Aku menghampiri keluargaku. Begitu melihatku, Diana dan mama langsung berlari ke arahku. Berbagai pertanyaan mereka ajukan. Aku menatap wajah-wajah penuh harap itu. Sungguh tidak tega untuk menyampaikan hal yang sebenarnya. Pada akhirnya Aku memilih menyembunyikan kebenarannya.
"Operasinya berhasil. Dia akan baik-baik saja." hanya kata-kata itu yang terucap dari bibirku. Tangisan kembali pecah memenuhi ruangan. Diana dan mama berpelukan, mengungkapkan kelegaan. Aku tidak sanggup melihat kebahagiaan mereka. Perasaan bersalah menyelimuti hatiku. Aku berharap, keajaiban akan terjadi. Aaron bisa kembali pada Kami, tanpa kurang suatu apapun suatu saat nanti.
***
Dua hari sudah berlalu, namun Aaron tak kunjung sadar. Seharusnya pengaruh anestesi akan segera hilang setelah beberapa jam, namun kenyataannya tidak seperti itu. Sepertinya benar dugaan dokter Arya, Aaron mengalami fase vegatatif.
Mama dan Diana mulai bertanya-tanya. Raut wajah cemas kembali menghampiri mereka. Aku masih tetap membohongi mereka. Mengatakan kata-kata penghiburan bahwa Aaron baik-baik saja.
Aku menemui dokter Arya dan menanyakan keadaannya. Tanpa sepengetahuan keluargaku, Kami mulai melakukan pemeriksaan secara menyeluruh untuk memastikan kondisi Aaron.
Beberapa dokter spesialis didatangkan untuk menguji tingkat kesadaran Aaron. Dokter saraf mulai memeriksa kondisinya secara teliti. Melakukan beberapa test pada beberapa bagian tubuhnya. Dan hasilnya nihil. Tubuhnya sama sekali tidak bereaksi.
Dokter itu menatap dokter Arya sembari menggeleng-gelengkan kepalanya. Wajah dokter Arya tampak mendung. Aku sudah bisa menduga apa yang akan diucapkan dokter Arya berikutnya.
Aku bersandar pada dinding, menopang tubuhku agar tidak limbung. Kenyataan ini membuatku terpukul. Dokter Arya mendekat dan menepuk-nepuk bahuku sebagai penghiburan. Namun tidak ada tindakan apapun yang cukup untuk membuatku terhibur.
Aku menatap tubuh Aaron yang tampak dipenuhi oleh peralatan medis. Laki-laki tampan, gagah dan playboy itu sudah tidak ada lagi. Selang ventilator dan makanan terhubung di hidung, selang infus terhubung di lengan, sementara kateter terhubung di bagian tubuhnya yang lain. Monitor yang terletak di samping tempat tidur memantau detak jantung, kandungan oksigen dan juga tekanan darah secara akurat. Sementara kepalanya di perban secara keseluruhan, menutupi tempurung kepalanya yang telah di operasi. Wajahnya tampak sangat pucat, seolah-olah tidak ada kehidupan di dalam dirinya.
Mataku kembali berair. Tidak menyangka kakakku akan bernasib seperti ini. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana reaksi keluargaku bila mengetahui keadaannya yang sebenarnya.
Aku keluar dari ruang ICU dan memutuskan memberitahu papa. Hanya papa satu-satunya yang memiliki emosi stabil dibanding yang lain. Aku tidak bisa terus-terusan berbohong kepadanya.
Aku mencari waktu yang tepat dan memberitahu semuanya. Papa terlihat sangat syok, namun bisa mengontrol emosinya. Tubuhnya sempat limbung, namun beliau menguasainya. Kami duduk berdua, saling menguatkan dan mencari solusi yang terbaik. Pada akhirnya Kami menghadap dokter Arya, bertanya dan meminta saran untuk menindaklanjuti kondisi Aaron.
"Sebenarnya untuk pasien dalam kondisi vegetatif, tidak ada tindakan medis pasti yang akan membuat pasien tersebut terbangun dari tidur panjangnya. Namun, ada beberapa dokter yang melakukan percobaan dan tingkat keberhasilannya di bawah 1%. Menurut Saya ini lebih baik, dibanding tidak sama sekali." dokter Arya menjelaskan.
"Maksudnya bagaimana Dok? Apa kakakku akan dijadikan kelinci percobaan?!"
"Tenang Pak Alex, bukan itu maksud Saya. Menurut jurnal kedokteran yang Saya baca, ada beberapa dokter di RS University of California yang menerapkan metode ini pada pasien koma. Memang tidak semua berhasil, tapi ada satu pasien yang bisa terbangun. Metode ini bisa Anda coba, daripada membiarkan kakak Anda tertidur tanpa kepastian kapan akan terbangun."
Aku mencerna kata-kata dokter Arya. Menurutku hal ini patut dicoba. Benar kata dokter Arya, meskipun tingkat keberhasilannya dibawah 1%, setidaknya pernah ada pasien yang berhasil terbangun. Aku tidak boleh menyia-nyiakan kesempatan ini. Apapun akan kulakukan asalkan Aaron bisa segera kembali tersadar.
Aku menatap papa, meminta kepastian. Papa menganggukkan kepala, seolah-olah mengerti akan pertanyaan yang tak terucap.
"Berikan Kami rujukan ke RS itu. Kami akan segera memindahkannya." kataku. Dokter Arya menganggukkan kepalanya, tampak setuju dengan keputusanku.
***
Aku menyampaikan kondisi Aaron yang sebenarnya pada Mama dan Diana. Mama menangis, sementara Diana langsung pingsan. Butuh waktu untuk membuat keduanya menerima kenyataan yang ada di depan mata.
Beberapa hari kemudian, prosedur pemindahan Aaron ke salah satu rumah sakit di California selesai dilakukan. Aku tahu hal ini akan memakan waktu yang lama. Aku mulai melepas tanggung jawabku satu persatu. Aku menghubungi direktur bank tempatku bekerja sementara, menyatakan permintaan maafku karena belum bisa melakukan peranku sebagai Group Head untuk sementara waktu. Direktur memberiku ijin dengan waktu yang tak terhingga.
Aku juga menelepon para pemimpin anak perusahaanku. Menyuruh mereka untuk menghandle setiap permasalahan perusahaan. Hanya dalam kondisi benar-benar urgent mereka boleh menghubungiku.
Saat ini Aku hanya ingin fokus pada proses penyembuhan Aaron. Aku mengesampingkan hal yang lain. Saat ini Aku hanyalah seorang adik dari Yuan Aaron Seanan, yang begitu ingin melihat kakaknya kembali pulih seperti sedia kala.
Aku juga mengesampingkan perasaanku sebagai seorang pria yang mencintai seorang wanita.
Khansa, bersabarlah. Aku pasti akan datang untukmu.
***
Proses pemindahan Aaron berjalan dengan lancar. Rumah sakit di California menyambut Kami dengan baik. Tim medis bergerak cepat, dan langsung memeriksa kondisi Aaron dengan teliti.
Diagnosis dari RS National Hospital sama dengan RS University of California. Mereka langsung membentuk tim medis untuk membuat Aaron terbangun dari koma.
Prosedur itu dinamakan teknik pioneering ultrasound. Fungsinya untuk merangsang jaringan otak. Teknik ini dilakukan dengan cara menanam elektroda di bagian otak yang bernama thalamus, karena bagian itu berfungsi untuk mengolah kesadaran dan gerakan.
Meskipun secara prosedural Aku tidak memahaminya, namun secara garis besar Aku memahami maksud dan tujuan dari teknik itu. Kami menyerahkan penanganan Aaron kepada ahlinya.
Tim medis yang terdiri dari beberapa dokter mulai melakukan prosedur itu. Mereka memasukkan alat itu di sisi kepala Aaron selama sepuluh menit. Kemudian berhenti sejenak untuk melihat reaksinya. Namun, tidak ada reaksi. Sistem gerak maupun sistem saraf Aaron tidak bereaksi.
Dokter kembali mencoba metode itu selama beberapa kali, namun tetap tidak ada hasil. Tubuh Aaron tetap tidak bereaksi. Setiap dokter spesialis kembali mengecek kondisi tubuh Aaron, namun tidak ada perkembangan yang berarti.
Dokter keluar dari ruangan, menatapku sembari menggelengkan kepala. Aku memejamkan mata. Perasaan putus asa menghampiriku. Sementara dua orang wanita itu kembali menjerit, menangis dan tak sadarkan diri.
Harus dengan apa Aku membuat Aaron tersadar?!!
***
Happy Reading 🙏
Maaf kalau kata-katanya amburadul dan nggak enak dibaca. Ngetik di kantor buru2, ngejar 1k kata biar bisa disetor 🙏😅
Semoga besok bisa setor lebih ya 😙🤗
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
Maryani Yani
, Si Alex bo.o pira nelepon Meni hararese
2024-10-08
0
Wiji Lestari
Bagaimnapun kondisi dan alasannya seharusnya Alex bisa meminta tolong temen sekelasnya yg jadi informan bertahun2 ke Khanza atau chat lngsng ke yg bersangkutan biar gak nyiksa perasaan anak orang.
2023-09-23
2
Astuti Puji VaNolzky
hanya authors yg tahu🥺
2023-02-26
0