Sejak ciuman di sekolah itu, kenapa sekarang jadi candu ya? lo emang luar biasa Raisa Nur Azizah, lo bisa buat gue candu seperti ini.
.
.
.
Adzan magrib mulai berkumandang. Naufal yang bersiap ingin sholat, melihat Raisa masih tertidur pulas di kasurnya.
"Hey bangun, udah magrib nih sholat dulu" kata Naufal menepuk bahu Raisa agar terbangun.
"Nih orang tidur apa mati sih, dibangunin nggak gerak-gerak" lanjutnya.
Naufal perlahan mendekatkan telinganya ke arah Raisa untuk mendengar detak jantungnya apakah masih berdetak atau tidak.
Saat Naufal mendekatkan telinganya, tiba-tiba Raisa terbangun dari tidurnya dan berteriak melihat posisi Naufal yang terlihat ambigu.
"Aaahhhh lo ngapain Fal? kalau udah kepengen bilang dong jangan diam-diam lakuin pas gue lagi sementara tidur, kan gue nggak tahu nikmatnya nanti" kesal Raisa.
"Dih siapa juga yang mau apa-apain lo? gue tuh mau dengar detak jantung lo masih ada atau nggak, soalnya lo dibangunin nggak gerak-gerak kayak orang mati" ujar Naufal.
"Jahat banget lo ngatain istri lo kayak orang mati. Nanti kalau mati beneran nangis baru tahu rasa".
"Udah ngapain bahas itu sih? ayo bangun kita sholat magrib sama-sama".
"Masya Allah suamiku ini, udah pintar, ganteng, perhatian, terus sholeh lagi. Nggak salah emang gue nikah muda".
"Gue nggak mau aja masuk neraka karena punya istri bar-bar dan nggak mau ibadah, jadi cepetan cuci muka baru wudhu".
"Siap suamiku".
Naufal tersenyum mendengar Raisa yang memanggilnya dengan sebutan suamiku, namun dengan cepat ia merubah ekspresi wajahnya kembali datar.
Setelah mereka menunaikan ibadah sholat magrib, Raisa terlihat mencium telapak tangan Naufal. Mereka berdua kemudian duduk bersama di ruang TV sambil mengerjakan tugas sekolah masing-masing.
Naufal terlihat santai mengerjakan tugas sekolahnya sedangkan berbeda dengan Raisa, ia terlihat frustasi melihat rumus matematika yang tidak dipahaminya sama sekali.
"Fal, lo tau nggak sih cara ngerjain tugas ini? gue bingung banget soalnya".
"Kan lo lebih tua dari gue, mana gue tahu cara ngerjainnya" ucap Naufal, masih berkutat dengan tugas sekolahnya.
"Iya juga ya" Raisa terlihat memanyunkan bibirnya, terlihat pasrah dengan tugasnya.
Dia pengen dicium lagi apa, malah manyun-manyunin bibirnya lagi. Batin Naufal.
"Mukanya jangan dijelekin gitu, tau kok udah jelek. Coba mana gue lihat soalnya".
"Ini ini" Raisa terlihat senang dan menyodorkan tugasnya pada Naufal.
"Astaga ini sih gampang, masa lo nggak tahu sih? dari kelas 10 rumus kayak gini udah diajarin" ujar Naufal.
"Tapi aku nggak tahu. Ajarin ya" ucap Raisa memelas.
"Di sekolah lo ngapain aja Raisa? udah mau lulus loh".
"Ya lo kan tahu sendiri gue kebanyakan di hukum sama guru jadi jarang masuk kelas".
"Biarpun masuk kelas palingan lo tidur kan" ejek Naufal.
Raisa cengengesan mendengar hal itu.
"Lo tau aja sih, pasti diam-diam lo sering liatin gue ya?".
"Jangan geer".
"Dih kasar banget. Ya udah ajarin dong" rengek Raisa.
"Iya gue ajarin, dengar baik-baik ya" kata Naufal.
Raisa mengangguk dan mulai mendengarkan penjelasan Naufal. Entah kenapa saat Naufal menjelaskan ia cepat memahaminya, beda saat guru yang menjelaskan ia sama sekali tidak paham.
Kok gue berasa jadi pintar ya sekarang. Apa ini efek cinta jadi gue gampang ngerti? ih so sweet banget deh. Batin Raisa sambil senyum-senyum sendiri.
"Ngapain lo senyum-senyum kayak gitu? ngerti nggak yang gue jelasin tadi?".
"Iya ngerti kok, ngerti banget malahan. Gue jadi semangat kalau tiap hari diajarin dede Naufal".
"Apaan sih, kenapa harus panggil dede gitu gue nggak suka".
"Terus sukanya dipanggil apa?".
"Nggak ada apa-apa, panggil aja kayak biasa, Naufal".
"Ih nggak seru. Masa kita suami istri panggilanya lo gue, terus cuma panggil nama doang juga. Kan nggak so sweet".
"Jadi lo maunya manggil apa? sayang gitu? nggak bakal" kata Naufal.
"Yah padahal emang pengen yang itu. Hmm kalau nggak mau, panggil dede Naufal aja ya, atau mas aja gimana?".
"Alay banget panggil dede. Apalagi mas, lo kan lebih tua dari gue".
"Terus lo maunya apa? semuanya nggak mau" sungut Raisa.
"Panggil nama aja udah, ribet banget sih".
"Nggak mau, nggak mau. Masa kita kalah sama anak SD sih, mereka aja udah panggil ayah bunda. Pokoknya kita berdua juga harus ada nama panggilan titik!".
"Dari tadi kita berdua cuma berdebat soal nama panggilan, tugas sekolah nggak bakalan kelar. Udah nanti aja dibahas lagi" kata Naufal mulai kesal.
"Panggil beb aja gimana?" tawar Raisa.
"Nggak mau".
Raisa mulai kesal dan ia pun memukul meja, membuat Naufal terkejut.
Brak
"Mau panggil beb atau sayang? jawab sekarang!".
"Kenapa cuma ada dua pilihan itu?".
"Jawab!" tekan Raisa dengan mata berapi-api.
"Beb" jawab Naufal tergagap.
"Oke deh beb. Gitu dong. Jadi mulai sekarang nggak ada panggil nama lagi atau panggil lo gue, sekarang jadinya beb dan aku kamu ya" ujar Raisa kembali tersenyum, seperti tidak ada masalah apa-apa.
"Hah?".
"Kenapa? nggak setuju lagi?" tanya Raisa melotot.
"Eh iya..iya".
Seketika nyali Naufal menciut melihat tatapan Raisa. Ia mengikuti semua permintaan Raisa meskipun menurutnya sangat aneh.
"Beb aku lapar nih" rengek Raisa sambil memegangi perutnya.
"Sedikit lagi gue selesai kok, tunggu aja" kata Naufal dengan santainya.
Ia tidak sadar disampingnya Raisa telah menatap tajam ke arahnya. Karena merasa aura yang menakutkan, ia mencoba melirik ke sebelah dan mendapati tatapan maut istrinya itu.
"Eh maksud ak..aku itu sebentar lagi aku selesai jadi tungguin ya...beb" ucap Naufal dengan keterpaksaan.
"Iya beb, aku tungguin jangan lama-lama ya" kata Raisa, kembali mengubah wajahnya menjadi tersenyum manis.
Setelah menunggu 30 menit, akhirnya tugas Naufal pun selesai.
"Tunggu ya, aku masak dulu".
"Ikuutt" kata Raisa dengan nada manja.
"Ya udah, ayo".
Raisa mengikuti langkah Naufal dari belakang, kemudian ia duduk di kursi makan sambil menatap punggung suaminya yang sedang memasak.
"Beb kamu nggak ada rencana ngajarin aku masak lagi gitu? kan kasihan kamu udah cape sekolah, terus kerja dan sekarang masak".
"Mau sih, tapi lo eh maksudnya kamu takutnya nanti malah ngebakar rumah".
"Makanya diajarin pelan-pelan dong".
"Ya sudah, kesini cepat".
"Asikk diajarin masak" ucap Raisa kegirangan.
"Untuk awal belajar masak kita rebus air lebih dulu. Kamu juga nggak tahu kan rebus air?" tanya Naufal.
"Iya nggak tahu" kata Raisa, menggeleng.
"Pertama ambil pancinya terus isi dengan air".
"Oke sudah. Terus?".
"Taruh di atas kompor, kemudian nyalain kompornya".
"Oke udah nih. Terus gimana lagi?".
"Tunggu sampai ada gelembung-gelembung, terus matiin deh kompornya".
"Gitu doang? serius?" tanya Raisa tidak percaya.
Naufal mengangguk.
"Kalau tahu gitu dari dulu aku belajar masak ya beb, kan gampang banget. Duh makasih beb udah ajarin" kata Raisa, kemudian memeluk tubuh Naufal.
Naufal yang dipeluk hanya bisa diam tidak dapat berbuat apa-apa. Raisa mencoba melonggarkan pelukannya kemudian menatap wajah suaminya begitu lekat.
Seakan terhipnotis, Naufal tiba-tiba mendekat ke arah Raisa mencoba mencium bibirnya, refleks Raisa menutup kedua matanya menunggu ciuman mendarat ke bibirnya.
Namun saat kedua bibir mereka semakin dekat bertemu, tiba-tiba tercium bau gosong.
"Bau apa ini?" tanya Naufal.
"Ya ampun beb, itu airnya" tunjuk Raisa ke panci yang sudah gosong.
"Astaga aku lupa matiin" kata Naufal sambil menepuk jidatnya.
Dengan cepat Naufal mematikan kompor dan menaruh panci gosong itu ke wastafel.
"Jadi gimana? air rebusnya jadi apa nggak?".
"Ya nggak lah, ini mah air gosong bukan air rebus lagi".
"Yah gagal deh" ucap Raisa.
Mereka berdua tertawa bersama melihat kecerobohan yang mereka perbuat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments
🌹🌺gemini🌺🌹
lucux
2020-12-08
0
Nurul Hasanah
suka banget ceritanya lucu lucu gimana gitu.
2020-10-19
5
Dian Anggraeni
Hai kak aku datang lagi dengan jempol bertubi tubi..ditunggu ya di DUNIA PARAREL karya Iyoy 😘😘😘😘
2020-10-12
2