Beberapa hari selanjutnya, Aku menghabiskan waktu hanya bersama dengan Khansa. Yang Kami lakukan hanyalah saling berpelukan, saling mengec*p, dan berakhir dengan adegan di ranjang.
Seperti saran dokter, Aku melakukannya dengan hati-hati. Tapi tentu saja Aku tidak bisa mengatur durasiku. Tubuh Khansa bagai candu. Aku tidak pernah puas untuk mencicipinya sekalipun sudah berulang kali Kami melakukannya. Sepertinya Khansa menggunakan suatu pelet / guna-guna hingga membuatku seperti ini? Aku benar-benar tidak berdaya di depan wanita itu. Andaikan wanita itu menyuruhku untuk mati untuk membuktikan perasaanku, Aku benar-benar akan melakukannya. Aku telah menjadi budak dari seorang Khansa Aulia. Dan Aku yakin hal ini akan berlangsung selamanya.
Hari ini adalah hari ketigaku mengambil cuti. Aku berencana untuk keluar dari perusahaan tidak lama lagi. Tujuanku masuk ke perusahaan sudah tercapai, yaitu Khansa. Perusahaan juga sudah kembali stabil, jadi tidak alasan bagiku untuk tetap bertahan. Aku hanya perlu menunggu direksi pulang dari luar negeri untuk berpamitan. Aku akan fokus pada perusahaanku sendiri dan membantu Papa mengurus perusahaan yang ditinggalkan Aaron.
Itu adalah rencanaku. Namun ternyata direksi berpikiran lain. Direksi tampak menyukai pekerjaanku, sehingga beliau memberiku beberapa tugas tambahan sebelum Aku benar-benar keluar dari perusahaan. Pada akhirnya Aku menyanggupi permintaan beliau.
Aku meminta pada Direksi untuk menjadikan Winda sebagai sekretaris pribadiku, dan beliau mengijinkannya. Aku berencana untuk membuat Winda selalu berada di dekat istriku. Aku menyukai kinerja Winda yang tegas dan loyal. Dia akan menjadi penjaga Khansa yang sempurna pada saat Aku tidak ada.
Selama tiga hari ini Khansa menerima apapun perlakuanku terhadapnya. Malah dia membalasnya. Khansa membalas ciumanku dan berusaha untuk melakukan hal yang sama. Khansa sudah tidak menolak sentuhanku. Hatiku sangat bahagia. Bila hal baik ini terus berlanjut, bukan tidak mungkin Khansa akan mulai mencintaiku tidak lama lagi. Memikirkan hal itu membuat senang tak terkira.
Pagi ini Aku kembali bersiap-siap untuk berangkat kerja. Tiga hari berturut-turut bersama Khansa merupakan saat-saat paling bahagia dalam hidupku. Aku tidak bisa mendeskripsikannya dengan kata-kata. Aku hanyalah seorang laki-laki yang sangat bahagia.
Kulihat wajah Khansa tampak cemberut. Dia seperti tidak ikhlas melepas kepergianku. Aku tersenyum dalam hati. Sepertinya Khansa sudah mulai terbiasa dengan keberadaanku.
Aku membujuknya untuk tidak cemberut dan berjanji akan pulang tepat waktu. Mau tidak mau Khansa menerima perkataanku dan membiarkanku untuk pergi. Rasanya Aku benar-benar tidak ingin pergi hari itu!! Tapi direksi meminta bantuanku untuk memeriksa beberapa cabang yang disinyalir melakukan tindakan fraud, sehingga mau tidak mau Aku harus meninggalkan Khansa hari itu.
"Aku janji, begitu pekerjaan selesai Aku akan langsung pulang. Jaga diri baik-baik di rumah. Jangan keluar tanpa ijin dariku, oke?"
"Iya..."
"Sini, cium Aku." Aku kembali mel*mat bibir Khansa. Memenuhi dahagaku. Khansa benar-benar candu. Belum apa-apa tubuhku sudah kembali menegang karenanya. Aku harus segera menghentikan pergum*lan bibir, karena kalau tidak, hal ini akan berlanjut pada hal lainnya.
Aku melepaskan pag*tan bibir Kami. Mengambil napas dalam-dalam. Berusaha menjernihkan pikiran yang mulai berkabut karena gairah. Berat meninggalkan Khansa seperti itu, sementara tubuh dan hatiku begitu menginginkannya.
***
Aku melakukan beberapa kunjungan ke cabang-cabang di wilayah Jawa Barat yang melakukan tindakan fraud. Sebenarnya untuk masalah fraud sendiri, bukan ranah dan kuasaku. Aku hanyalah GH dari divisi bisnis. Yang patut kuperhatikan hanya pertumbuhan perusahaan dari segi bisnis yaitu lending dan funding. Ikut campur dalam masalah fraud ini tidak ada sangkut pautnya dengan jobdeskku. Namun karena direksi meminta bantuanku untuk melakukannya, maka Aku memenuhi permintaannya. Aku pikir sebagai balas budi, karena secara tidak langsung berkat beliau juga Aku bisa memiliki Khansa.
Seharian Aku sibuk menemani divisi anti fraud dan melakukan beberapa sidang internal. Ketika ada jeda waktu sebentar, Winda akan mendekat padaku dan menunjukkan foto-foto Khansa. Melihat fotonya saja sudah membuatku rindu setengah mati, tidak terbayang bila harus mendengar suara atau melihat wajahnya. Pasti Aku akan meninggalkan pekerjaanku dan terbang ke pelukannya. Untuk menghindari hal itu, Aku memutuskan untuk tidak menghubungi Khansa secara langsung. Aku menyuruh Winda untuk melakukannya. Aku takut hatiku akan goyah dan pergi menemui Khansa saat itu juga. Aku pikir ini adalah keputusan yang benar. Aku tidak menyangka, keputusan ini akan menjadi boomerang bagiku. Aku benar-benar tidak menyangka, bahwa keputusan sepele ini akan membuatku menyesal seumur hidup.
***
Hari sudah mulai petang. Cabang ini adalah cabang terakhir yang akan kukunjungi hari itu. Setelah ini, Aku akan pulang dan menemui Khansaku.
Aku tengah berada di mobil ketika ponselku berbunyi. Aku melihat siapa si penelepon. Di layar tertulis kata "rumah". Jantungku berdetak lebih cepat ketika mengetahui siapa yang meneleponku. Aku langsung mengangkat panggilan itu.
"Iya Ma? Ada apa? Apa terjadi sesuatu pada Aaron?"
"Tidak Al... Kakakmu baik-baik saja. Menurut dokter kondisinya stabil. Al, bagaimana kabar Diana? Seharian Mama telepon tidak diangkat. Apa dia baik-baik saja? Mama khawatir dengan kondisinya. Dia sedang hamil Al. Tidak ada Aaron di sisinya. Kasihan sekali nasibnya. Kamu harus menjaganya Al. Mama benar-benar merasa kasihan kepadanya... Huuuu..." Mama mulai terisak. Aku berusaha untuk menghiburnya. Kondisi psikologisnya Mama benar-benar tidak berubah. Mama masih sangat rapuh bila menyangkut keduanya. Di kondisi seperti ini Aku tidak bisa menceritakan keberadaan Khansa. Sepertinya Aku harus menunggu waktu yang tepat untuk menceritakan semuanya.
Mama masih saja menangis sembari meratapi nasib Diana dan Aaron. Ketika Aku berjanji untuk mengunjungi Diana dan akan memberinya kabar sesudahnya, Mama kembali tenang. Setelah tangisan dan curhatan yang panjang, akhirnya panggilan itu pun diakhiri.
Aku menyuruh supir untuk membawaku pulang. Sesampainya di depan rumah, Aku sedikit bingung. Rumahku dan Aaron bersebelahan. Aku bingung harus pulang ke rumahku dulu dan menemui Khansa, atau ke rumah Aaron untuk menemui Diana?
Setelah beberapa saat berpikir, akhirnya Aku memutuskan untuk pergi menemui Diana. Mama sangat ingin tahu kabar Diana. Jadi Aku harus memberi laporan sesegera mungkin.
Aku menekan bel rumah. Beberapa saat kemudian pintu terbuka dan security mempersilakanku untuk masuk. Aku duduk di ruang tamu dan memperhatikan sekitar. Tempat itu tampak sama seperti terakhir kali Aku datang.
Banyak foto Diana dan Aaron menghiasi ruangan itu. Kebanyakan foto-foto ketika mereka bertunangan beberapa tahun silam. Aku kagum pada Diana. Dia benar-benar bertahan dengan Aaron yang mengacuhkannya. Setidaknya Diana lebih berani mengungkapkan perasaannya dibandingkan Aku yang pengecut ini.
***
Happy Reading 😐
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
Mimos Silalahi
kesalahan Alex selalu menomor duakan Khanza,,kalau aku diposisi Khanza jga akan sakit hati
2025-02-10
0
Ningke Endengi
❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️
2024-06-15
0
💜🌷halunya jimin n suga🌷💜
novel ini isi ya.... isi hati alex yaaa.
2023-07-09
1