuk pergi ke toilet. Setelah merasa lega, Raisa keluar dari toilet dan berniat untuk ke lantai 3 lagi menemui teman-temannya.
Saat berjalan, ia tidak sengaja bertabrakan dengan seorang pria, yang membuatnya terjatuh ke lantai.
"Aww pelan-pelan dong jalannya" ucap Raisa kesakitan.
"Maaf mbak, sini saya bantu" kata pria misterius itu.
Saat Raisa menolehkan kepalanya ke atas, ia terkejut melihat pria yang menabraknya ternyata adalah Nathan, kakak Sarah.
"Loh Raisa".
"Nathan kan?".
"Iya benar. Kamu apa kabar? sendirian aja kesini?".
"Nggak kok, aku bareng sama teman-teman aku".
"Oh gitu".
"Kamu sendiri gimana? sendirian aja?".
"Iya nih. Aku datang untuk membeli jas kerja".
"Oh udah kerja? aku masih SMA. Berarti aku panggil kakak aja ya?".
"Iya terserah kamu aja" ucap Nathan sambil tersenyum.
Saat sedang asyik mengobrol, tiba-tiba obrolan mereka terhenti karena sebuah suara.
"Kak Nathan, ngapain kakak kesini?".
Raisa dan Nathan menoleh dan mendapati Sarah sudah berdiri dihadapan mereka. Tidak sendirian, ternyata Sarah ditemani oleh Naufal, membuat Raisa terkejut.
"Eh Sarah. Kamu sendiri ngapain disini? kakak tadi lagi cari jas".
"Aku lagi jalan sama Naufal" ujar Sarah.
"Apa? nggak kok, tadi kita cuma beli keperluan sekolah karena kita sekelompok" ucap Naufal, memandangi Raisa.
"Eh, ini bukannya kakak kamu Naufal? kak Nathan kenal darimana?".
"Oh maksud kamu Raisa? iya aku kenal dia belum lama ini".
Raisa hanya tersenyum canggung mendengar perkataan Nathan. Ia menatap ke arah Naufal, terlihat seperti ada guratan kekesalan di wajahnya saat ini.
"Jadi kalian mau kemana?" tanya Sarah.
"Rencana aku mau ajak Raisa makan bersama".
"Oh kebetulan kita berdua juga belum makan. Kita bareng mereka aja gimana Naufal?" tanya Sarah pada Naufal.
Naufal masih terus menatap tajam ke arah Raisa, tanpa menjawab pertanyaan Sarah.
"Naufal? kamu dengar nggak?".
"Maaf, tadi kamu bilang apa?".
"Aku bilang kita makan bareng sama mereka".
"Nggak perlu. Aku harus pergi sekarang. Maaf ya, permisi".
"Loh Naufal kamu mau kemana? Naufal" teriak Sarah yang tidak digubris oleh Naufal.
"Kakak-kakak aku susul Naufal dulu ya. Kalian silahkan nikmati waktu bersama".
"Iya kamu hati-hati" kata Nathan kepada adiknya.
"Kalau begitu aku permisi dulu ya. Teman-teman aku udah nunggu soalnya".
"Ajak aja sekalian teman-teman kamu. Kita makan bareng semuanya".
"Nggak usah kak makasih. Nanti lain kali aja ya".
"Baiklah kalau begitu, kamu hati-hati".
"Iya kak".
Menarik juga. Katanya mereka berdua kakak adik, tapi kenapa aku lihat adiknya sangat kesal ya. Apa mereka beneran kakak beradik.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments
Sulaiman Efendy
ITU SARAH NAKSIR NAUFAL, TU NATHAN PASTI NAKSIR RAISA.
2023-06-14
0
Rhenii RA
Gue/Aku?
2022-02-10
0
🌹🌺gemini🌺🌹
luccuuu
2020-12-08
0