Entah mengapa Aku merasa lega setelah mendengar perkataan manager itu. Aku melihat semua orang yang ada di sana. Mereka terdiam, tampak menelaah perkataan Lusi. Bahkan Pak Adrian pun tidak sanggup untuk menyanggah perkataan itu.
Seperti perkataan Lusi, selama beberapa hari berikutnya Kami membiarkan masalah ini. Lusi mendekati Diana secara perlahan. Menemaninya sepanjang hari. Kemudian mulai memberi pengertian pelan-pelan mengenai keberadaan janin itu.
Awalnya Diana tidak menanggapi perkataan Lusi. Dia sibuk dengan dunianya sendiri. Hingga akhirnya Lusi membawa foto Aaron dan foto hasil USG. Perhatian Diana langsung terpusat pada foto Aaron. Dia menciumi foto itu sembari menangis. Perlahan Lusi menunjukkan foto hasil USG, menyatakan bahwa Diana sedang hamil anak Aaron sekarang.
Diana tampak tidak percaya. Dia menatap Lusi dengan pandangan bertanya-tanya. Lusi berusaha untuk meyakinkannya. Membutuhkan waktu yang tidak sebentar untuk membuat Diana paham dan mengerti. Begitu memahaminya, Diana langsung menangis, meratap dan menjerit. Mengandung kesedihan, kepiluan, keputusasaan sekaligus kebahagiaan dalam ratapannya.
Selama beberapa minggu selanjutnya, secara perlahan kondisi Diana mulai mengalami perkembangan. Dia sudah mulai bisa diajak berbicara secara normal. Dia juga tidak menolak makanan. Bahkan bisa dikatakan dia makan dengan lahap.
Dia mulai bisa menerima kondisi Aaron. Hampir sepanjang waktu dia di sisi Aaron, menceritakan kehadiran buah hati mereka. Memberi semangat untuk Aaron agar segera bangun dari tidur panjangnya. Selalu setia berada di sisi Aaron.
Kondisi Aaron tidak mengalami perubahan. Dia tetap tidak bergeming meskipun dokter sudah menerapkan berbagai metode untuknya.
Tak terasa sudah hampir tiga bulan Kami di California. Para tim dokter mulai menyerah dengan kondisi Aaron. Mereka sudah tidak memiliki metode lain untuk membuat Aaron terbangun dari tidur panjangnya. Mereka menyarankan Kami untuk membawa Aaron kembali ke Indonesia, namun Kami tidak menyerah begitu saja. Setelah mengalami perdebatan panjang, pada akhirnya dokter memberi Kami rujukan rumah sakit di Singapura.
Rumah sakit itu dinilai memiliki kemampuan yang sama dengan rumah sakit mereka. Pada akhirnya Kami mengikuti saran itu dan memindahkan Aaron ke rumah sakit di Singapura.
Aaron mendapat perlakuan yang sama di rumah sakit tersebut. Dokter juga berusaha merangsang otaknya agar segera tersadar, namun tetap tidak membuahkan hasil. Diana dan mama selalu mendampingi Aaron. Melihat Diana maupun mama yang sudah stabil membuatku lega. Aku pikir tidak apa-apa sekali-sekali meninggalkan mereka.
Jarak Singapura ke Indonesia yang terbilang dekat memudahkanku untuk pulang pergi. Aku pulang ke Jakarta untuk mengurus beberapa perusahaanku, sementara papa pulang ke kota J***** untuk mengurus usaha yang terbengkalai karena ditinggal ke luar negeri.
Kondisi Aaron yang tak kunjung sadar membuat manager Lusi bertindak. Dia tidak bisa menunggu lebih lama lagi sementara perut Diana akan semakin membesar. Dia pulang ke Indonesia dan mengadakan konferensi pers. Dia menyebarkan berita fiktif mengenai pernikahan Diana. Hal ini semata-mata dilakukan untuk menjaga nama baik Diana di depan masyarakat.
Publik tampak terkejut dan mulai mencari tahu. Pernyataan Lusi yang meyakinkan membuat publik percaya bahwa Diana benar-benar menikah. Hal itu memberi rasa lega yang luar biasa pada keluarga Diana yang sangat mementingkan kehormatan anaknya.
***
Aku sedang berada di perusahaanku sembari termenung. Aku merasa ada sesuatu yang aneh dan ganjil. Biasanya Aku mendapat pesan yang dikirim via HP dan email yang berhubungan dengan kegiatan Khansa. Aku baru sadar, selama beberapa bulan ini Aku tidak mendapatkannya.
Aku mulai memeriksa email masuk. Benar dugaanku. Sudah hampir tiga bulan Aku tidak mendapat pesan itu. Ponselku pun tidak menerimanya. Terlalu memikirkan kondisi Aaron, Diana dan mama membuatku lupa dengan kebiasaan lamaku, yaitu melihat kegiatan Khansa sehari-hari. Tiba-tiba perasaanku mulai dipenuhi dengan kekhawatiran.
Aku mulai menelepon nomor yang biasanya mengirimiku pesan. Aku tahu bahwa panggilanku tidak akan dijawab, tapi Aku tetap berusaha. Nomor itu tidak aktif. Tidak bisa dihubungi sama sekali. Aku mengesampingkan kecurigaanku.
Tidak apa-apa Aku tidak bisa menghubungi nomor itu. Kalau dipikir-pikir Aku tidak butuh orang itu lagi. Bila ingin mendapatkan Khansa, Aku hanya perlu mendatanginya.
"Winda, tolong periksa data karyawan atas nama Khansa Aulia dan kirim padaku, segera."
"Baik Pak." Aku menutup telepon dan menunggu Winda mengirim data Khansa. Beberapa menit kemudian, Aku sudah mendapatkannya. Aku membuka data itu. Betapa terkejutnya Aku ketika melihat status kepegawaiannya. Khansa sudah resign!!
Perasaanku mulai dipenuhi dengan pikiran-pikiran buruk. Rasa takut, khawatir, cemas menjadi satu. Aku mulai berpikir aneh-aneh. Tidak mau berpikir terlalu jauh, Aku menghubungi nomor Khansa yang tertera di data kepegawaian.
Nomor yang Anda hubungi sedang tidak aktif. Periksa kembali nomor tujuan Anda.
Aku kembali menghubungi nomor itu, namun berkali-kali pula suara operator yang menjawab. Perasaanku semakin tidak tenang.
Mengapa Khansa resign? Mengapa nomor ponselnya tidak aktif? Apa ini berhubungan dengan kejadian malam itu? Apa Khansa tahu Aku adalah GH baru di kantornya? Apa Khansa begitu muak denganku?
"Winda, hubungi cabang Surabaya. Tanyakan mengapa karyawan atas nama Khansa resign. Cari tahu juga nomor barunya."
"Baik Pak."
Aku menunggu dengan gugup. Perasaanku mulai berkecamuk. Sebegitu inginnya Khansa menghindariku sampai memutuskan untuk resign? Mempertaruhkan pekerjaannya? Apa Aku sememuakkan itu?
Beberapa saat kemudian, ponselku kembali berbunyi. "Ya Winda?"
"Saya sudah mencari tahu nomor beliau, namun para karyawan memberikan nomor yang tertera di sistem. Dan perihal alasan beliau resign, menurut mantan anak buahnya karena beliau akan menikah..."
"APA?!!" Kabar itu seolah menghantamku tepat di jantung. Dadaku terasa sangat sakit. Aku berpegangan pada ujung meja untuk menahan tubuhku.
"Co-coba ulangi lagi... Se-sepertinya Aku salah dengar..."
"Eh eum, baik Pak. Saya sudah mencari tahu nomor beliau, namun para karyawan memberikan nomor yang tertera di sistem. Dan perihal alasan beliau resign, menurut mantan anak buahnya karena beliau akan menikah..." Winda mengulangi kata-kata yang sama.
Aku memang benar-benar tidak salah mendengar kabar itu. Khansa memang akan menikah. MENIKAH!! Khansaku akan menikah!! Aku tidak bisa mengungkapkan betapa sakitnya hatiku mendengar kata-kata itu. Mataku mulai berair, tapi Aku berusaha untuk menahan emosiku. Aku berusaha untuk membuat suaraku setenang mungkin.
"De-dengan siapa dia akan menikah? A-apakah dengan pa-pacar sekantornya itu?!"
"Maksudnya Pak?" suara Winda terdengar bingung.
"Apa dia akan menikah dengan laki-laki br*ngsek itu?! Kepala lending!! Apa kata-kataku masih kurang jelas?!"
"O-oh maaf Pak. Saya sudah menanyakan perihal ini. Tidak ada yang tahu beliau akan menikah dengan siapa. Itu artinya beliau tidak akan menikah dengan orang di kantornya."
***
Happy Reading 😊
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
Fajar Ayu Kurniawati
,
2023-01-29
0
🍭ͪ ͩ𝕸y💞 |ㄚ卂卄 ʰⁱᵃᵗᵘˢ
itu cuma alesan khansa koq Lex 🤭
2022-11-10
0
Ray
Dan mencari Khansa pun dimulai
2022-11-04
0