Operasi dilakukan selama beberapa belas jam. Semua keluarga dipenuhi dengan kekalutan. Raut wajah sedih sekaligus lelah tampak memenuhi semua wajah-wajah yang ada di sana.
Aku membujuk mama untuk beristirahat, namun beliau tetap bersikeras untuk menunggu operasi itu sampai selesai. Aku juga melakukan hal itu pada Diana, namun lagi-lagi Aku mendapat penolakan. Wanita itu juga melakukan hal yang sama.
Setelah tiga belas jam dalam penantian, akhirnya lampu tanda operasi dimatikan. Pertanda operasi telah selesai. Beberapa saat kemudian belasan dokter keluar dari ruangan itu. Aku langsung mendekat pada dokter yang tampak seperti kepala tim.
"Ada wali dari pasien?" tanyanya.
"Saya Dok. Saya adiknya." Aku berkata dengan tegas. Diana, mama maupun papa datang mendekat.
"Ak-aku Mamanya Dok. Ba-bagaimana kondisi anakku? Ap-apa dia baik-baik saja? Ap-apa operasinya berhasil?"
"Aku tunangannya! Ba-bagaimana kondisi Kak Aaron? Bagaimana dia Dok?" Diana maupun mama langsung mengerubungi dokter tersebut. Memegang lengan dokter, mendesaknya untuk menjawab pertanyaan.
Dokter itu menatap wajah Kami satu persatu. Dia bisa menilai kekhawatiran yang timbul di wajah Kami. Kemudian pandangan mata dokter itu berlama-lama menatapku.
"Dengan Bapak siapa?" tanyanya.
"Saya Alex Dok."
"Baik Pak Alex, bisa Saya bicara dengan Anda?"
"Bisa Dok."
"Silakan ikut ke ruangan Saya." Dokter itu berjalan mendahuluiku, mengacuhkan rengekan mama ataupun Diana yang tampak sangat ingin tahu kondisi Aaron. Aku berjalan mengikuti dokter itu, sebelum akhirnya tanganku ditarik oleh mama.
"Mama ikut Al, Mama mau tahu kondisinya. Ajak Mama juga Al..." Aku menatap wajah mama dengan prihatin. Wajah seorang ibu yang sangat mengkhawatirkan putranya. Wajah yang seolah-olah mengatakan bahwa dia rela bila nyawanya yang harus ditukar dengan nyawa anaknya.
"Mama di sini saja. Temani Diana. Dokter hanya ingin bicara denganku. Aku yakin kondisi Aaron akan baik-baik saja. Mama jangan khawatir ya," Aku mengusap airmata yang keluar dari wajah mama. Ingin memeluk dan menguatkan wanita itu.
Awalnya mama bersikeras untuk mengikutiku, namun setelah papa membujuknya akhirnya beliau mengalah dan membiarkanku untuk bertemu dengan dokter itu.
Aku memasuki ruang dokter yang Ku tahu bernama Arya. Merupakan dokter spesialis bedah.
Tok... Tok... Tok... Aku mengetuk pintu.
"Silakan masuk Pak Alex. Silakan duduk." Dokter Arya mempersilakanku untuk duduk. Dia seorang pria yang berusia sekitar awal 40-an. Wajahnya tampak datar dan tenang, namun Aku bisa menangkap raut kekhawatiran di wajahnya, meskipun dia berusaha untuk menyembunyikannya.
"Bagaimana keadaan kakak Saya Dok?" tanyaku tanpa basa-basi. Aku memiliki intuisi, keadaan Aaron sedang tidak baik. Menanggapi pertanyaanku, senyum kecut tersungging kecil di bibirnya.
"Apa Anda tahu, mengapa Saya ingin berbicara dengan Anda?" tanyanya. Aku menggelengkan kepala. Dokter Arya melanjutkan, "Karena Ku nilai Anda adalah yang paling tenang di antara yang lain." Aku terdiam, mendengarkan.
Dokter Arya menarik napas dalam-dalam sebelum melanjutkan. "Kami telah melakukannya dengan semaksimal mungkin. Kami melibatkan sembilan belas dokter dan tenaga medis lain untuk operasi ini. Namun kondisi pasien ketika dibawa kemari memang sudah sangat parah..."
"Apa maksudnya Dok? Apa itu artinya terjadi sesuatu dengan kakak Saya?! Apa operasinya gagal?!" Suaraku mulai meninggi. Dokter Arya melipat tangannya di dada. Tampak raut wajah kelelahan di wajahnya.
"Aku tidak pernah mengatakan bahwa operasi ini gagal, namun Aku juga tidak memberi indikasi bahwa operasi ini berhasil." Dokter Arya terdiam sejenak, mengambil napas dalam-dalam sebelum melanjutkan, "Begini Pak Alex, pada saat dibawa kemari pasien mengalami pendarahan di kepala, patah tulang dada dan patah kaki kanan. Kami melakukan MRI scan dan memutuskan untuk membagi tim menjadi tiga. Tidak ada masalah mengenai operasi patah kaki kanan maupun tulang dada. Tidak ada retakan tulang yang membahayakan organ penting. Dua operasi itu bisa dikatakan berhasil. Namun masalah terjadi ketika tim Kami melakukan operasi kraniotomi (prosedur pembedahan otak)."
"Hantaman keras menyebabkan tulang tengkorak rusak, sehingga Kami melakukan pembedahan ini. Kami mengira cedera ini hanya karena hematoma (terjadi penggumpalan darah), atau kontusio (memar pada otak). Namun pada kenyataannya pasien mengalami difus (cedera otak berat, dimana kerusakan terjadi pada hampir semua bagian otak). Kami sudah berusaha mengatasi masalah ini melalui prosedur operasi. Bisa dikatakan, operasi memang berjalan dengan lancar. Tidak ada kejadian tak terduga yang menghambat Kami. Namun, Kami tidak bisa menyatakan bahwa operasi itu berhasil. Mengingat cedera otak yang diderita oleh pasien sangat parah, maka kemungkinannya ada tiga."
Aku terdiam, mencoba untuk tenang mendengarkan semua penjelasan dokter Arya. Kemudian dokter itu melanjutkan.
"Yang pertama, pasien akan kembali sadar dengan menderita kecacatan, yang kedua dia akan mengalami fase vegetatif (bisa diartikan sebagai koma) dan yang ketiga adalah kematian. Saya harap Anda memahaminya dan memberi pengertian ini terhadap keluarga besar..."
Tenggorokanku terasa kering. Aku berusaha menelan ludah, namun sangat susah. Lidahku tiba-tiba menjadi kelu. Banyak pertanyaan yang ingin kusampaikan, namun bibirku tidak bisa digerakkan.
Dokter Arya masih terus berbicara. Menjelaskan kondisi Aaron secara panjang lebar, namun Aku hanya bisa menangkap sebagian kecil dari percakapannya. Otakku berhenti berpikir ketika mengetahui kemungkinan itu.
"Ap-apa ti-tidak ada kemungkinan dia akan sembuh total?" dengan terbata-bata Aku mengajukan pertanyaan.
"Kemungkinan itu sangat kecil Pak Alex. Hanya kurang dari 5%. Kalau pun pasien tersadar, ada kemungkinan dia akan mengalami cacat permanen." Dokter Arya menghela napas sejenak, dia tersenyum hambar, "Bijaklah dalam menyampaikan kabar ini. Saya rasa ibu dan wanita muda itu tidak akan kuat mendengarnya. Untuk saat ini, hanya itu yang bisa Saya sampaikan. Ada pertanyaan lain?"
Aku ingin bertanya banyak hal. Kalau perlu Aku ingin menyalahkan dokter itu karena kinerja tim medisnya yang kurang maksimal. Mengapa mereka tidak bisa menyembuhkan Aaron secara 100%?!! Mengapa hanya 5%?! Mengapa?! Aku ingin menyalahkan seluruh dunia!! Untuk pertama kalinya Aku menyesal telah menolak keinginan orangtuaku untuk menjadi dokter.
Aku keluar dari ruangan itu. Melangkah seperti zombie yang tak bernyawa. Tanpa kusadari langkah menuntunku ke toilet. Aku memasuki ruang itu dan mulai menangis di sana.
"Aaarrghhh!! Aaarrrghhh!! Bodoh!! Br*ngsek!! Kenapa nggak sekalian mati saja!! Dasar kakak br*ngsek!! Sukanya ngerepotin orang saja!!"
BUUUK... BUUUKK... BUUKKK...
Aku memukul-mukulkan tanganku di tembok. Aku tidak peduli bila tanganku berdarah. Aku hanya ingin meluapkan emosi ini. Membayangkan Aaron harus cacat, berada di fase vegetatif atau bahkan meninggal membuat perasaanku sedih luar biasa. Aku tidak bisa menanggung kesedihan ini.
"Dasar br*ngsek!! Tidak berguna!! Aaarrrghhh!! Sembuhlah br*ngsek!! Br*ngsek!!" Mulutku mencaci makinya, namun tubuhku berkata lain. Airmata mengalir deras di pipiku. Sementara tubuhku gemetar menahan kesedihan.
Hampir satu jam Aku berada di kamar mandi dalam posisi setengah gila. Terkadang Aku memaki dan memarahinya, namun di saat yang lain Aku memohon untuk kesembuhannya. Fase itu berubah-ubah selama beberapa kali. Hingga akhirnya hatiku siap menerima semua kemungkinan itu.
Aku keluar dari bilik toilet. Membasuh wajahku yang berantakan dengan air dingin. Membasahi kepalaku, dan mencoba untuk tersenyum di depan cermin.
Aku harus kuat. Aku tidak boleh lemah. Ada dua wanita rapuh yang membutuhkan kekuatanku. Aku harus menjadi kokoh, agar bisa menjadi sandaran bagi mereka.
Aku keluar dari ruangan itu sembari mencoba memasang senyum di wajahku. Bersiap-siap untuk memberi kabar palsu.
***
Happy Reading kezheyengan semuah 😚😙🤗
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
Be snowman
huaaa/Sob//Sob//Sob//Sob//Sob//Sob//Sob/
2024-11-24
0
VS
kangen... mampir lagii
2024-11-12
0
Erna Yunita
Seandainya aron meninggal.... mungkin saja alex akan menjadi pengganti nya..... ahhhhh tidak.....
2024-08-31
1