"Apa sudah pagi ya, aku masih ngantuk." Ujar Kamelia. Ia kembali menarik selimutnya tanpa melihat ke arah sang pelayan.
"Putri, Putri harus bangun. Permaisuri akan mengunjungi Putri." Dengan sabarnya pelayan Lu membangunkan sang Putri yang tak biasanya dengan kata mengantuk. Biasanya dia akan bangun sendiri tanpa di bangunkan. Untuk kali ini dia memakluminya karena junjungannya masih ke adaan sakit.
Seketika mata Kamelia terbuka, terbangun gelagapan, menatap pelayan setianya dengan tatapan tak percaya. "Hah, kok bisa ?"
"Tentu bisa, bukankah putri sudah koma selama tiga hari. Bahkan Permaisuri dan Yang Mulia pernah menjenguk putri." Jelas pelayan Lu dengan lembut.
Kamelia memijat keningnya, entah apa yang harus ia bicarakan. Kegugupan pun mulai melanda hatinya. Siap dan tak siap, ia harus bertemu dengan Permaisuri Bai Lu.
"Siapkan aku air."
Untung aku pernah membaca novel dan nonton drama korea.
"Airnya sudah hamba siapkan putri." Sahut pelayan Lu.
"Tunjukkan tempatnya." Kamelia turun dari ranjangnya, ia melangkah keluar kediaman dengan arahan pelayan Lu yang akan membawanya ke tempat pemandian.
Sampailah ia di sebuah ruangan di penuhi lilin yang menyala sebagai penerang ruangan itu dan sebuah kolam yang luas di penuhi kelopak bunga mawar merah. Di pinggir kolam itu terdapat dinding yang di tanami oleh macam bunga mawar.
"Waw .."
Kamelia mendekati ke arah dinding itu dengan menatap takjub.
"Apa putri sangat menyukainya ?" tanya pelayan Lu tersenyum melihat junjungannya menatap takjub tempat pemandian yang khusus di buat untuknya.
"Sungguh, aku sangat menyukainya."
Jika begini pun aku betah berlama-lama disini.
"Kalian keluarlah,"
"Maaf putri, hamba akan membantu membersihkan tubuh putri."
"What??"
Para pelayan saling menatap aneh, ketika Kamelia mengeluarkan kata modern.
"Ehem, maksudku kalian boleh pergi. Aku bisa melakukannya sendiri." Kamelia mengeluarkan senyuman nya, menutupi ke gugupan nya karna salah bicara.
"Tapi putri."
"Kalian ingin membantah?" Kamelia menatap dingin para pelayan nya.
"Ti, ti, tidak putri. Kami akan keluar." Pelayan itu pun beriringan keluar dari tempat pemandian Kamelia.
Setelah para pelayan pergi, Kamelia terkikik sendiri melihat para pelayannya ketakutan. Tidak ada salahnya dia merasakan menjadi seorang Putri yang di layani. "Sebaiknya aku menikmati kehidupan disini, sepertinya menyenangkan."
Kamelia melepaskan hanfu putih polosnya, lalu menuruni tangga kolom itu. Sesekali Kamelia menenggelamkan tubuhnya, menikmati air segar yang membasahi seluruh tubuhnya.
Kamelia mengambil hanfu putih di atas meja yang telah di siapkan oleh para pelayan. Ia keluar dari ruangan itu menuju ke kediamannya.
Kini ia di rias oleh para pelayannya sesuai dengan riasan seperti biasa. Memakai hanfu kuning dan ada mahkota yang bertengger di atas kepalanya.
"Hormat hamba, putri. Putri di tunggu oleh Permaisuri."
Kamelia menatap bayangan wajahnya di cermin nya. Aku Li Ming Yue dan bukan lagi Kamelia.
Dalam hatinya, ia bertekad akan membuat pemilik tubuh ini bahagia, sesuai dengan keinginannya.
Setelah selesai Ming Yue menuju ke arah ruangan. Ia melihat seorang wanita sangat cantik. Meskipun tubuhnya tak lagi muda. Namun aura kecantikannya masih terpancar di wajahnya. Bahkan ia sempat melongo melihat wanita di depannya. Ternyata wanita zaman dulu sangat menjaga kecantikan tubuhnya.
"Putri kenapa melamun?" Tanya wanita itu tanpa membuyarkan lamunan Ming Yue.
Cantik..
Permaisuri Bai Lu yang mendengarkannya, tersenyum.
"Terima kasih Putri." Ucap Permaisuri Bai Lu dan memeluk Ming Yue. Seketika Ming Yue tersadar akan lamunannya.
"Permaisuri."
Permaisuri melepaskan pelukannya dan menuntun Ming Yue menuju kursi, di depannya telah banyak hidangan yang mampu membuatnya menelan air liurnya.
kruyukk
Seketika wajah Ming Yue menahan malu, karna ia sungguh sangat kelaparan. Setelah tiba di dunia antah berantah ini. Ia tidak pernah makan apa pun.
"Baiklah, kita makan dulu."
Ming Yue tersenyum kikuk dan mengambil berbagai macam hidangan. Kini piringnya telah di penuhi berbagai macam sayuran, beserta ikan dan daging ayam.
Ming Yue tidak memperdulikan tatapan Permaisuri yang terkejut melihat piringnya. Baginya, mengisi perutnya adalah hal terpenting untuk saat ini. Tanpa basa basi lagi Ming Yue melahap makanannya dan merasakan kelezatan yang tak pernah ada di zaman modern.
Tak terasa makanan di piringnya ludes tanpa tersisa. Ia ingin sekali menambah, tidak tega dengan sisa hidangan di depannya. Namun perutnya tak muat melahapnya kembali.
Ah, sial ! kenapa kebiasaan lama ku juga ikut.
"Putri apa tidak apa-apa?" Tanya Permaisuri Bai Lu menatap khawatir.
"Cepat panggilkan Tabib." Teriak Permaisuri Bai Lu.
"Tunggu, Permaisuri. Ini hanya kebiasaan saja." Cegah Ming Yue yang merasa malu. Wajahnya bak kepiting rebus yang siap di santap.
"Tapi Ibunda khawatir."
"Tidak Ibunda, hamba tidak apa-apa?" Cegah Ming Yue dengan tatapan iba.
Permaisuri Bai Lu menatap heran, semenjak makan bersama pertama kalinya. Ia tidak pernah melihat menantunya itu cegukan setelah makan. Ia pun mengalah karena tidak tahan dengan matanya yang berkaca-kaca.
"Hem, baiklah." Permaisuri Bai Lu tersenyum. "Mari kita ke taman." Ajak Permaisuri Bai Lu.
Selama di perjalanan, Ming Yue mengembangkan senyumannya tanpa mengatakan apa pun. Hingga langkah kaki mereka berhenti di taman istana. Bunga sakura berjejeran rapi mengelilingi taman itu dan tidak luput dari berbagai macam bunga mawar serta bunga Mei Hua. Menambah keindahan dan kenyamanan taman istana.
Ming Yue menatap sekeliling taman istana berdecak kagum. Sungguh tak percaya, ia bisa merasakannya sendiri dan menikmatinya.
"Ehem, putri bagaimana keadaan mu ?" Tanya Permaisuri Bai Lu. Setelah mendengarkan kabar Putri Mahkota sadar, ia sangat gembira dan langsung memintanya sarapan pagi bersama.
"Ah, iya hamba baik-baik saja Ibunda." Jawab Ming Yue.
"Ibunda, sungguh khawatir dengan keadaan mu."
"Tidak apa-apa Ibunda. Hamba sudah sehat." Ucap Ming Yue memperlihatkan otot lengannya yang tidak menonjol.
Permaisuri Bai Lu menatap aneh akan sifat menantunya yang berubah. Biasanya ia akan bersikap manja dengannya dan tidak merasa canggung.
"Apa putri merindukan Putra Mahkota ?"
"Tidak !" jawab Ming Yue dengan santainya. Ia langsung menutup mulutnya.
Ah, sial ! kenapa bisa cerocos saja ni mulut.
"Ibunda." Sapa seseorang yang membuat mereka menoleh.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments
RossyNara
/Good//Good//Good/
2024-03-08
0
Karebet
👍👍👍👍👍👍
2022-09-27
0
yudi
🌹
2022-03-11
0