Pengalaman yang benar-benar luar biasa. Kami melakukannya dalam kondisi kesadaran penuh. Bahkan Khansa membalas setiap perlakuanku. Pengalaman ini berkali-kali lipat lebih indah dari yang sebelumnya. Aku benar-benar puas dan bahagia.
Kali ini Aku tidak akan tertidur lagi. Aku tidak akan mengulang hal yang sama. Waktu itu Aku langsung tertidur begitu Kami selesai melakukannya. Pengaruh alkohol yang belum sepenuhnya hilang membuat kepalaku pusing hingga akhirnya membuatku tertidur. Pagi harinya, Aku mendapati Khansa tidak di sampingku.
Butuh waktu beberapa bulan kemudian untuk kembali bertemu dengannya lagi. Pertemuan itu pun sangat dramatis. Aku mendapati Khansa tengah mengandung anakku seorang diri. Setiap kali mengingat kenangan itu, hatiku selalu sakit.
Kali ini pun Aku merasakan ketakutan yang sama. Bagaimana bila Aku tertidur dan mendapati Khansa tak di sampingku lagi? Bagaimana bila Khansa meninggalkanku lagi? Butuh waktu berapa lama lagi bagi Kami untuk kembali bisa bertemu?
Ketakutan Khansa akan pergi lagi membuatku semakin posesif. Mungkin orang lain yang melihat, akan menilaiku sebagai pria gila yang terlalu mengekang kebebasan istrinya. Tidak masalah orang menilaiku seperti apa. Asalkan Khansa tetap di sampingku, Aku akan menerima apapun ucapan itu.
Kekhawatiran Khansa akan meninggalkanku membuatku paranoid. Aku tidak bisa mengawasinya selama 24 jam. Sepertinya Aku harus menggunakan orang-orang di rumah ini untuk mengawasinya.
Aku mengecup kening Khansa sejenak sebelum turun dari ranjang. Waktu sudah menunjukkan pukul dua belas malam. Rupanya cukup lama juga Kami bercinta malam itu.
Aku turun ke lantai bawah dan mulai mengumpulkan para pekerja di rumah itu. Ada enam orang dengan tugasnya masing-masing. Aku menatap satu persatu wajah-wajah itu. Wajah harap-harap cemas dan ketakutan.
"Kalian tidak perlu khawatir. Aku mengumpulkan kalian tengah malam begini bukan karena kalian telah berbuat salah," Aku terdiam sejenak, kembali menatap wajah yang masih diliputi kecemasan, "Aku belum lama mengenal kalian. Tapi Aku harap kalian bisa loyal dan bisa kupercaya. Apa kalian bisa memberikanku dua hal itu?"
"Bi-bisa Tuan..." jawab mereka serentak.
"Permintaanku tidak banyak. Aku hanya ingin kalian menjaga istriku. Jauhkan hal-hal yang bisa membuatnya celaka. Layani dia dengan baik. Perlakukan dia seperti ratu. Jangan biarkan dia melakukan hal-hal yang akan membuatnya kelelahan. Jangan biarkan dia keluar dari rumah ini tanpa ijin dariku. Laporkan setiap gerak-geriknya padaku. Apa kalian bisa melakukan hal-hal itu?"
"Bisa Tuan." Aku memperhatikan setiap wajah yang menunduk dalam-dalam. Tampak takut untuk bertatapan mata denganku. Baiklah, untuk saat ini Aku bisa mempercayakan Khansa pada mereka. Setidaknya mereka bisa membantu Winda untuk menjaga Khansa untuk sementara waktu.
Selesai memberi tugas, Aku kembali ke lantai tiga. Kulihat istri cantikku masih terlelap. Wajahnya tampak sangat kelelahan. Mungkinkah Aku tadi terlalu berlebihan? Sudah terlalu lama Aku menginginkan Khansa. Menjadi penguntit hanya untuk mengetahui kabarnya. Ketika Aku berada di posisi bisa memilikinya, Aku tidak bisa menahan diri lagi. Aku tumpahkan segala kerinduan dan hasratku yang terpendam. Menuntaskan semuanya. Membuat tubuh dan jiwa Kami bersatu.
Aku kembali bergabung dengannya di ranjang. Aku berbaring sembari menatap wajahnya. Menjadikan tangan kiriku sebagai bantalan, sementara tangan kananku tak henti-hentinya membelai wajahnya. Aku menarik selimut, hingga tubuh tel*njang Khansa tertutupi sepenuhnya. Ada setitik rasa bersalah ketika kulihat banyaknya tanda kepemilikan di seluruh tubuhnya, namun lebih banyak rasa berpuas diri dan bangga. Aku benar-benar mengecap tubuh Khansa sebagai milikku. Aku hanya perlu membuat hati Khansa juga menjadi milikku.
"Buka hatimu dan segera cintai Aku sayang..."
***
Hampir semalaman Aku tidak tidur. Yang kulakukan hanya menatap, membelai, memeluk, dan mengecup bagian-bagian tubuhnya. Ketika Aku tengah memeluk Khansa, Aku merasakan suatu gerakan aneh yang berasal dari perutnya. Karena penasaran, Aku menempelkan telapak tanganku di perut Khansa. Benar saja, Aku kembali merasakan gerakan itu. Seolah-olah perut Khansa tengah bergerak-gerak. Apakah itu gerakan bayi Kami?!!
Aku mengangsur tubuhku hingga kepalaku berhadapan dengan perut Khansa yang membuncit. Aku mengecupi perut itu. Kembali kurasakan gerakan. Mataku mulai berkaca-kaca. Sepertinya bayi itu merespon kehadiranku.
"Hai, apa Kamu belum tidur?" Aku mulai berbicara sendiri sembari menempelkan pipiku pada perut Khansa. Mendengar suaraku, kurasakan kembali gerakan itu. Seolah-olah jawaban atas pertanyaanku.
"Aku bingung harus berbicara apa," Aku terdiam sejenak, kemudian melanjutkan, "Namaku Yohan Alexander, Aku adalah Papamu. Kamu pasti asing denganku? Ya wajar saja. Selama beberapa bulan ini Kita tidak saling mengenal. Aku bahkan baru mengetahui keberadaanmu beberapa hari ini. Apa Kamu membenciku?"
"Kamu pasti mengira Aku tidak menginginkanmu? Membuangmu? Perkiraanmu sangat salah. Mamamu tidak memberiku kesempatan untuk mengenalmu. Bagiku, keberadaanmu benar-benar suatu anugerah. Aku tahu kehadiranmu tidak direncanakan, tapi Aku bersyukur Kamu datang. Kamu adalah hasil dari cintaku untuknya. Kamu membuatku memiliki alasan untuk memiliki kalian berdua. Tolong jangan membenciku. Aku minta maaf, benar-benar minta maaf. Aku terlambat mencari kalian berdua. Membuat kalian menderita terlalu lama. Maafkan Aku... Maaf... Maaf..." Aku tidak bisa menahan kesedihanku. Lagi-lagi Aku menangis sembari mengecupi perut Khansa. Benar-benar menyesal untuk keduanya.
***
Pagi itu Aku memutuskan untuk membawa Khansa melakukan check up. Tadi malam Kami melakukannya dengan luar biasa. Aku khawatir terjadi sesuatu dengan bayi Kami.
Hasilnya benar-benar melegakan. Tidak ada masalah dengan bayi Kami. Sepertinya dia benar-benar bayi yang kuat. Dari hasil USG 3D, dia juga sangat tampan. Sepertinya genku banyak menurun padanya. Aku semakin bangga dengan hal itu.
Alkha, Kita akan menjadi tim yang solid. Kita akan menjaga Mama dari semua pria di dunia ini. Cepatlah besar. Mari Kita jaga Mama bersama-sama.
Di sepanjang perjalanan pulang, Aku mengecupi perut Khansa tak henti-hentinya. Senang sekali rasanya membayangkan bahwa sebentar lagi akan ada mahluk mungil perpaduan dari Kami berdua hadir di dunia ini. Aku berencana untuk membentuk sebuah tim. Ketika Alkha sudah lahir, Aku berencana akan membuat Khansa hamil lagi. Begitu seterusnya. Semakin banyak anak, maka kesempatan untuk mengikat Khansa pun akan semakin kuat. Dengan begitu, semakin kecil kesempatan Khansa untuk pergi dan meninggalkanku.
"Sudah ihh, malu dilihat pak supir." Khansa mendorong kepalaku yang masih mengecupi perutnya.
"Aku nggak peduli. Cup... Cup... Cup..." Aku terus menciumi perut Khansa. Kulihat pandangan mata Khansa menghangat. Dia mulai membelai rambutku secara perlahan. Entah mataku yang salah lihat atau pikiranku yang terlalu berimajinasi, tapi Aku melihat tatapan mata penuh cinta di matanya. Apakah Khansa sudah mulai mau menerimaku??
***
Happy Reading 😊
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
Be snowman
terharuuuuu /Sob//Sob/ gemes amattt kaliann /Applaud/
2024-11-24
0
Ningke Endengi
pdahal dri SMA kalian sudah saling cinta
2024-06-15
0
Ismu Srifah
sdh d terima tapi kalian podo ego gak saling terbuka
2023-05-17
2