12. Fantastic Four

Anja

Kian hari, ia makin merasa tak nyaman dengan tubuhnya sendiri. Seperti ada sesuatu yang salah. Namun tak mengerti letak salahnya dimana.

Mood swingnya juga makin parah akhir-akhir ini. Bisa tiba-tiba senang bukan kepalang. Namun sedetik kemudian, ingin menangis tersedu-sedu. Hanya karena hal remeh. Membuatnya frustasi dengan diri sendiri.

"Apa gue kena mental illnes ya?" gumamnya ke arah Hanum dan Bening. Yang sedang asyik melahap awug buatan Bi Enok.

Minggu pagi ini, dua sahabat karib itu sudah nongkrong di rumahnya, sambil menunggu berlangsungnya laga perdana Fantastic Four HSBL Jakarta sore nanti.

"Ngaco, lo!" Hanum mengkerut tak setuju.

"Periksa aja, Ja. Lagi musim kan mental illness kek gitu," sahut Bening dengan mulut penuh.

"Awug buatan Bi Enok enak banget sumpah. Ini dijual ke anak-anak juga pasti laku sih. Tinggal dikemas semenarik mungkin. Eh, atau kita titipin ke kantin? Lumayan kan dapat cuan hehehe ...."

Namun tak ada yang menggubris ide bisnis Bening. Hanum justru menggerutu, "Lagi musim, dikira mangga kali musim."

"Ya, tuh buktinya," ia mengernyit. "Banyak seleb rame-rame mengakui kena mental illness."

"Mereka ngaku kena mental illness, memang hasil resmi dari diagnosa dokter. Apa nebak-nebak sendiri cocoklogi?!" Hanum masih menggerutu.

"Semisal kita lagi down, trus ngelakuin hal yang impulsif, dibilang bipolar. Kita sedih, trus nangis-nangis karena hal yang menurut orang lain remeh, dibilang dual personality," lanjut Hanum sambil mencibir.

"Orang tuh divonis mental illness, setelah melalui serangkaian pemeriksaan dan observasi dari ahlinya. Pemeriksaan yang sesuai prosedur, terstruktur, sistematis. Bukan dasar cocoklogi ala ala," Hanum makin bersemangat.

"Kalau kata gue sih ya, orang ngaku-ngaku, ngaku-ngaku nih ya, catet, kena mental illness kadang buat dapat privilege nggak sih?"

"Jadi, saat melakukan hal di luar kewajaran, orang akan memaklumi. Oh, si A kan kena mental illness, wajar lah. Atau ... oh si B mental illness, jadi bisa dimengerti. Gitu nggak sih?"

"Karena orang yang beneran kena pasti keep the secret dong, kecuali untuk orang-orang terdekat pasti tahu lah. Bukannya diumbar-umbar ke khalayak, pakai di post ke sosmed attention please, gue kan kena mental illness loh. Big no."

Tapi Bening menggeleng tak setuju, "Nggak semua keep the secret kali, Han. Kadang perlu orang lain tahu. Biar nggak jadi salah paham dan nambah masalah. Coba kalau gue bipolar, trus diem-diem bae. Pas fase maniak, gue tiba-tiba seneng trus sedih kayak gitu, kan bikin ribet orang lain, tahu nggak sih?"

"Iya juga sih," Hanum mengakui. "Tapi sekarang jadi rancu, antara yang beneran kena mental illness sama yang ngaku-ngaku."

"Kalian gimana sih?" sungutnya kesal. "Malah diskusi panel. Ini gue kenapa akhir-akhir ini sering mood swing parah?! Ada yang bisa jelasin? Hello?!"

"Itu kemarahan terpendam bukan sih, Ja?" tebak Bening dengan suara penuh kehati-hatian. "Lo marah sama diri sendiri karena satu dan lain hal. Terpendam sedemikian rupa. Nah, kalau ada pencetusnya langsung naik deh kek fenomena gunung es."

"Jadi, si Dipa udah putus beneran sama Tiara belum sih?" tiba-tiba Hanum mengalihkan topik.

Ia hanya mengangkat bahu, "Tahu."

"Lo masih cinta sama Dipa?" selidik Bening.

"Hah? Ya masih lah. Dipa itu forever crush gue. Sampai kapan pun perasaan gue nggak akan berubah. First love, gimana sih rasanya?"

"First love gue udah dadah babay," Bening tertawa sendiri. "Sampai heran dulu bisa-bisanya gue naksir sama dia."

"Kenapa? Temen SMP yang lo ceritain waktu itu?"

Bening mengangguk. "Udah nggak tahu juntrungan. Mana kerjaannya bolos, tawuran, ih heran kenapa gue dulu bisa suka sama dia ya?"

"Dulu kan lo masih piyik, masih polos."

"Sekarang juga gue masih polos."

Ucapan terakhir Bening membuatnya dan Hanum sama-sama mencibir.

"Polos dari Hongkong," sungut Hanum sambil bangkit dan berjalan menuju ke luar. "Ja, lo masih punya Miranti nggak di kulkas? Gue nyeri nih."

"Lihat aja, kalau ada berarti masih."

"Gue ambil, ya."

Ia mengangguk.

Tak lama kemudian, Hanum kembali masuk ke dalam kamar. Sembari membawa tiga botol Miranti.

"Banyak amat?" Bening mengernyit.

"Siapa tahu ada yang mau," jawab Hanum sambil menyesap Mirantinya. "Mau?" tawar Hanum ke arahnya.

Tapi ia menggeleng malas.

"Biasanya period kita barengan nggak sih?" kernyit Hanum yang telah menghabiskan botol Miranti pertamanya. "Lo dulu atau gue dulu?"

Ia jadi ikut mengernyit, "Eh, iya ya. Kenapa gue belum? Biasanya gue duluan lho. Lo udah berapa hari?"

"Udah mau selesai malah. Tapi masih nyeri euy."

Ia jadi semakin mengernyit demi mengingat kapan terakhir kali period. Kok bisa lupa? Sebentar, ia mencoba mengingat-ingat. Bulan ini belum, bulan kemarin pas masuk rumah sakit kayaknya enggak dapat. Bulan kemarinnya lagi juga enggak.

Sambil terus mengernyit, ia buru-buru bangkit dan beranjak ke lemari tempat menyimpan pembalut. Checked. Pembalutnya masih utuh persis seperti beberapa bulan lalu kali terakhir ia memakainya.

"Kenapa, Ja?" Bening mulai heran melihat tingkahnya.

"Ini ...." Ia masih mengernyit. "Gue kapan terakhir kali dapet ya?"

Bening mengangkat bahu.

"Kan kita barengan terus," sahut Hanum yang kembali ngemil awug dengan lahap. "Bulan ini aja nggak bareng. Lo kecapean kali jadi telat."

Bening jadi memperhatikan wajahnya, "Iya, Ja, lo kecapean kali. Tuh," lalu menarik ke arahnya agar menghadap ke kaca. "Pucet gitu? Lo sakit?"

Ia menggeleng. "Enggak. Memang akhir-akhir ini sering pusing, tapi sembuh sendiri kok."

"Eh, iya," Hanum ikut bangkit dari duduknya. "Coba ... coba ...." Sambil menyejajarkan diri di antara Bening dan dirinya di depan kaca.

"BB lo turun ya?" tuduh Hanum. "Kok sekarang jadi gedean gue dibanding elo? Biasanya kan gue paling kayak lidi."

"Mana timbangan ... timbangan ...." Bening berinisiatif mencari timbangan elektrik yang memang sengaja disimpan di dalam kamar.

"Di pojok sana kayaknya," ia menunjuk ke salah satu sudut kamar, yang dipenuhi oleh beberapa barang miliknya.

"Coba ... coba ...." Dengan penuh semangat, Bening meletakkan timbangan elektrik di bawah kakinya. "Naik ... naik ...."

Ia pun menurut untuk naik ke atas timbangan.

"40?!?!" pekik Hanum histeris. "Gila! Lo kurus banget, Ja?!?"

"Gila sih ini," Bening ikut menggelengkan kepala. "Bukannya lo standar 45?"

"43 an kali," ralatnya tak setuju.

"Ah, selisih dua kilo doang," Bening mengkerut. "Turun tiga kiloan berarti. Sisa typus lo kali, Ja."

"Ya ampun, kapan BB gue bisa turun tiga kilo?" mata Hanum menerawang nanar.

"Tapi bukan BB nya sih yang bikin gue khawatir," lanjut Bening tak menghiraukan harapan terpendam Hanum. "Wajah lo nih. Pucat banget asli. Belum pernah gue lihat lo sepucat ini."

"Ke dokter lagi, Ja," saran Hanum sambil merangkulnya. "Siapa tahu lo anemia."

Ia mengangguk-anggukkan kepala mengerti. Meski begitu, pikirannya dipenuhi oleh hal lain. Namun ia berusaha keras untuk mengabaikannya karena merasa takut.

Sore hari meski sedikit malas ---aneh, padahal fantastic four ini sudah sangat ditunggu sejak setahun lalu, demi bisa melihat Dipa berlaga bak pahlawan di tengah lapangan. Yang selalu berhasil membuat hatinya menghangat bahagia. Namun begitu hari H ia malah malas luar biasa--- ia bersama Hanum dan Bening larut dalam keriaan siswa PB yang hadir di GOR Soemantri Brodjonegoro untuk menyaksikan laga perdana Fantastic Four antara SMA Pusaka Bangsa vs SMA Kasih Putih.

Sambil menanti menit pertama pertandingan dimulai. Yang pastinya sudah ditunggu-tunggu. Para penonton Fantastic Four HSBL DKI Jakarta lebih dulu dihibur oleh chant dan yel-yel penyemangat.

Cheerleader SMA PB kali ini tampil unik dalam busana etnik. Dengan bawahan rok batik motif Betawi berpayet. Dikombinasikan dengan tusuk konde tari betawi. Mereka mengusung tema ”Budaya Etnik Indonesia."

Digabungkan dengan gerakan modern dance, tari tradisional khas Betawi, hip hop, campur-campur, diikuti dengan yel-yel dan chant unik untuk menyemangati tim yang akan bertanding.

Di sela-sela keriuhan yang entah mengapa kurang membuatnya nyaman itu, Hanum tiba-tiba berteriak, "Eh, itu tuh si Tiara," sambil menunjuk tribun penonton yang terletak di samping tribun tempat mereka berdiri sekarang.

"Iyuh banget," cibir Bening. "Nonton basket aja mesti stand out," sambil melirik sinis ke arah Tiara yang memang tampil all out seperti hendak pergi ke prom night.

"Tapi emang cantik, sih," Hanum ikut memperhatikan Tiara yang kini sedang saling melempar senyum dengan Dipa.

Pemandangan yang tak luput dari penglihatannya itu membuat hatinya mencelos.

Apakah mereka masih bersama? Apakah mereka serius? Apakah mereka memang tak bisa dipisahkan?

Saat pikirannya masih dipenuhi oleh berbagai pertanyaan menjengkelkan tentang hubungan Dipa dan Tiara, Hanum kembali berteriak yang kali ini tepat di samping telinganya, "Eh, tumben-tumbenan ada si Cakra! Surprise!"

Kedua matanya langsung melihat ke arah tangan Hanum menunjuk. Tak jauh dari tempat duduknya, terlihat Cakra sedang mengobrol dan tertawa dengan beberapa anak PB.

"Nggak mau ketinggalan juga dia," cibir Bening sambil terus berteriak-teriak mengikuti aba-aba koordinator supporter.

'Pusaka Bangsa juara

Pusaka Bangsa number one

Kuyakin hari ini pasti menang'

Namun ia pura-pura tak memedulikan kehadiran Cakra. Yang bisa dipastikan, baru pertama kalinya di lapangan basket. Lebih memilih untuk ikut bersorak sorai dengan yang lain menyemangati team PB.

"DIPA MEGANTARA ... I LOVE YOU!" ia kembali berteriak dengan kalimat yang sama persis seperti tiga bulan lalu. Saat Grand Final West Region berlangsung.

Namun bedanya, kali ini ia tidak mengharapkan balasan, murni teriakan semangat seorang supporter untuk atlet jagoannya.

"HUUUUUUU!!!!"

Teriakannya spontan menimbulkan cemoohan dari penonton yang lain. Namun ia tak peduli.

"DIPA MEGANTARA ... I LOVE YOU!!!" kali ini giliran Bening yang berteriak mengikuti jejaknya. Untuk kemudian mereka saling merangkul sambil tertawa berdua.

"HUUUUUUU!!!!" lagi-lagi cemoohan penonton yang lain mengikuti teriakan Bening.

"Seru juga teriak-teriak di pinggir lapangan begini," seloroh Bening dengan wajah memerah saking excitednya.

"Perasaan jadi plong," lanjut Bening sambil tertawa. "Coba deh lo teriak juga," sambil mengikuti Hanum.

"Gue pilih yang lain ah, jangan Dipa melulu," cibir Hanum.

"FAZA HERFATAA ... I LOVE YOU!!!!" teriak Hanum tak kalah keras dengan suara teriakan supporter yang lain.

"Heh!" namun Bening menoyor kepala Hanum. "Si Faza kan nggak main. Kok malah manggil Faza sih?!"

"Suka suka gue dong," cibir Hanum yang kembali berteriak, "FAZA HERFATAA ... I LOVE YOU!!!"

Sementara ia hanya tersenyum sambil menggelengkan kepala. Karena Bening kembali memrotes redaksional yang diteriakkan oleh Hanum, "Heh! Faza kan sama kayak kita. Supporter juga!"

"Biarin ih, suka suka!" tapi Hanum tetap tak memedulikan protes Bening.

Sorakan supporter PB terdengar semakin bersemangat. Ketika di quarter pertama, tim mereka unggul 11-8 dari Kasih Putih.

Namun ketika memasuki quarter kedua, ia mulai gelisah. Sebab tak bisa menahan keinginan untuk buang air kecil.

"Ih!" ia menggerutu sendiri.

"Kenapa, Ja?" Bening mengernyit.

"Kebelet pipis."

"Ah, elo beser mulu," sungut Hanum.

"Ya udah nggak usah ditemenin sih, gue sendiri aja," sungutnya sambil berjalan menyeruak di antara deretan penonton. Yang sedang berdiri bersorak sorai menyemangati pemain andalannya. Ingin bergegas menuju ke toilet.

"Jangan lama-lama! Lagi seru nih!" teriakan Hanum masih terdengar di telinganya. Sebelum tenggelam oleh sorak sorai penonton seisi GOR.

Ia lumayan lama berada di dalam toilet. Karena mendadak mual merasa ingin muntah. Daripada harus bolak-balik ke toilet yang jaraknya lumayan jauh dari tempat duduknya. Ia pikir, lebih baik menunggu beberapa saat di toilet.

Namun setelah menunggu selama hampir sepuluh menit, rasa mual yang tadi mendadak menyerang tiba-tiba menghilang. Tak lagi merasa ingin muntah. Membuatnya mencuci muka untuk menyegarkan diri.

Setelah selesai, ia pun buru-buru keluar dari toilet. Dan terkejut. Demi mendapati Cakra sedang berdiri sambil menyilangkan tangan, tak jauh dari pintu toilet. Yang begitu mengetahui dirinya keluar dari toilet, terlihat langsung bernapas lega.

Ia tentu tak berminat untuk berurusan lagi dengan si berandal itu. Sudah cukup kemarin tragedi mobil mati di pertigaan jalan, menjadi yang terakhir kalinya. Tidak lagi.

Membuatnya buru-buru melangkah menuju tribun penonton.

Ia bukannya tak tahu Cakra mengikuti langkahnya dari belakang, namun ia mencoba untuk mengabaikan.

Di tengah lorong ketika sorak sorai penonton semakin jelas terdengar, ia tak sengaja berpapasan dengan Samuel. Teman SMPnya yang kini bersekolah di Kasih Putih.

"Oi, Ja?" sapaan Samuel membuat langkahnya terhenti sebentar. Untuk sekedar membalas sapaan dan saling menanyakan kabar.

Dari sudut mata ketika mengobrol dengan Samuel, ia sempat menangkap bayangan Cakra yang hendak mendekatinya. Namun urung, begitu melihat ia dan Samuel saling tertawa lebar.

"Heh, lama banget sih!" seru Hanum begitu melihatnya kembali ke tempat duduk. "Quarter kedua udah habis tuh."

"Gimana gimana?" ia tak menghiraukan protes Hanum. "Masih jauh?"

"Bisa disamain," gerutu Bening sambil menaikkan tangan ke atas mengikuti instruksi dari koordinator supporter. "Dipa gagal terus three pointnya. Malah kena rebound."

Ia pun kembali memusatkan perhatian ke tengah lapangan. Kembali larut dalam euforia pertandingan di kejuaraan basket paling bergengsi se Jakarta ini.

Tapi cobaan baginya ternyata belum usai. Karena keinginan untuk buang air kecil kembali tak bisa ditahan.

"Ya ampun, Ja, lo kayak nenek nenek sih, bolak balik melulu!" sungut Bening.

Ia sendiri juga kesal harus bolak balik tribun-toilet yang jaraknya lumayan jauh. Tapi daripada ngompol hayo.

Dan satu hal yang membuatnya semakin kesal adalah, karena ia selalu menemukan sosok Cakra begitu keluar dari toilet. Ih!

Meski Cakra tak melakukan apapun terhadapnya. Bahkan tak menyapa meski pandangan mata mereka seringkali saling bertautan. Namun terus terang, ia merasa terganggu dengan kemunculan Cakra yang seolah sedang memata-matainya.

Dan kali keempat ia pergi ke toilet dalam kurun waktu singkat, berhasil membuat kesabarannya menghilang. Dengan menahan kesal, ia pun memutuskan untuk berjalan cepat menuju ke arah Cakra. Yang kini sedang berdiri menyandar di dinding. Berada tepat segaris dari pintu toilet sambil melipat kedua tangan.

"Lo ngikutin gue?!" semburnya marah.

Cakra sempat terkejut dengan pertanyaan yang dilontarkannya. Namun dalam sekejap berhasil menguasai diri. Lalu menjawab dengan tenang, "Bisa iya, bisa enggak."

Ia mendecak sebal untuk kemudian berlalu.

Namun baru dua langkah berjalan, Cakra kembali angkat bicara, "Disini rame banget. Khawatir lo tersesat."

Ia semakin mendecak sebal, "Emangnya gue anak kecil, pakai tersesat segala!"

Suara Cakra terdengar tersenyum, "Jalan ke toilet ini sepi. Kalau lo kenapa-napa, teriakan lo nggak bakal kedengeran ke mana-mana. Suasana di luar terlalu riuh. Gue nggak mau lo kenapa-napa di tempat sepi begini."

Ia yang sebenarnya ingin menjawab ucapan Cakra dengan teriakan marah, hanya bisa memutar bola mata kesal. Lebih memilih untuk berjalan cepat menuju tempat duduknya. Daripada menghabiskan waktu untuk berdebat. Dengan si berandal sekolah yang menyebalkan itu.

Terpopuler

Comments

Her Lina

Her Lina

cakra baik lo, dia perhatian sama kamu anja, jangan kesel terus entar bucin lagi 😂

2024-01-01

0

Em Mooney

Em Mooney

aduuh.. itu di ayah aran. np glk bgt sih bunda anja

2023-12-25

0

Mak sulis

Mak sulis

mungkin tanpa sengaja ada kontak batin antara calon bayi dengan anaknya sehingga ada rasa pingin jagai calon emakmya

2023-12-05

2

lihat semua
Episodes
1 1. Retrouvailles
2 2. Run All Night
3 3. Room Number 27
4 4. A Big Mistake
5 5. Sunday Morning, Worst Thing is Falling
6 6. "Gue Hancur ...."
7 7. Cakra itu ....
8 8. Year End Film Project
9 9. Mamayu dan Mager
10 10. Chocolate Almond Cinnamon
11 11. Hadiah dari Kakak Cantik
12 12. Fantastic Four
13 13. The Result is ....
14 14. Tenggelam Dalam Lautan Penyesalan
15 15. Bad Timing
16 16. How It Feels
17 17. Kasih Ibu Sepanjang Masa
18 18. Tersesat
19 19. Menepilah
20 20. Namaku Cinta
21 21. Blue Saturday Night
22 22. Meregang
23 23. Melampaui Semua Batasan
24 24. Cinta Selalu Ada
25 25. Cinta Selalu Ada (2)
26 26. Cinta Selalu Ada (3)
27 27. Cinta Selalu Ada (4)
28 28. Cinta Selalu Ada (5)
29 29. As Long As You Love Me
30 30. Butiran Debu
31 31. Butiran Debu (2)
32 32. Butiran Debu (3)
33 33. "I'm Nobody and I've Nothing"
34 34. Hari Tanpa Bayangan
35 35. "Good Luck, Cakra!"
36 36. Losing You
37 37. Don't Wanna Cry
38 38. Don't Wanna Cry (2)
39 39. Mama Knows Best
40 40. Terrible Things
41 41. Terrible Things (2)
42 42. When Mama Said
43 43. The Real Problem
44 44. Road to ....
45 45. Road to .... (2)
46 46. Rezeki dari Arah yang Tak Terduga
47 47. Starting The Countdown
48 48. Mitsaqan Ghalidza
49 49. You Are The Reason
50 50. You Are The Reason (2)
51 51. Terima Kasih : Satu Tanda Syukur
52 52. Terima Kasih : Satu Tanda Syukur (2)
53 53. Mencari Rekam Jejak
54 54. 17 Missed Calls
55 55. 17 Missed Calls (2)
56 56. Love Has No Reason
57 57. Love Has No Reason (2)
58 58. Love Has No Reason (3)
59 59. Love Has No Reason (4)
60 60. Love Has No Reason (5)
61 61. Nothings Gonna Change My Love For You
62 62. Best Mama, Ever
63 63. You and Me Against The World
64 64. You and Me Against The World (2)
65 65. Just You and Me
66 66. Just You and Me (2)
67 67. Bertualang Bersamamu
68 68. Selalu Bersamamu
69 69. Selalu Bersamamu (2)
70 70. "Lakukan Sekarang Juga!"
71 71. Pagi di Rumah Mertua
72 72. Kado Berpita Biru
73 73. Kau Buatku Jatuh Hati
74 74. Mulai Membaik Atau Tetap Sama?
75 75. "Leave Them Alone"
76 76. Runtuhnya Langit Biru
77 77. Kiamat Menjadi Kenyataan
78 78. Finding You
79 79. It's Us, Against The Entire World
80 80. It's Us, Against The Entire World (2)
81 81. It's Us, Against The Entire World (3)
82 82. Our Journey
83 83. Our Journey (2)
84 84. Kesuksesan yang Tertunda
85 85. Jangan Pernah Lelah untuk Belajar
86 86. "See You On Top!"
87 87. Nostalgia SMA Kita
88 88. Everything Gonna be Alright
89 89. You're More Than What You Think
90 90. You're More Than What You Think (2)
91 91. From Zero to Hero
92 92. "Hati-hati ya!"
93 93. "Miss You Already ...."
94 94. Miss You Like Crazy
95 95. Miss You Like Crazy (2)
96 96. You're Always on My Mind
97 97. Bersamamu Selalu Indah
98 98. Bersamamu Selalu Indah (2)
99 99. The Beginning
100 100. No Pain No Gain
101 101. You're My All
102 From Author with Love
103 102. Hari yang Dipenuhi Kebahagiaan
104 103. Hari yang Dipenuhi Kebahagiaan (2)
105 104. Ibu, Termulia dan Teristimewa
106 105. "Jangan Panik!"
107 106. "Jangan Panik!" (2)
108 107. "Maafin Anja, Ma."
109 108. Bintang Paling Terang
110 109. Love at The First Sight
111 From Cakra Anja with Love
112 110. Kisah Teuku Aldebaran Ishak
113 111. New Mom
114 112. New Mom (2)
115 113. "Drg. Anjani Prameswari, Soon to be ...."
116 114. "Bukan ini yang Kuinginkan"
117 115. "Apa Kita Pernah Bertemu Sebelumnya?"
118 116. "Dia Orang Mana?"
119 117. "Dia ... Anak Hamzah Ishak?"
120 118. Aceh Lon Sayang**
121 119. Aceh Lon Sayang (2)
122 120. Adek Lon Sayang, Adek Lon Malang **
123 121. "Seulamat Tinggai" **
124 122. Lahirnya Singa Pemberani
125 123. "Jih Rakan Lon" **
126 124. "Lon Lake Meuah ...." **
127 Sepatah dua patah kata
128 125. Titik Balik
129 126. Rewriting
130 127. Rewriting (2)
131 128. Reminding
132 129. Reminding (2)
133 130. Trio Sunter Goes to Aqiqah
134 131. Hari Spesial untuk Aran Tersayang
135 132. Hari Spesial untuk Aran Tersayang (2)
136 133. What Doesn't Kill You, Makes You Stronger
137 Sapaan Hangat
138 134. Sasa Oh Sasa ....
139 135. Sasa Oh Sasa .... (2)
140 136. Sasa Oh Sasa .... (3)
141 137. About This Night
142 138. About This Night (2)
143 139. Beratapkan Langit Malam
144 140. "Selamat Datang di Rumah Kami."
145 141. Bidadari di Hadapan
146 142. (He) Cares For You **
147 143. Mimpiku Adalah Kalian Berdua
148 144. Follow Your Heart
149 145. Best Decision, Ever
150 146. "Terimakasih, Om."
151 147. Sampai Jumpa di Lain Hari
152 148. Day by Day
153 149. Forever Yours
154 150. Forever Yours (2)
155 151. The Luckiest Guy
156 Ucapan Terimakasih
157 152. The Luckiest Guy (2)
158 153. Welcome to The Club
159 154. When You're Not Around
160 155. When You're Not Around (2)
161 156. How It Started
162 157. How It Started (2)
163 158. Saat Dia Datang Kembali
164 159. Saat Dia Datang Kembali (2)
165 160. Happy Bestdayyy!
166 161. Unforgettable Moments
167 162. Unforgettable Moments (2)
168 163. Semua Karena Cinta
169 164. Semua Karena Cinta (2)
170 165. Too Much Love
171 166. Too Much Love (2)
172 167. Love, Wild Things, and You
173 168. How Its Going
174 169. How Its Going (2)
175 170. Adrenalin Rush
176 171. Adrenalin Rush (2)
177 172. All About Love
178 173. Love is You
179 174. Life Must Go On
180 175. Life Must Go On (2)
181 Before Say Goodbye
182 176. Time After Time
183 177. Time After Time (2)
184 178. Time After Time (3)
185 179. Time After Time (4)
186 180. Love of My Life
187 180. Love of My Life (2)
188 180. (End) Love of My Life
189 (Maybe Not) The End of The Road
190 Panduan Cara Memberi Dukungan
191 Dibuang Sayang (1)
192 Dibuang Sayang (2)
193 Dibuang Sayang (3)
194 Dibuang Sayang (4)
195 Dibuang Sayang (5)
196 Novel Pak Pici Duren Sawit
197 TERBIT CETAK
Episodes

Updated 197 Episodes

1
1. Retrouvailles
2
2. Run All Night
3
3. Room Number 27
4
4. A Big Mistake
5
5. Sunday Morning, Worst Thing is Falling
6
6. "Gue Hancur ...."
7
7. Cakra itu ....
8
8. Year End Film Project
9
9. Mamayu dan Mager
10
10. Chocolate Almond Cinnamon
11
11. Hadiah dari Kakak Cantik
12
12. Fantastic Four
13
13. The Result is ....
14
14. Tenggelam Dalam Lautan Penyesalan
15
15. Bad Timing
16
16. How It Feels
17
17. Kasih Ibu Sepanjang Masa
18
18. Tersesat
19
19. Menepilah
20
20. Namaku Cinta
21
21. Blue Saturday Night
22
22. Meregang
23
23. Melampaui Semua Batasan
24
24. Cinta Selalu Ada
25
25. Cinta Selalu Ada (2)
26
26. Cinta Selalu Ada (3)
27
27. Cinta Selalu Ada (4)
28
28. Cinta Selalu Ada (5)
29
29. As Long As You Love Me
30
30. Butiran Debu
31
31. Butiran Debu (2)
32
32. Butiran Debu (3)
33
33. "I'm Nobody and I've Nothing"
34
34. Hari Tanpa Bayangan
35
35. "Good Luck, Cakra!"
36
36. Losing You
37
37. Don't Wanna Cry
38
38. Don't Wanna Cry (2)
39
39. Mama Knows Best
40
40. Terrible Things
41
41. Terrible Things (2)
42
42. When Mama Said
43
43. The Real Problem
44
44. Road to ....
45
45. Road to .... (2)
46
46. Rezeki dari Arah yang Tak Terduga
47
47. Starting The Countdown
48
48. Mitsaqan Ghalidza
49
49. You Are The Reason
50
50. You Are The Reason (2)
51
51. Terima Kasih : Satu Tanda Syukur
52
52. Terima Kasih : Satu Tanda Syukur (2)
53
53. Mencari Rekam Jejak
54
54. 17 Missed Calls
55
55. 17 Missed Calls (2)
56
56. Love Has No Reason
57
57. Love Has No Reason (2)
58
58. Love Has No Reason (3)
59
59. Love Has No Reason (4)
60
60. Love Has No Reason (5)
61
61. Nothings Gonna Change My Love For You
62
62. Best Mama, Ever
63
63. You and Me Against The World
64
64. You and Me Against The World (2)
65
65. Just You and Me
66
66. Just You and Me (2)
67
67. Bertualang Bersamamu
68
68. Selalu Bersamamu
69
69. Selalu Bersamamu (2)
70
70. "Lakukan Sekarang Juga!"
71
71. Pagi di Rumah Mertua
72
72. Kado Berpita Biru
73
73. Kau Buatku Jatuh Hati
74
74. Mulai Membaik Atau Tetap Sama?
75
75. "Leave Them Alone"
76
76. Runtuhnya Langit Biru
77
77. Kiamat Menjadi Kenyataan
78
78. Finding You
79
79. It's Us, Against The Entire World
80
80. It's Us, Against The Entire World (2)
81
81. It's Us, Against The Entire World (3)
82
82. Our Journey
83
83. Our Journey (2)
84
84. Kesuksesan yang Tertunda
85
85. Jangan Pernah Lelah untuk Belajar
86
86. "See You On Top!"
87
87. Nostalgia SMA Kita
88
88. Everything Gonna be Alright
89
89. You're More Than What You Think
90
90. You're More Than What You Think (2)
91
91. From Zero to Hero
92
92. "Hati-hati ya!"
93
93. "Miss You Already ...."
94
94. Miss You Like Crazy
95
95. Miss You Like Crazy (2)
96
96. You're Always on My Mind
97
97. Bersamamu Selalu Indah
98
98. Bersamamu Selalu Indah (2)
99
99. The Beginning
100
100. No Pain No Gain
101
101. You're My All
102
From Author with Love
103
102. Hari yang Dipenuhi Kebahagiaan
104
103. Hari yang Dipenuhi Kebahagiaan (2)
105
104. Ibu, Termulia dan Teristimewa
106
105. "Jangan Panik!"
107
106. "Jangan Panik!" (2)
108
107. "Maafin Anja, Ma."
109
108. Bintang Paling Terang
110
109. Love at The First Sight
111
From Cakra Anja with Love
112
110. Kisah Teuku Aldebaran Ishak
113
111. New Mom
114
112. New Mom (2)
115
113. "Drg. Anjani Prameswari, Soon to be ...."
116
114. "Bukan ini yang Kuinginkan"
117
115. "Apa Kita Pernah Bertemu Sebelumnya?"
118
116. "Dia Orang Mana?"
119
117. "Dia ... Anak Hamzah Ishak?"
120
118. Aceh Lon Sayang**
121
119. Aceh Lon Sayang (2)
122
120. Adek Lon Sayang, Adek Lon Malang **
123
121. "Seulamat Tinggai" **
124
122. Lahirnya Singa Pemberani
125
123. "Jih Rakan Lon" **
126
124. "Lon Lake Meuah ...." **
127
Sepatah dua patah kata
128
125. Titik Balik
129
126. Rewriting
130
127. Rewriting (2)
131
128. Reminding
132
129. Reminding (2)
133
130. Trio Sunter Goes to Aqiqah
134
131. Hari Spesial untuk Aran Tersayang
135
132. Hari Spesial untuk Aran Tersayang (2)
136
133. What Doesn't Kill You, Makes You Stronger
137
Sapaan Hangat
138
134. Sasa Oh Sasa ....
139
135. Sasa Oh Sasa .... (2)
140
136. Sasa Oh Sasa .... (3)
141
137. About This Night
142
138. About This Night (2)
143
139. Beratapkan Langit Malam
144
140. "Selamat Datang di Rumah Kami."
145
141. Bidadari di Hadapan
146
142. (He) Cares For You **
147
143. Mimpiku Adalah Kalian Berdua
148
144. Follow Your Heart
149
145. Best Decision, Ever
150
146. "Terimakasih, Om."
151
147. Sampai Jumpa di Lain Hari
152
148. Day by Day
153
149. Forever Yours
154
150. Forever Yours (2)
155
151. The Luckiest Guy
156
Ucapan Terimakasih
157
152. The Luckiest Guy (2)
158
153. Welcome to The Club
159
154. When You're Not Around
160
155. When You're Not Around (2)
161
156. How It Started
162
157. How It Started (2)
163
158. Saat Dia Datang Kembali
164
159. Saat Dia Datang Kembali (2)
165
160. Happy Bestdayyy!
166
161. Unforgettable Moments
167
162. Unforgettable Moments (2)
168
163. Semua Karena Cinta
169
164. Semua Karena Cinta (2)
170
165. Too Much Love
171
166. Too Much Love (2)
172
167. Love, Wild Things, and You
173
168. How Its Going
174
169. How Its Going (2)
175
170. Adrenalin Rush
176
171. Adrenalin Rush (2)
177
172. All About Love
178
173. Love is You
179
174. Life Must Go On
180
175. Life Must Go On (2)
181
Before Say Goodbye
182
176. Time After Time
183
177. Time After Time (2)
184
178. Time After Time (3)
185
179. Time After Time (4)
186
180. Love of My Life
187
180. Love of My Life (2)
188
180. (End) Love of My Life
189
(Maybe Not) The End of The Road
190
Panduan Cara Memberi Dukungan
191
Dibuang Sayang (1)
192
Dibuang Sayang (2)
193
Dibuang Sayang (3)
194
Dibuang Sayang (4)
195
Dibuang Sayang (5)
196
Novel Pak Pici Duren Sawit
197
TERBIT CETAK

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!