Tak terasa kini tiga hari telah berlalu. Terlihat seorang gadis terbaring lemah di sebuah ranjang empuk dengan memakai hanfu putih. Wajahnya pucat dan rambut hitamnya di biarkan tergerai. Semenjak kehilangan kesadarannya kembali saat di kereta menuju istana. Gadis itu tak lagi sadar. Orang istana pun sangat mengkhawatirkan ke adannya kecuali satu orang, yang tak lain suaminya yang bersikap biasa-biasa saja. Tabib istana telah mengerahkan kemampuannya agar membuat gadis itu sadar. Namun hasilnya nihil, sepertinya gadis itu sangat senang dalam mimpinya.
Dan sekarang gadis itu perlahan-lahan membuka kelopak matanya yang indah. Hanya ada kekaburan di penglihatannya. Ia memejamkan matanya kembali. Hingga penglihatannya jelas dan mengedarkan pandangannya. Ruangan asing dengan cahaya lilin di sekitar ruangan itu. Ia beringsut duduk. Ekor matanya menatap setiap sudut ruangan itu dengan Intieor China. Memiliki satu lemari, dua kursi dan satu meja di dekat jendela. Sementara di samping ranjangnya terdapat meja rias dengan cermin berbentuk lonjong.
"Putri, Putri sudah sadar, syukurlah." Ujar seorang pelayan yang membawa sebaskom air dan kain lap di atas nampan yang di bawanya. Ia ingin mengelap tubuh junjungannya dan menggantinya dengan baju tidur lainnya. Rasa haru dan hangat tak mampu ia kendalikan. Air matanya begitu deras mengalir. Hatinya tak berhenti mengucapkan rasa syukur pada sang Tuhan. Ia menghapus air mata yang membanjiri pipi putihnya. "Hamba sangat mengkhawatirkan Putri. Hamba tidak tau, apa yang akan terjadi pada hamba. Jika hamba kehilangan Putri. Maaf hamba lalai menjaga Putri." Ujarnya sambil menangis tersedu-sedu.
Kamelia menghela nafas, ia merasa iba melihat pelayan yang di sampingnya. Selama masa tidur panjang Kamelia mendapatkan ingatan pemilik tubuh yang ia tempati. Pelayan disampingnya, pelayan setianya yang menjaganya sedari kecil dan berhati lemah lembut.
Kamelia berusaha memundurkan tubuhnya, bermaksud menyandarkan tubuhnya. Dengan sigap pelayan di sampingnya membantu Kamelia, memberikan tumpuan bantal di punggungnya.
"Aku butuh air." Ujar Kamelia sambil memegang lehernya. Pantas saja tiga hari dia tidur tanpa makan dan minum membuat tenggorokannya terasa sakit.
Pelayan itu pun mengambilkan air di atas nakas untuk Kamelia, lalu menyodorkannya. Kamelia meriah gelas itu dan meminumnya dengan hati-hati.
"Putri hamba akan memanggilkan Tabib."
Pelayan itu pun hendak pergi. Namun, Kamelia menghentikannya. Ia baru sadar dan ingin mencerna semuanya lebih dulu. Ia belum siap bertemu siapa pun di istana.
"Tunggu, tidak perlu. Kau beristirahatlah, aku hanya butuh istirahat." Ujar Kamelia di bibir pucatnya. Ia menyandarkan tengkuknya ke bantal belakanganya dan menghadap langit-langit. Rasanya, ia belum percaya mengenai semua hal yang terjadi pada hidupnya sekarang ini.
"Tapi Putri,"
Ragu-ragu dia ingin menyanggupinya.
Kamelia melirik ke arah sang pelayan yang tampak bingung. "Aku hanya butuh istirahat, percayalah tidak akan terjadi apa-apa pada ku."
"Ba-baiklah. Sebelum istirahat, hamba akan membuatkan bubur untuk Permaisuri." Ujar sang pelayan. Ia pergi meninggalkan Kamelia yang hanyut dalam pikirannya.
"Tidak perlu, sebaiknya kau beristirahat. Tubuhku belum nyaman." Ujar Kamelia menghentikan langkahnya.
Pelayan itu membalikkan tubuhnya. "Ba, baik Putri. Jika ada sesuatu tolong panggil hamba. Hamba akan berjaga di depan."
Setelah kepergian pelayan setia nya. Kamelia kembali mengingat ingatan pemilik tubuh barunya itu. "Hem, dia seorang Putri bangsawan. Anak pertama dari Mentri Li dan Ibundanya bernama Xio Lin. Ibunya masih hidup, sedangkan Ayahnya telah meninggal. Pemilik tubuh ini sangat mencintai Putra Mahkota, bahkan dia mengemis pada Ibunya untuk menikah dengan Putra Mahkota dan kebetulan Permaisuri Bai Lu teman baik dengan ibu pemilik tubuh ini dan pemilik tubuh ini terus memberikan perhatian pada Putra Mahkota. Namun Putra Mahkota bersikap dingin dan mengabaikannya. Karena Putra Mahkota tidak mencintainya. Hais, kenapa seperti novel?" Desahnya kesal.
Ia mengingat kembali disaat Putra Mahkota membentak ya di taman istana. Hanya karna mereka berdua dengan Selirnya. Anggap saja, keberadaannya seperti seekor nyamuk yang tak di inginkan.
"Aghhrghh !!!"
Kamelia mengacak-acak rambutnya dengan frustasi. "Intinya pemilik tubuh ini di campakan oleh Putra Mahkota, sedangkan Putra Mahkota mencintai Selirnya. Oh, astagah ! aku tidak menyangka, kenapa serumit ini kehidupan kedua ku. Seharusnya aku di surga bersama papa dan mama." Sungutnya dengan bibir mengkerucut ke depan.
Kamelia mengusap wajahnya secara kasar, ia turun dari kasurnya, menuju ke arah jendela. Lalu membukanya, menghirup udara malam yang asri dan segar. Ia menatap sekelilingnya, melihat bunga sakura yang berjajar rapi di halaman belakang dan ada sebuah kolam kecil. Menghiasi halaman belakangnya itu.
"Jika seperti ini, aku sangat merindukan Kakak. Kakak aku minta maaf. Aku tidak berbakti pada Kakak." Ujar Kamelia. Ia mengingat setiap perlawanan pada sang kakak. Jika di nasehati.
Air matanya tumpah, ia sangat merindukan Kakaknya. Kakak yang menjaganya, menggantikan kedua orang tuanya yang telah meninggal. Mendidiknya dengan lemah lembut tanpa berbuat kekasaran sedikit pun.
"Tapi ini bener fantasi sih, baru saja aku baca komik sama novel. Eh, malah kejadiannya menimpa diriku. Aku harus cari cara, pertama menjauh dari Putra Mahkota, lebih-lebih aku tidak ingin mempunyai masalah apa pun. Aku ingin hidup tentram aman dan damai. Kedua, aku harus cari cara agar keluar dari istana ini. Aku tidak suka menghadapi masalah, yang ada hanya masalah istri seperti di komik, novel dan drama korea. Haduh, ckckck miris sekali hidup ku." Ingin sekali ia berteriak, mengeluarkan semua suara hatinya.
"Daripada aku pusing tujuh keliling, mending aku tidur. Jalani dulu dan pahami." Kamelia mencoba meyakinkan dirinya agar dirinya tenang.
Kamelia menengok kanan kiri melalu jendela. Melihat para penjaga yang saling mondar mandir di kediamannya membuatnya jengah. Ia menutup kembali pintu jendelanya dan memilih tidur.
Ke esokan paginya.
Kamelia masih nyaman berada di atas kasurnya. Namun tiba-tiba terusik dengan kedatangan pelayan yang membangunkannya. "Putri, putri bangun. Ini sudah pagi." Ujarnya dengan lembut di iringi senyumannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments
Karebet
👍👍👍👍
2022-09-27
0
Neng Niehan
mampir
2022-02-18
0
pelangi
cerita nya bagus Thor 🤧
2021-12-19
2