Aku melepas sepatuku dan bergabung dengan Khansa. Aku berbaring sembari menatap wajahnya. Rasa lelahku seolah-olah hilang. Dia adalah tempatku pulang.
Aku menggunakan tangan kananku sebagai bantalan, sementara tangan kiriku membelai pipi Khansa. Mengingat kilas balik kisah Kita, rasanya masih benar-benar tidak percaya dia ada di depanku saat ini.
Setiap kali mengingat hal itu selalu berhasil membuat tetesan mengalir dari mataku. Aku malu pada diriku sendiri. Aku benar-benar laki-laki yang cengeng bila berhubungan dengan Khansa.
Semalaman yang kulakukan hanya memandangi kesayanganku. Rasanya tak pernah ada kata puas dalam hatiku. Aku mengecupi pipi Khansa dengan gemas. Dahi wanita itu tampak berkerut, terlihat terganggu dengan ulahku. Aku menyentuh dahinya dan mencoba untuk membuatnya rileks.
Kemudian Aku mulai bermain-main dengan bibirnya. Sesekali Aku menyentuh bibir itu, menyusuri setiap bagiannya dengan lembut. Menatap bibir Khansa membuat gairahku tersulut. Kilas bayangan di malam itu kembali menghampiri otakku. Aku masih ingat dengan jelas, bagaimana rasa bibir Khansa, kehangatan tubuhnya, desahan dari bibir mungilnya... Haaah, Aku benar-benar menginginkannya lagi!!
Aku berusaha menekan hasrat yang kembali timbul. Aku berusaha fokus dengan rasa cinta dan sayangku pada Khansa. Tapi seberapa keras pun Aku berusaha, tetap saja tidak bisa. Hanya Khansa yang bisa menyulut gairahku seperti ini. Hanya Khansa satu-satunya wanita yang membuatku bergairah. Menatap foto Khansa saja sudah membuatku bergairah, bisa dibayangkan bila objek dari fantasi itu berada tepat di depan Kita? Rasanya ingin menerkamnya saat ini juga.
Yohan Alexander, tahan nafsumu. Kamu sudah menunggu lama untuk saat-saat seperti ini. Jangan biarkan nafsu bodohmu merusak semuanya. Kalian masih punya waktu yang panjang. Nikmati secara perlahan. Tatap Khansamu. Bukankah dia sangat manis ketika tertidur seperti itu? Cepat temani dia. Dan singkirkan nafsu bodohmu saat ini juga!!
Aku berusaha meredupkan gairahku. Sangat sulit. Tapi karena cintaku lebih besar, Aku berusaha menahannya. Aku menarik Khansa ke dalam pelukan dan tidur dengan keadaan tubuh yang tersiksa.
***
Sebenarnya Aku sudah terbangun, namun Aku tetap pura-pura tertidur. Aku membiarkan jari lentik itu menelusuri wajahku. Tunggu saja sampai Aku menangkap basah dirimu, sayang.
Jari-jari Khansa mulai menelusuri alisku, yang menjalar ke hidung dan berakhir di bibirku. Tangan Khansa terasa mengukir bibirku, seolah-olah sedang memahami bentuknya. Sentuhan sederhana itu membangkitkan gelora kelelakianku. Tubuh bagian bawahku mulai menegang. Khansa menguasai tubuhku. Dia seolah-olah bisa mengontrol tubuh dan hatiku. Hanya sentuhan sederhana sudah mampu membuatku menggelora.
Semakin lama tubuh bagian bawahku semakin menegang. Aku sudah tidak tahan lagi. Aku harus menghentikan siksaan ini. Khansa harus bertanggung jawab telah membuatku seperti ini!!
"Sudah puas melihatnya?" Aku membuka mata dengan tiba-tiba. Membuat Khansa terkejut dan menjauhkan tubuhnya.
"Aakhhhpp!!" Tubuh Khansa terlonjak ke belakang. Tanganku secara refleks langsung menahan tubuhnya dan menariknya hingga terbaring di ranjang. Dengan gerakan secepat kilat, Aku sudah berhasil menguasai tubuhnya. Khansa kini berada di bawah tubuhku.
Aku memandangi wajah ayu itu berlama-lama. Bahkan saat baru bangun dari tidur pun dia terlihat sangat cantik. Kecantikan natural, tanpa polesan make up berlebihan. Gairahku semakin bangkit. Khansa benar-benar mengendalikan tubuhku, bahkan ketika dia tidak sedang melakukan apapun.
Di tatap secara intens rupanya membuat Khansa salah tingkah. Itu terlihat dari gerak-gerik tubuhnya yang tak nyaman serta tatapan matanya yang mencoba untuk menghindariku. Melihatnya seperti itu membuatku semakin ingin menggodanya.
Aku mulai menggesek-gesekkan bagian tubuhku yang menegang. Selain bermaksud untuk menggodanya, tentu saja niat lainnya karena Aku butuh pelepasan. Khansa yang membuatku menegang, wanita ini harus bertanggung jawab.
Khansa mulai berteriak-teriak. Aku geli melihatnya seperti itu. Aku semakin ingin menggodanya. Aku menjadi lebih intens menggesekkan bagian tubuhku, sementara bibirku berlabuh di leher jenjangnya. Menghirup aromanya yang memabukkan dan mulai menciumi lehernya. Sesekali Aku memberikan gigitan kecil untuk menandakan kepemilikan. Aktivitas yang bertujuan untuk menggoda itu malah menjadi boomerang sendiri bagiku. Gairahku semakin membesar dan butuh pelepasan. Aku menginginkan Khansa.
"Cium Aku." ucapku tanpa berpikir.
"Hah?"
"Cium Aku, atau kalau tidak, Aku lakukan yang tadi..." Aku semakin menggesek-gesekkan tubuhku. Ini luar biasa nikmat.
"Aaaa... Ja-jangan..."
"Cium Aku. Beri Aku ciuman selamat pagi." Aku semakin berani memberi perintah. Raut wajah Khansa terlihat bingung. Tampak berpikir dan menimbang-nimbang. Hingga akhirnya Aku melihat kilat keteguhan di matanya.
"I-iya... Sini mendekat..."
Yess!! Khansa bersedia menciumku!! Dengan tidak tahu malu Aku mendekatkan wajah. Menatap mata Khansa lambat-lambat. Aku ingin melahapnya saat itu juga. Tapi tahan dulu, biarkan Khansa yang datang mendekat padaku.
Satu sapuan lembut bibir Khansa mambu menggoyahkan pertahananku. Dengan tidak sabar Aku langsung menyambar dan memag*t bibir itu dalam-dalam. Seolah-olah bibir itu adalah oasis di tengah-tengah padang pasir. Aku haus akan bibir Khansa. Aku haus akan tubuhnya. Aku ingin menenggelamkan tubuhku di dalam tubuhnya. Membuat tubuh Kami bersatu selamanya.
Khansa tampak terkejut dengan serangan mendadak itu. Namun Aku tidak memberinya kesempatan untuk menolak. Aku hanya mengeksplore kehangatan bibirnya. Menjelajahi rongga mulutnya. Bermain-main dengan lidah hangatnya. Aku menyesap l*dah itu, hangat dan manis. Rasa yang sama dengan yang kurasakan di malam itu. Aku semakin mabuk dibuatnya. Otakku mulai tidak bisa diajak untuk bekerja sama. Semua inderaku terpusat pada bagian bawah tubuhku yang semakin minta untuk dipuaskan. Aku...
"Mmmmmm..." Desahan Khansa menyadarkanku. Aku menarik tubuh dan menatap wajah di bawahku. Wajah Khansa tampak bersemu merah. Bibirnya membengkak karena ciumanku. Matanya menjadi sayu karena gairah. Aku menelan ludah dengan bersusah payah. Sangat sulit untuk menekan dorongan untuk tidak menerkamnya. Tapi Aku tahu ini belum waktunya. Tunggu waktu yang tepat. Dan waktu itu bukan saat ini.
Aku mencoba mengatur napasku yang berat karena gairah. Tersenyum dengan manis dan menyapa istri cantikku. "Selamat pagi istriku." Aku mendaratkan ciuman kecil di keningnya. Seperti biasa, Khansa tampak tersipu malu. Ingin Aku mengurungnya di dalam ruangan ini selamanya, agar hanya Aku yang bisa melihatnya. Mengapa Khansa cantik sekali?!!
"Kenapa Kamu cantik sekali? Jadi tidak sabar ingin memakanmu..." Aku berkata sembari setengah melamun. Tanganku mengelus-ngelus pipi Khansa, mengagumi kecantikannya.
"Mesum!!" Khansa mendorong tubuhku dan beranjak bangun dari ranjang. Aku menahan tubuhnya dan memeluknya dengan erat. Memeluknya dengan posisi seperti ini seperti memeluk Khansa dan bayiku sekaligus. Aku menyukai perasaan ini. Aku menciumi perut Khansa dengan lembut. Berulang kali kata maaf meluncur dari mulutku.
Maafkan Aku sayang, karena sudah membuatmu seperti ini. Tapi Aku tidak pernah menyesal membuatmu hamil. Hal yang paling kusesali adalah betapa terlambatnya Aku mencarimu. Itu akan menjadi penyesalan seumur hidupku. Aku akan berusaha menebus kesalahanku itu. Tetap bersabar denganku, dan segeralah cintaiku Aku. Sama seperti cinta yang Kamu berikan terhadap bayiku. Please...
***
Happy Reading 😊
NB : Beteweh, part "pelajaran penting" dibahas dikit-dikit aja ya? Nggak sanggup yalord ngetik tiga part isinya mantab2 again 🤧😂 hahaha
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
maryani
setiap baca karyamu aku berasa peran utama thor/Chuckle/
2025-03-16
0
Ningke Endengi
apakah ini di dunia nyata?
2024-06-15
0
SUGA 💙💚💛💜💝💘
jujur yg lapor itu hidupnya susaaah, gc bahagia 😤
2023-07-22
0