Tak terasa Matahari telah menenggelamkan cahaya. Kini pagi dan siang telah berganti malam. Burung pun telah kembali ke sarangnya. Para pelayan telah menyalakan lilin di setiap sudut ruangan. Salah satu pelayan sering menghampiri ke arah ranjang. Ingin membangunkan, ia tidak tega melihat wajah pulasnya. "Putri," ujarnya tersenyum. Pucat di wajahnya telah memudar. Rasa bahagia akan kesembuhan Ming Yue tak bisa ia ungkapkan.
Wanita di depannya pun membuka kelopak mata indahnya. Ia mengucek matanya hingga penglihatannya jelas dan beringsut duduk.
Hoaem ..
"Lu, jam berapa ini?" Tanya Ming Yue. Ia menggaruk kepalanya. Rasa kantuknya masih menyelimuti matanya. Ia enggan beranjak dari tempat tidurnya.
"Putri sudah bangun," sapa pelayan Lu terkekeh kecil melihat wajah yang begitu menggemaskan. "Sekarang waktunya makan malam Putri." Sambungnya lagi.
"Oh !"
Ming Yue turun dari ranjangnya dan para pelayan pun mendekatkan, membawa sebaskom air untuk membasuh wajah Ming Yue, yang sedari tadi sudah di siapkan oleh mereka.
"Hamba akan menyiapkan hidangan malam untuk Putri."
Ming Yue mengangguk, ia pun menuju ke arah jendela dan membukanya.
Sebenarnya enak banget sih, disini ada yang melayani. Malah gratis, tapi disini sangat membosankan. Sebaiknya besok aku keluar istana atau mencari sesuatu yang bisa menyibukkan diriku batinya.
Pelayan Lu di ikuti pelayan lainnya dengan membawa masing-masing nampan. Mereka meletakkan hidangan di atas nampan itu di meja yang telah di sediakan. "Putri, hamba sudah selesai menyiapkan. Silahkan Putri makan malam."
Ming Yue menoleh ke arah meja yang telah disiapkan oleh beberapa jenis macam hidangan. daging ayam panggang, sup daging dan beberapa hidangan yang menggugah selera.
Ia langsung duduk, tak sabar rasanya ingin menyantap hidangan lezat di depannya. Membuat air liurnya menetes. "Emm, enak." Ia memakan hidangan itu sendirian. Lalu tersadar, jika para pelayan masih berdiri di sampingnya dengan wajah menunduk kecuali Pelayan Lu yang terus mengembangkan senyumannya.
"Kenapa kalian tidak duduk, ayo temani ku makan." Ujarnya menatap para pelayan.
"Ampun Putri, hamba tidak berani." Balas para pelayan. Mereka serempak duduk dengan menunduk.
"Hah, Siapa yang akan memakan kalian? kenapa tidak berani? ayolah temani diriku." Rengek Ming Yue. Ia merasa kesepian jika hanya makan sendirian.
"Tapi Putri," tolak pelayan Lu.
"Apa kalian sudah makan?" Tanya Ming Yue. Ia merasa tak enak hati melihat para pelayan yang menahan air liurnya.
"Belum Putri." Jawab pelayan Lu, mewakili jawaban para pelayan.
"Hem, baiklah. Jika kalian tidak mau menemani ku. Aku tidak akan makan, Bagaimana?"
"Tapi Putri,"
"Sudahlah, aku tidak ingin mendengarkan ocehan penolakan kalian. Lu, kau tau sendiri kan. Aku paling tidak suka dengan penolakan."
"Begini Putri, kami akan makan sendiri setelah Putri selesai." Ucap pelayan Lu menunduk hormat di ikuti para pelayan.
Ming Yue mengambil lauk pauk di piringnya dengan kesal. "Baiklah, kalian keluar. Aku akan makan sendiri dan kalian tidak perlu menjaga ku."
Para pelayan pun pergi, meninggalkan Ming Yue di dalam. Mereka tak enak hati menolak. Namun lebih tak enak hati lagi. Jika mereka menyetujui permintaan junjungannya. Mereka sadar, mereka hanyalah seorang pelayan yang berstatus rendahan.
"Kalian makanlah dulu, aku akan menunggu Putri selesai." Ucap pelayan Lu pada pelayan lainnya.
Para pelayan mengangguk dan berlalu pergi meninggalkan pelayan Lu yang berjaga di luar kediaman.
Selang beberapa saat.
Terlihat dari kejauhan seorang laki-laki dengan aura dingin, tegas dan tak lupa pula ketampanannya yang membuat para gadis bangsawan tergila-gila menuju ke arah kediaman Ming Yue. Pelayan Lu yang melihatnya, hanya mengernyitkan dahinya. Ia merasa akan terjadi sesuatu jika keduanya bertemu. Junjungannya sekarang, bukanlah junjungannya yang dulu. Jika dulu sang junjungan berkata lemah lembut. Namun sekarang junjungannya tak bisa mengontrol perkataanya.
"Hormat hamba, Putra Mahkota."
"Dimana Putri? apa Putri sudah tidur?" tanya Putra Mahkota Wang dengan suara datar. Jika bukan karena Permaisuri Bai Lu. Ia tidak mau menginjakkan kakinya ke kediaman Ming Yue.
"Putri sedang .."
Sebelum pelayan Lu menyelesaikan perkataanya. Pintu kediaman Ming Yue terbuka. Memperlihatkan seorang gadis tanpa polesan di wajahnya. Serta rambutnya yang terurai panjang. Membuat siapa pun tak bisa mengkedipkan matanya, termasuk Putra Mahkota Wang sendiri yang kini menatapnya tanpa berkedip.
Ming Yue menatap sinis Putra Mahkota Wang. Mungkin dia sadar, jika dirinya tak kalah cantik dengan Selir tercintanya.
Baru tau jika aku cantik, lebih cantik dari Selir mu itu.
"Untuk apa kau datang kesini?" Tanya Ming Yue.
Putra Mahkota Wang hanya diam melamun, masih menatap wajah gadis di depannya.
Deg
Deg
Deg
Jantungnya seakan melompat dari tempatnya, ketika menatap wajah gadis di depannya. Bahkan ia melihat mata yang indah yang mampu membuat siapa pun terhipnotis.
Alah, pakek melamun lagi
Dengan usilnya, Ming Yue melewati Putra Mahkota Wang, mengibaskan rambutnya hingga mengenai wajah Putra Mahkota Wang dan menyadarkan lamunan nya.
Seketika Putra Mahkota Wang langsung tersadar dan menetralkan wajahnya kembali.
"Ehem, aku datang kesini. Hanya ingin membawa obat. Sesuai perintah Ibunda." Ujarnya.
"Oh," Ming Yue melihat salah satu seorang pelayan yang membawakan obat. Ia melirik ke arah pelayan Lu. Ingin menolak, tapi ia merasa tidak enak hati. Lebih lagi Permaisuri Bai Lu yang menyuruhnya. Dengan sigap pelayan Lu mengambil nampan itu.
"Baiklah, jika tidak ada urusan lagi. Permisi !" Ucap Ming Yue hendak pergi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments
RossyNara
eheemmmm
2024-03-08
0
Aqiyu
hmm
2022-11-19
0
Karebet
👍👍👍👍
2022-09-27
0