Satu Detik.
Dua Detik.
Tiga Detik.
brak,,
Putra Mahkota Wang sudah tidak tahan dengan emosinya, ia langsung keluar dari ruang kerjanya, memilih menghirup udara luar. Tak teras langkah kakinya menuju ke arah kediaman Ming Yue.
Sialan, kenapa langkah kaki ku menuju ke sini batinnya kesal.
Putra Mahkota Wang membalikkan badannya. Namun hatinya merasa janggal apa yang dilakukan Ming Yue dengan Pangerang Zhang. Ia berniat akan menanyakan ke para pelayan Ming Yue.
"Ekhem, apa Putri Mahkota telah tidur?" Tanya Putra Mahkota Wang menetralkan wajah datar.
"Putri menolak menemui Pangeran Zhang, di karenakan kesibukannya Yang Mulia." Jawab pelayan Lu yang sedari tadi merasa tak nyaman dengan tingkah laku Putra Mahkota Wang. Langkah kakinya kembali mondar mandir.
Mendengarkan perkataan pelayan Lu, terlihat di sudut bibirnya menarik ke atas, membuat seulas senyum. Sedangkan di hatinya berbunga-bunga layaknya di hamparan bunga yang luas.
"Hem, hem. Baguslah!" Ucapnya berlalu pergi.
Sementara para pelayan hanya saling melirik.
Merekapun tak ambil pusing, karna mereka tau Putri Mahkota telah mengabaikan Putra Mahkota Wang.
Di ufuk timur, warna kekuningan mulai terlihat. Ayam pun telah berkokok menyambut pagi. Di sebuah ruangan seorang gadis dengan setianya tertidur pulas. Sang pelayan telah membangunkannya beberapa kali.
"Putri, Putri bangunlah. Ini sudah siang." Ucap pelayan Lu memperhatikan wajah Ming Yue yang menggemaskan saat tidur.
"Hem, aku ngantuk." Ucap Ming Yue sambil mengkerucutkan bibirnya.
"Putri,, itu .." Pelayan Lu terkejut akan kedatangan Putra Mahkota Wang, jelas ia takut jika junjungannya di marahi oleh Putra Mahkota Wang, sungguh ia sangat khawatir. Seorang wanita bangsawan atau seorang istri harus bangun lebih pagi dari pada seorang suami.
Putra Mahkota Wang menatap gadis di hadapannya yang memejamkan matanya. Seulas senyum muncul di bibir semerah buah chery itu.
Putra Mahkota Wang menatap pelayan Lu. Mau tak mau ia harus meninggalkan junjungannya.
"Yang Mulia ini sal .."
"Pergilah," Putra Mahkota Wang menghentikan ucapan pelayan Lu. Sedangkan pelayan Lu meneguk air liurnya susah payah. Sudah kebiasaanya memarahi junjungannya. Setiap apa pun yang di lakukan oleh junjungannya selalu salah di matanya.
Gadis imut ku, semalaman kau membuat aku khawatir dan kau malah se enaknya tidur batin Putra Mahkota Wang menyeringai licik.
Putra Mahkota Wang mengisyaratkan Kasim Yin mendekat dan membisikkan sesuatu.
Selang beberapa saat, Kasim Yin membawakan baskom yang berisi air. Dengan senyum liciknya Putra Mahkota Wang mengambil air itu, lalu mencipratkan ke wajah Ming Yue.
"Banjir, banjir," teriak Ming Yue dengan napas ngos-ngosan mengusap wajahnya.
"Pfuf, Hahaha .." Putra Mahkota Wang tertawa lepas melihat penampakan di depannya itu, rambut yang berantakan, menggunakan hanfu putih dan terlihat wajah kekesalan.
Ming Yue menatap tajam Putra Mahkota Wang. Rasanya ia ingin mencekik nya Putra Mahkota Wang sampai mati. Jika saja tidak ada peraturan istana. Tangannya sudah pasti mencekiknya. Lalumencelupkan tubuh Putra Mahkota Wang ke dalam air panas.
"Apa kau yang melakukannya?" Tanya Ming Yue menatap tajam Putra Mahkota Wang. Pagi-pagi tensi darahnya sudah naik dengan kehadiran laki-laki di depannya.
Putra Mahkota Wang menghentikan tertawanya yang menggelegar seisi ruangan. Bahkan suaranya sampai terdengar ke luar kediaman Ming Yue. Hingga Kasim, pengawal dan para pelayannya merasa matahari akan terbit dari arah barat. Mereka tidak pernah melihat atau mendengarkan Putra Mahkota Wang tertawa seperti itu.
"Katakan, apa yang kau mengusili ku?" Tanya Ming Yue dengan nada tinggi.
"Jika memang aku, lantas kau mau apa?" Tanya balik Putra Mahkota Wang yang semakin membuat Ming Yue jengkel.
"Kau ya,," Ming Yue menarik selimutnya kesamping dan turun dari kasurnya. Ia melihat baskom yang dipegang oleh Kasim Yin. Dengan sigap Ming Yue mengambil alih dan mencipratkan air di dalam baskom itu ke wajah Putra Mahkota Wang.
"Kau," Putra Mahkota Wang menunjuk ke wajah Ming Yue.
"Kenapa? enak kan," tanya Ming Yue. Ia kembali mencipratkan air ke wajah Putra Mahkota Wang.
Putra Mahkota Wang yang tak ingin kalah, ia pun mencipratkan air ke wajah Ming Yue hingga membuat mereka adu mulut dan saling menyerang. Sementara Kasim Yin dan para pelayan langsung undur diri. Tak berniat melihat kegilaan kedua majikannya. Ada rasa hangat di hati mereka. Sebuah harapan dimana Putra Mahkota akan membuka hatinya pada Putri Mahkota. Mereka merasa iba mengingat betapa sakitnya di abaikan oleh seseorang yang di cintai. Meskipun mereka tak pernah merasakan cinta. Cukup membayangkan dan merasakannya.
"Kau beraninya, mencipratkan air ke wajah tampan ku. hah," teriak Putra Mahkota Wang mulai kesal.
"Memang kenapa, wajah mu sebelas, dua belas. Dasar wajah cebol." Balas Ming Yue, mengejar Putra Mahkota Wang yang menghindar.
Terjadilah mereka saling kejar kejaran. Membuat siapa pun yang mendengarkan pertengkaran mereka terkekeh geli. Momem yang berharga bagi Kasim Yin dan Sansan. Namun tidak dengan pelayan Lu yang tidak suka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments
Aqiyu
👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻
2022-11-19
0
novita setya
tak kiro arep digebyurne rek
2021-04-26
2
iefat
lanjut
2021-03-09
0