"Paman, sudah kubilang untuk menungguku selesai makan. Kenapa paman menumpahkan makananku?" Yue menatap pria besar dengan lembut.
"Hmm?" pria besar itu mengkerutkan keningnya. "Sudah aku bilang kau akan mendapatkan lebih dari ini jika kau mau ikut dengan tuan muda Gao. Dia bisa... " ucapannya terhenti ketika Yue menginjak kakinya hingga terdengar suara retakan.
Xiao Li dan rombongan itu sama-sama meringis mendengar suara retakan tersebut. Tak ada satupun yang mengira bahwa gadis kecil itu memiliki kekuatan setara pendekar kelas dua.
"Ouchh.. Nak besar juga kekuatanmu" pria besar itu meringis pelan sebelum tertawa lantang. Ia merasa dipermainkan oleh Yue.
"Mohon maaf, tuan. Kami sedang makan dan tidak mengganggu aktivitas kalian semua. Mohon tidak mengganggu muridku" Xiao Li bangkit dari duduknya berharap pria besar itu dapat diajak negosiasi.
Diluar dugaan, sebelum pria besar bereaksi, Yue kembali menghajar pria tersebut hingga termundur beberapa langkah. Tak menghiraukan reaksi Xiao Li dan yang lain, Yue terus memukuli pria didepannya secara membabi buta.
Situasi yang diharapkan Xiao Li agar selesai dengan negosiasi hilang oleh muridnya sendiri. Xiao Li hanya bisa menganga ditempatnya berdiri, ia tak habis fikir jika Yue akan semarah itu perihal makanan yang ditumpahkan. Padahal makanan yang jatuh hanya tinggal beberapa sendok saja.
"Kurangajar! Nak apa kau tidak tahu siapa kami?" bentak pria besar kehilangan kesabarannya. "Tuan Muda Gao berasal dari keluarga besar Ying" teriaknya menghempaskan aura pembunuh membuat Yue terduduk lemas.
"Yue'er " Xiao Li tercekat ketika melihat Yue terduduk lemas.
"A-apa dengan status bangsawan kau akan menyia-nyiakan makanan begitu saja? Apa kau tak tahu berapa banyak orang kelaparan diluar sana?!" teriak Yue dengan penuh amarah.
Bukan tanpa alasan, Yue pernah mengalami situasi seperti itu. Berhari-hari ia dan keluarganya tidak makan. Maka dari itu, Yue sangat membenci orang yang suka membuang-buang makanan, apalagi tepat di depan matanya. Meskipun menyadari kekuatannya belum cukup untuk melawan pendekar didepannya, Yue tidak merasa takut sedikitpun.
"Hahaha.. Rupanya mantan gembel, pantas saja kau sangat marah hanya karena sedikit makanan yang tumpah." gelak tawa terdengar menggema dalam kedai tersebut.
Merasa geram karena muridnya terluka, Xiao Li berdiri menatap pria besar itu lalu tersenyum. Seiring mengembangnya senyuman Xiao Li perlahan-lahan kedai tersebut terasa pengap. Bahkan rombongan Gao Ying yang cukup jauh merasakan sesak nafas yang semakin menekan mereka.
"Aura Suci?!" gumam Gao Ying pelan namun berhasil mengejutkan seisi kedai.
Aura suci merupakan aura terkuat dalam seni bela diri. Aura suci memiliki keistimewaan sendiri, dimana hanya keturunan suci dan orang-orang tertentu saja yang mampu melatih aura ini.
Berbeda halnya dengan aura pembunuh, dimana semua orang mampu mendapatkan aura tersebut dengan cara membunuh. Baik aliran putih maupun hitam tak akan luput dari aura pembunuh sebab tak mungkin terhindar dari peperangan.
Namun ada beberapa cara yang dapat menyembunyikan aura pembunuh. Sehingga para pendekar dari aliran putih tidak akan dipandang haus darah karena memiliki aura pembunuh terlalu kental.
"Maafkan kelancangan bawahanku pendekar. Saya akan menegurnya saat tiba di kediaman, mohon pendekar bermurah hati memaafkan kelancangannya" Gao Ying yang menyadari status dan kemampuan Xiao Li segera menghampirinya dan meminta maaf. Ia sadar tak akan berakhir baik jika menyinggung orang keturunan suci.
"Ayo pergi Yue'er " Xiao Li menuntun Yue tak lupa membayar pada pemilik kedai untuk makanan dan kerusakan yang terjadi.
"Guru, apa kau marah padaku? "Yue melirik Xiao Li yang tengah memapahnya.
"Kita bicarakan saat tiba di penginapan" Xiao Li mempercepat langkahnya.
Setibanya di penginapan keduanya masuk ke kamar, karena hanya tersisa satu kamar akhirnya mereka hanya bisa tinggal berdua.
"Yue apa kau sadar apa yang kau lakukan barusan?" Xiao Li menatap Yue dengan tajam.
"Maafkan Yue,guru. Yue hanya tak ingin ada makanan yang terbuang, yue tahu betapa berharganya sebuah makanan" Yue menjawabnya dengan menundukan kepala, ia mencoba menahan genangan air matanya agar tak jatuh. Yue mengepalkan tangannya sekeras mungkin berusaha meredam rasa sedih dan marahnya.
Xiao Li mengerti apa yang dimaksud oleh Yue, ia juga tak tega memarahi Yue karena tak bisa melihat situasi. Xiao Li memaklumi karena usia Yue masih begitu muda.
Xiao Li menarik Yue agar mendekat padanya, Yue tak kuasa lagi menangan tangisnya. Xiao Li semakin mengeratkan pelukannya berharap Yue bisa kembali tenang. Seberapa tenangnya seorang anak tetaplah anak-anak, apalagi anak perempuan.
Tangisan Yue semakin pecah pelukan Xiao Li mengingatkannya pada sang kakak. Saat Yue sedang tertekan atau merasa lelah, kakaknya akan siap siaga menenangkannya. Pelukan kakaknya adalah obat bagi segala rasa yang Yue alami.
"Sudahlah, guru juga tidak menyalahkanmu. Guru hanya khawatir kau terluka karena perbedaan kekuatan kalian. Kelak saat Yue'er sudah sangat kuat, kau bebas melakukan apapun selama tidak menyakiti diri sendiri" Xiao Li menghapus air mata Yue dengan lembut.
Dibalik sifat Xiao Li yang kadang menyebalkan bagi Yue, Xiao Li memiliki sisi lembut terhadap anak-anak dan wanita.
"Maafkan Yue" Yue menunduk berharap Xiao Li tak marah lagi padanya.
"Baiklah tak apa. Tidurlah, besok kita pergi mencari senjata yang cocok untukmu" Xiao Li mengelus kepala Yue lembut.
Yue menuruti perintah gurunya segera berbaring. Sedangkan Xiao Li meninggalkan penginapan setelah memastikan Yue tertidur lelap. Xiao Li berniat mendatangi kediaman kepala desa. Ia yakin rombongan Gao Ying akan beraksi malam ini.
Setibanya disana, Xiao Li menyembunyikan aura keberadaannya. Beberapa pembunuh bayaran dan pendekar aliran hitam tampak mengepung kediaman kepala desa.
"Shen Shui, menyerah saja secara baik-baik agar aku tak melakukan kekerasan. Bagaimanapun juga aku merasa kasihan melihat kondisimu yang seperti ini. Takutnya sekali pukul, nyawamu melayang" Gao Ying duduk didepan tempat kepala desa terbaring.
"Gao Ying, apa yang membuatmu samapai bertindak seperti ini?" tanya kepala desa lembut.
"Eemmm.. Karena sebentar lagi kau akan mati, jadi tak apa biar kuberi tahu. Keluarga Ying hendak menaikkan posisinya menjadi bangsawan besar. Namun kaisar sialan memberikan syarat yang konyol. Keluarga Ying harus membantu beberapa desa yang terkena dampak di Padang merah dan membantunya bangkit lalu menjadi kepala desa yang baru. Bukankah itu gila?" Gao Ying menceritakan perintah kaisar sebagai syarat pengajuan kedudukan.
"Bodoh! Itu tidaklah gila. Itu perilaku yang sangat terpuji, kau membantu banyak korban dan kembali menghidupkan harapan padang merah." Kepala desa terkejut mendengar penjelasan Gao Ying. "Lalu apa hubungannya denganku?" Kepala desa merasa tak ada hubungannya antara padang merah dan desa shui.
"Hahaha.. Hanya orang bodoh yang akan mengikuti syarat bodoh seperti itu. Yang terpenting aku menjadi kepala desa maka padang merah tak perlu lagi terlibat." Gao Ying menatap kepala desa Shui dengan sinis. "Dan kau satu-satunya yang bisa kujadikan alasan penurunan jabatanmu. Akan kuceritakan bahwa kau sudah tak sanggup menjadi kepala desa karena kondisi yang kritis" Gao Ying tertawa bahagia melihat ekspresi Kepala desa yang sulit digambarkan.
"Matilah!" Gao Ying melesat dengan pedangnya hendak menghabisi nyawa kepala desa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments
โโคออโฅโโโ๐แดนแดฟแญยฐKnightโนโน๐ฆ โขเฟ
Ada sedikit bawang nich saat Li memeluk dan menenangkan Yue yang nagis
2024-01-18
4
An Lin
up up up/Angry//Angry/
2023-12-27
2
Li yang
smngat nyai/Determined//Determined//Determined//Determined/
2023-12-27
3