Tak terasa malam telah tiba, Ming Yue sedari tadi menghabiskan waktunya membaca buku sudah ada empat buku yang ia pelajari, tentang obat-obatan, sejarah Kekaisaran, tentang bahasa dan tentang ilmu perpedangan. Sejenak dia mengingat wajah Selir Putra Mahkota Wang. Ingin sekali ia mencakar wajahnya.
"Putri saat nya makan malam." Ucap pelayan Lu, sedari tadi menemani Ming Yue. Ia memperhatikan wajah Ming Yue yang tampak serius dengan buku di tangannya.
Ming Yue mengangguk dan berjalan ke arah mejanya. "Em, Lu apa kau tau orang di kota ini yang bisa mencetak buku."
"Maksud Putri?" tanya pelayan Lu kebingungan.
"Maksudnya aku ingin membuat cerita atau novel." Ujarnya menjelaskan. Dari dulu ia memang hoby membuat naskah cerita.
"Oh, ada Putri. Namanya tuang Lan."
"Besok kau antar aku kesana," ucap Ming Yue sambil mengunyah sayuran di mulutnya.
Putri semakin hari semakin aneh, semenjak kapan Putri bisa membuat cerita. Bahkan jika di suruh membaca buku, ia menolak dan lihat lah sekarang justru Putri berbeda.
"Lu, kau melamun." Ujar Ming Yue yang telah selesai menghabiskan makanan di piringnya. Sedari tadi ia lupa menawarkan pada pelayan nya itu. Dan ketika melihat pelayan nya melamun, Ming Yue ingin bertanya, entah apa yang di pikirkan oleh pelayan Lu.
"Hamba, Putri. Tidak Putri, hamba tidak memikirkan apapun." Bohong pelayan Lu.
"Oh, ya sudah. Aku lupa menawarkan mu makan. Jadi makan lah. Aku ngantuk,"
"Tidak perlu Putri. Hamba sudah kenyang."
Ming Yue mengangguk, kemudian berdiri. Lalu melangkah menuju ke arah cermin di ikuti pelayan Lu. Ia membiarkan pelayan Lu membuka hanfunya dan menggantinya dengan hanfu polos berwarna putih.
Ming Yue menaiki kasurnya, membaringkan tubuhnya. Sedangkan pelayan Lu membantunya menyelimuti tubuhnya.
"Lu, terima kasih." Ujar Ming Yue tersenyum dengan sudut bibir yang mengembang dan menutup matanya.
"Selamat tidur, Putri." Ujar pelayan Lu. Ia membungkuk hormat. Lalu meniup lilin di atas nakas di sampingnya.
Tak terasa, matahari dari ufuk timur bersemu malu-malu. Kicauan burung pun menyambut sang surya. Terlihat seorang gadis yang masih berbaring dengan nyaman di ranjang nya.
"Putri, Putri bangun."
"Hoem, aku masih ngantuk." Ucap gadis itu menarik selimutnya hingga menutupi seluruh badan nya.
"Putri, bukankah hari ini berencana ke kota."
Ming Yue yang meringkuk di dalam selimutnya. Seketika membuka matanya dan beranjak duduk. Sesuatu yang penting hampir ia lupakan.
"Ah benar, cepat siapkan air."
"Airnya sudah siap Putri,"
Tanpa basa basi Ming Yue menuju ke arah pemandiannya. Tak butuh waktu lama Ming Yue telah selesai dengan ritual mandinya. Seperti biasanya ia akan merias diri di bantu oleh pelayan dan kini ia menyantap hidangan yang telah di sediakan oleh mereka. Setelah selesai dengan segala persiapannya ke kota. Ming Yue memilih tampil sederhana dengan menggunakan hanfu laki-laki seperti rakyat biasa. Ia hanya mengikat rambutnya dengan satu ikatan. Sehingga tidak ada yang menyadari jika dirinya adalah seorang Putri Mahkota. Kali ini ia berencana memuaskan hatinya berjalan-jalan di kota dan merencanakan bisnisnya.
"Putri, keretanya sudah siap." Ujar salah satu pelayan.
Ming Yue mengambil sebuah kipas angin di atas nakas dan tersenyum di balik kipasnya. "Aku tidak ingin menggunakan kereta, aku hanya ingin menggunakan kuda."
"Tapi Putri, bukankah Putri tidak pernah menaiki kuda." Ujar pelayan Lu menatap khawatir. Ia tak yakin dengan keberanian Ming Yue. Ia takut terjadi sesuatu padanya. Selama bekerja menjadi pelayan Ming Yue, ia tidak pernah melihat Ming Yue manaiki kuda bahkan memegang saja, ia tidak pernah.
"Apa kau meragukan ku ?" Tanya Ming Yue. Pelayan Lu tak menjawab dan pada akhirnya memilih mengalah.
"Sudahlah, cepat siapkan." Perintahnya.
Pelayan Lu menyuruh salah satu penjaga pavilium Ming Yue mengambil kuda.
Ming Yue pun keluar dari kediamannya, ia memilih duduk di halaman depan sambil menunggu kudanya datang. Ia tidak sabar ingin melihat dan merasakan suasana kota seperti di adegan drakor yang ia tonton. Ia melirik ke arah pelayan Lu yang tampak resah. Namun ia membiakannya. Sekian detik Ming Yue menunggu sampai ia melihat seorang prajurit membawa kuda.
Ming Yue mengambil alih kuda itu di tangan prajurit dan mengelus kepalanya.
"Ayolah, kita berteman sobat."
Ming Yue mengelus kuda itu, sudah kebiasaanya di kehidupan modern. Beruntungnya ia mahir dalam berkuda dan ilmu bela diri.
"Putri, " Pelayan Lu menatap Ming Yue dengan tatapan yang sulit di artikan. Ia sangat takut jika kejadian ini membuat Putra Mahkota Wang marah.
"Lu, cepat naik. Aku tidak punya banyak waktu."
"Tapi Putri,"
Ming Yue tak tahan mendengarkan penolakanya. Ia menyodorkan tangannya ke arah pelayan Lu. Dengan ragu-ragu pelayan Lu menerima uluran tangan itu dan di tarik oleh Ming Yue, sehingga ia duduk di depan Ming Yue.
"Jangan takut, percayalah." Ucap Ming Yue meyakinkan pelayan Lu. Kuda hitam itu pun pergi meninggalkan halaman depan kediaman Ming Yue.
Sementara dari kejauhan seseorang memperhatikan mereka yang keluar istana.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments
🌸 Yowu-Kim 🌸
Ntar org2 ngira kelen pacaran. Kan putri lagi nyamar jadi laki 😭😭
2024-03-04
1
Aqiyu
suka pemeran wanitanya tangguh
2022-11-19
0
fi.. 😯😊
bagus ceritanya
2021-09-27
1