Keesokan dan keesokannya lagi dokter kembali melakukan metode itu, namun tetap tidak ada hasil. Dokter menyarankan metode lain, yang sekiranya bisa merangsang saraf gerak namun juga tidak ada hasilnya.
Sudah sebulan Kami berada di California. Harap-harap cemas menunggu perkembangan dari kondisi Aaron. Orangtua maupun manager Diana pun ikut datang. Mereka turut prihatin dengan kondisi Aaron.
Semakin hari kondisi Diana semakin memburuk. Wanita itu menolak untuk makan. Tidak ada asupan makanan yang berhasil masuk ke dalam tubuhnya, sehingga keluarga memutuskan untuk membuatnya di opname.
Diana tidak lagi menangis. Dia lebih banyak diam. Melamun sepanjang hari. Terkadang dia berbicara sendiri. Seolah-olah sedang berbicara dengan Aaron. Sepertinya kondisi psikologisnya benar-benar terganggu.
Kini fokus keluarga tidak hanya tercurah pada Aaron, tapi juga pada Diana. Beberapa hari setelah di opname, tubuh Diana mulai mengalami penolakan. Dia mulai mengalami muntah-muntah hampir sepanjang hari. Dokter bingung dengan kondisinya. Awalnya dokter mengira dia mengalami alergi terhadap obat dan jenis cairan infus yang diberikan. Dokter memutuskan untuk melakukan tes darah. Beberapa jam kemudian hasil dari tes itu keluar. Hasilnya di luar dugaan. Diana hamil!!
Keluarga besar sangat syok, terlebih-lebih keluarga Diana. Mereka benar-benar tidak bisa menerima kenyataan putri kesayangan mereka harus hamil di luar nikah. Terjadi perdebatan sengit di luar kamar Diana.
"Bagaimana kalau sudah seperti ini?! Putri Saya hamil di luar nikah!! Semua ini gara-gara putra Anda!! Bagaimana pertanggungjawabannya?!! Sementara putra Anda kondisinya seperti itu?!!" Pak Adrian, selaku ayah Diana mulai marah-marah, sementara ibu Diana tampak menangis sembari memegangi lengan suaminya.
"Su-sudahlah Pa..." bisiknya. Pak Adrian mengibaskan tangan istrinya.
"Aku tidak bisa membiarkan hal ini!! Putri Kita satu-satunya hamil!! Pria yang harusnya bertanggung jawab malah terbaring tak berguna seperti itu!! Jangan menghalangiku!!" Pak Adrian tetap marah-marah, sementara Kami tidak bisa menjawab perkataannya. Aku bersandar di dinding, tidak tahu harus bersikap apa di situasi seperti ini.
"Jawab Pak Atmaja!! Apa yang harus dilakukan?!! Anda tahu putri Saya seorang publik figur!! Kondisinya lambat laun akan diketahui media!! Kita tidak mungkin menikahkan mereka!! Kondisi putramu seperti itu!! Jawab Pak Atmaja!! Apa yang harus dilakukan?!" Pak Adrian berkata dengan suara meninggi, sementara papa masih terdiam. Sepertinya tampak bingung harus bertindak seperti apa.
Pak Adrian tiba-tiba membalikkan tubuhnya. Matanya menatapku dengan nanar. Tampak kilatan misterius di matanya.
"Oh, Saya tahu. Anda memiliki putra yang lain. Kenapa tidak Kita nikahkan saja putri Saya dengan putra Anda yang masih hidup itu? Masalah selesai. Putri Saya tidak perlu menanggung hal memalukan seperti ini!"
Aku terperangah mendengar ide gila itu. Sungguh ide yang luar biasa aneh. Kenapa Aku harus menikahi Diana? Wanita yang sudah kuanggap sahabat sekaligus kakak ipar itu? Benar-benar gila! Papa pasti akan menolaknya.
"Tenang dulu Pak Adrian. Kita bicarakan masalah ini dengan tenang dan pikiran jernih. Jangan membuat keputusan yang terburu-buru..."
"Apa harus menunggu perut putri Saya terlihat, baru akan memberi putusan?! Semua ini salah Anda! Anda yang membuat putri Saya bertunangan dengan putra Anda selama bertahun-tahun! Putri Saya merelakan masa depannya untuk putra Anda! Padahal putri Saya sangat sempurna! Dia bisa memilih pria mana saja, melebihi putra Anda!! Tapi putra Anda yang egois tidak pernah mau membuat hubungan ini serius!! Putra Anda hanya memanfaatkan putri Saya!! Anda sebagai orang tua juga salah!! Anda tidak pernah bisa bersikap tegas!! Sekarang selesaikan masalah ini!! Saya tidak mau putri Saya dikorbankan lagi!!" Pak Adrian berkata dengan membabi buta.
"Pak Adrian, tolong tenanglah. Tolong redam dulu emosi Anda," Papa terdiam sejenak, menarik napas dalam-dalam sebelum melanjutkan, "Yang bertunangan dengan putri Anda adalah Aaron, putra pertama Saya. Yang dicintai putri Anda adalah Aaron, bukan Alex. Bukan hal yang bijak menikahkah putri Anda dengan putra kedua Saya..."
"Bukan masalah bijak atau tidak!! Tapi ini menyangkut kehormatan putri Saya!! Sudah cukup putri Saya diinjak-injak harga dirinya selama ini. Sekarang dia harus mendapat kehormatannya yang hilang!! Nikahkah putri Saya dengan putra Anda yang masih sehat itu!!"
"Pak Adrian, anak yang ada dalam kandungan Diana adalah anak Aaron. Akan tidak adil bagi mereka bertiga bila Kita menikahkan putri Anda dengan putra kedua Saya. Terlebih-lebih sangat tidak adil bagi putra kedua Saya. Tolong Anda bersabarlah. Aaron koma, bukan meninggal. Suatu saat nanti dia pasti akan tersadar. Tunggulah sampai dia bangun, setelah itu Kita bisa menikahkan putra dan putri Kita..."
"Sampai kapan putri Saya harus menunggu? Sampai perutnya membesar? Sampai semua orang mengetahui kehamilannya? Dan tadi Anda bilang apa? Putra Anda akan tersadar? Kapan itu?!! Keluarga Anda sudah mencoba berbagai cara!! Bahkan Kita saat ini berada di negara Adi Kuasa, mencoba berbagai metode untuk menyembuhkannya!! Tapi apa hasilnya?! Nihil!! Nol!! Kalau negara Adi Kuasa tidak mampu membuat putra Anda tersadar, negara manalagi yang bisa?! Putra Anda sudah tamat!! Tidak ada lagi harapan!!" kata-kata Pak Adrian sangat menusuk. Bisa kulihat papa menahan diri untuk tidak emosi. Beliau mengepalkan tangannya dengan erat. Aku kasihan melihat sosok yang kalah itu, tapi Aku juga tidak bersedia bila harus menikahi Diana. Aku mencintai Khansa. Hanya Khansa satu-satunya wanita yang akan kunikahi, bukan wanita yang lain.
Papa tampak terdiam. Sepertinya beliau berusaha untuk mencari solusi. Kemudian beliau berkata, "Sebaiknya Kita bicarakan masalah ini dengan kepala dingin Pak. Saya tidak mau membuat keputusan yang terburu-buru. Ini menyangkut masa depan putri Anda dan kedua putra Saya. Jangan membuat keputusan yang nantinya akan disesali oleh semuanya."
"Saya setuju dengan Anda Pak," tiba-tiba manager Diana yang sedari tadi terdiam mulai angkat bicara. "Eh, eum... Mohon maaf bila Saya ikut campur dalam urusan keluarga Anda." Lusi berkata sembari menghadap Pak Adrian, menyatukan kedua telapak tangannya sebagai gerakan permintaan maaf, kemudian dia melanjutkan, "Saya tahu seharusnya Saya tidak ikut campur, namun Saya tidak bisa berdiam diri ketika Anda semua membuat keputusan untuk masa depan Diana."
"Saya adalah orang yang paling lama menghabiskan waktu dengan Diana setiap harinya. Saya yang paling tahu sifat, kebiasaan, bahkan perasaan Diana untuk Pak Aaron. Diana sangat, sangat, sangat mencintai Pak Aaron. Dia tidak akan bisa menggantikan posisi Pak Aaron dengan lelaki lain. Bisa Anda lihat bagaimana kondisi psikologisnya sekarang melihat Pak Aaron koma? Dia seperti orang tidak waras. Sedalam itu perasaan dia untuk Pak Aaron. Bisa Anda bayangkan bila dia tahu harus menikah dengan orang selain Pak Aaron? Mungkin dia akan benar-benar gila. Kemungkinan terbesar, bisa jadi dia akan melakukan bunuh diri..." Lusi terdiam sejenak, kemudian kembali melanjutkan, "Jadi, menurut Saya menikahkan dia dengan Pak Alex bukan keputusan yang bijak. Untuk sementara waktu, Kita biarkan saja seperti ini sampai Pak Aaron terbangun. Sekarang posisi Kita juga sedang di luar negeri, tidak ada media yang mengintainya. Pelan-pelan Kita pulihkan kondisi psikologisnya. Mungkin bila dia tahu sedang mengandung anak Pak Aaron, Diana akan bahagia dan kondisi psikologisnya bisa pulih. Masalah media, serahkan saja itu padaku."
***
Happy Reading 😉
Sudah dapat pencerahan kan? 😁
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
Erna Yunita
jangan mimpiiiiiii😏
2024-08-31
0
Ningke Endengi
pasangan pengganggu
2024-06-15
0
Wiji Lestari
Pasangan rusuh Aaron sm Diana huh sebel gregetan tapi kasian akhirnya
2023-09-23
0