Putra Mahkota Wang berjalan ke arah Ming Yue dan seorang laki-laki yang membelakangi nya. Ia begitu penasaran siapa yang bisa membuat Ming Yue tertawa lepas.
"Aku tidak menyangka kita bertemu disini." ucapnya di tengah-tengah gelagar tawanya.
"Ya, ya mana aku tau kita bertemu disini Pangeran." Jawab Ming Yue sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. Ia mengingat dari pemilik tubuh aslinya. Jika Pangeran Zhang adalah Laki-laki yang memperlakukannya dengan sangat baik. Disaat-saat Ming Yue menangis Putra Mahkota. Pangeran Zhanglah yang menghiburnya.
"Pangeran." Ming Yue menatap lekat ke arah laki-laki itu. "Terima kasih." Sambung nya.
Deg
"Pangeran." Gumam Putra Mahkota Wang yang mendengarkan ucapan Ming Yue. Langkah kakinya lebih mendekat hingga perkataan mereka semakin jelas. Namun ia dengan hati-hati melangkah, agar langkahnya tidak terdengar. Jika dirinya ingin menguping pembicaraan mereka.
"Buat apa?" Tanya pemuda itu terkekeh geli.
"Terima kasih, karna Pangeran Zhang selama ini telah menghibur ku.
"Apa Pangeran Zang?" Semakin penasaran, Putra Mahkota Wang memilih bersembunyi di balik semak-semak, ia tidak ingin menemui Ming Yue dan Pangeran Zhang, Kakak kandungnya sendiri.
"Bukankah Pangeran Zang ditugaskan oleh Ayahanda melawan pemberontak." Gumamnya, sambil mengintip wajah Ming Yue dan Pangeran Zhang.
"Hah, kau tau? saat aku melawan pemberontak," Pangeran Zhang menghela nafas. " Itu lebih mudah bagi ku melawannya. Dari pada aku harus mendengarkan tentang pernikahan mu." Sambung nya lagi. Hatinya sangat hancur mendengarkan pernikahan Ming Yue. Dari dulu ia memendam perasaannya. Berharap Ming Yue mengerti perasaanya lewat dari perhatiannya. Akan tetapi dugaannya salah. Ming Yue tetap mencintai adiknya.
"Hah," Ming Yue pura-pura terkejut, sesungguhnya ia tau jika Pangeran Zhang menyimpan rasa untuk pemilik tubuh ini lewat dari perhatian yang ia ingat.
"Maksud mu?"
"Hais, kau mudah tertipu. Aku hanya becanda." Ucap Pangeran Zhang menyenggol lengan Ming Yue. Sebenarnya di hatinya, ia ingin mengutarakan perasaanya. Tapi, ia takut jika Ming Yue mengetahuinya akan menjaga jarak dengannya. Karna ia tau jika hati Ming Yue sepenuhnya untuk Putra Mahkota Wang.
"Sebenarnya aku tau, kau menyimpan rasa untuk pemilik tubuh ini. Tapi pemilik tubuh ini lah yang bodoh." batin Ming Yue.
Sementara di semak-semak terlihat wajah ketidaksukaan saat mendengarkan ucapan Pangeran Zhang. Tatapan tajam yang membuat siapa pun akan langsung menciut. Mata yang seperti se ekor harimau itu. Menatap kedua orang di depannya itu yang lumayan tak jauh dari jaraknya. Seakan-akan ingin menerkam Pangeran Zhang hidup-hidup.
"Huh, untung hanya bercanda. Jika beneran sudah aku robek mulutnya." Gumam Putra Mahkota Wang langsung pergi dari semak itu dan berjalan menuju kediamannya di ikuti sang Kasim dan para pelayan nya yang mengawasinya dari jarak jauh.
"Baiklah, Adik kecil kau harus tidur." Seperti biasanya. Dia akan mengelus kepala Ming Yue dengan penuh kasih sayang.
Ming Yue menjawab dengan mengangguk disertai senyuman di bibirnya.
"Aku akan mengantarkan mu." Ucapnya mengikuti Ming Yue dari belakang. Sesekali Ming Yue menoleh ke belakang membuat Kedua tertawa. Pangeran Zhang pun memilih berdampingan dengan Ming Yue agar lebih leluasa memandangi wajahnya.
Mereka pun ber iringan menuju pavilium Ming Yue. Di temani angin malam yang menyejukkan pembicaraan mereka. Sesekali Pangeran Zhang mengingat Ming Yue kecil yang mudah menangis. Rasanya ia sangat bahagia menggoda pujaan hatinya itu.
Tak terasa perbincangan mereka, percandaan mereka telah usai. Saat Ming Yue telah sampai di pavilium nya.
"Adik, bisakah besok pagi kita bertemu." Ucap Pangeran Zhang dengan penuh harap.
"Hem, boleh. Dengan senang hati." Jawab Ming Yue. Ia mengakat tangan kanannya dan melambaikannya. Pangeran Zhang bingung apa yang di lakukan Ming Yue. Namun ia menuruti seperti Ming Yue lakukan.
"Pangeran, hati-hati." Ujar Ming Yue tersenyum lembut.
Deg
Detak jantung Pangeran Zhang bertambah cepat. Baru kali ini dia mendengarkan Ming Yue menyuruhnya berhati-hati. Perhatian kecil itu membuat air matanya menggenang. Ia rindu, sangat merindukan Ming Yue. Rasanya ia ingin memeluknya, mendekapnya begitu erat.
"Apakah aku terlambat memiliki mu?" Gumam Pangeran Zhang menatap nanar ke arah pintu kediaman Ming Yue.
Pangeran Zhang berbalik, meninggalkan kediaman Ming Yue menuju kediamannya. Setiap langkahnya tak lepas dari senyuman di bibirnya. Malam ini, malam yang paling berarti selama hidupnya. Tak akan pernah ia lupakan sedikit pun.
Sedangkan disisi lain, Putra Mahkota Wang yang sedari tadi hanya mondar mandir tidak jelas. Membuat sang Kasim dan pengawal setianya merasa pusing. Rasanya mereka tidak pernah melihat wajah cemas Putra Mahkota Wang.
"Ada apa dengan Putra Mahkota?" batin keduanya.
"Apa yang membuat Putra Mahkota khawatir?" Tanya Kasim Yin memberanikan diri.
"Seharusnya aku menyuruh Sansan mengawasinya." Jawab Putra Mahkota Wang yang masih mondar mandir membuat kedua laki-laki di hadapannya saling menatap. Tidak biasanya Putra Mahkota terlihat khawatir dan frustasi. Apa lagi ada Selir Mei yang berdiri di sampingnya, menemaninya setiap saat. Rasanya tidak mungkin jika bukan mengkhawatirkannya. Dimana ada Putra Mahkota Wang di situ ada Selir Mei. Kedua insan itu seakan tak bisa di pisahkan oleh siapa pun.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments
Binti
harusnya pangeran Zhang putra mahkotanya kok malah adiknya
2024-08-17
0
Neng Niehan
pangeran Zhang aja deh jodoh x biar kapok tu laki
2022-02-18
4
USU MINN
Dlm sistem pemerintahan mana2 maharaja seharusnya putera sulung yg mgganti tahta ayahandanya...tp bisa aja ķok dlm novel
2021-11-16
0