"Mimi. Apa ini? Apa yang terjadi?" Yue terkejut bukan main. Pasalnya, darah yang membuatnya terpeleset menggenang di seluruh kamar Yukimi.
"K-kakak Yue, i-ituuu... " Yukimi menunjuk ke arah jendela dengan tubuhnya yang masih bergetar hebat.
Terdapat tiga kendi dengan ukuran cukup besar pecah berkeping-keping. Disekitarnya terdapat organ-organ dalam manusia berserakan bercampur bubuk kendi yang pecah. Pemandangan itu sontak membuat Yue sedikit mual. Yue mencoba menahan rasa mual itu sekuat tenaga, khawatir Yukimi semakin syok.
"Tidak apa-apa, mimi. Keluarlah panggil guru" Yue menjulurkan tangannya meraih Yukimi yang masih diam mematung dengan tubuh yang bergetar hebat.
Yukimi mencoba mengendalikan dirinya, ia menarik nafas dalam-dalam. Kemudia berlari sekuat tenaga mencari gurunya.
"Guru... Guru.. " teriak Yukimi disepanjang jalan, tak peduli orang-orang melihatnya keheranan.
"Mi'er, ada apa?" tanya Xiao Li mendengar dirinya dipanggil sejak tadi namun ia tak menoleh sedikitpun.
"G-guru, to-tolong.. Ka-kakak Yue..." ucapan Yukimi terbata-bata akibat kelelahan.
Jarak antara pusat misi dan kediaman Xiao Li memang terbilang jauh. Apalagi saat itu Yukimi dalam keadaan Syok.
Mendengar nama Yue disebutkan, Xiao Li dan Han Luan terperanjat segera berbalik menatap Yukimi. Melihat darah membasahi pakaian Yukimi membuat keduanya semakin terkejut.
"Mi'er, apa yang terjadi? Ada apa denganmu? Yue'er dimana?" beruntun pertanyaan menghujani Yukimi yang tengah terbatuk-batuk tersedak nafasnya sendiri.
Tanpa menunggu jawaban Yukimi, Xiao Li berlari sekuat tenaga menuju kediamannya. Han Luan membantu Yukimi untuk kembali ke kediaman Xiao Li.
"Tetua Li, ada apa buru-buru?" tanya orang-orang yang berpapasan dengannya namun tak mendapat jawaban dari Xiao Li.
"Tetua Li..." panggil Lan Tao ketika melihat Xiao Li melintas,namun ia tak sempat bertanya karena Xiao Li berlari sangat cepat.
"Han, ada apa dengan Tetua Li?" Lan Tao bertanya pada Han Luan yang mengikuti Xiao Li sejak tadi.
Han Luan berhenti dan memberi hormat pada Lan Tao sebelum menjawab. "Aku juga tidak tahu, tapi sepertinya ada sesuatu yang terjadi di kediamannya" Han Luan melirik Yukimi yang pingsan dalam gendongannya.
Lan Tao memutuskan untuk ikut ke kediaman Xiao Li untuk mengetahui apa yang terjadi. Ini pertama kalinya Lan Tao melihat Xiao Li secemas itu, Xiao Li dikenal paling bijak di antara para tetua meskipun tempramennya cukup buruk bahkan lebih terkesan konyol jika sudah akrab dengannya.
"Yue'er... Yue'er... Jawab guru, dimana kamu? Yue'er... Yue'er ..." Teriak Xiao Li saat memasuki area kediamannya. Xiao Li tak berhenti berteriak ketika membuka semua pintu yang ia lihat.
"Yue'er !!!" teriak Xiao Li tersentak melihat genangan darah yang sudah mengalir ke ambang pintu kamar Yukimi.
Yue tersentak dari lamunannya ketika Xiao Li berteriak di ambang pintu. Yue menyimpan kain pel yang ia pegang sejak tadi, ia berniat menghampiri Xiao Li yang tengah mematung beberapa saat di ambang pintu.
โXiao Li segera menghampiri Yue dan memeluknya dengan erat melihat Yue susah payah berdiri karena badannya yang masih bergetar. Tatapan mata Yue terlihat kosong, sebelum akhirnya Yue menangis dipelukan Xiao Li.
Han Luan dan Lan Tao menghampiri keduanya. Mereka sama terkejutnya melihat Yue bersimbah darah, mereka mengira telah terjadi sesuatu pada Yue.
'Tetua Li sepertinya sangat menyayangi Yue'er.' batin Lan Tao tersenyum melihat kecemasan Xiao Li.
"Sudah, tidak apa-apa Yue'er. " Xiao Li melepas pelukannya menyeka air mata Yue dengan lembut.
"G-guru... Sa-saat desa Yue dibakar, Yue melihat ini di sepanjang jalan. Apa o-orang tua Yue juga mati seperti itu?" tanya Yue terputus-putus akibat sesak karena menangis.
Xiao Li merasa hatinya tersayat melihat Yue bersedih sedalam itu. Ia baru menyadari bahwa Yue selama ini menutupi traumanya seorang diri. Yukimi tersadar dari pingsannya masih dalam pelukan Han Luan.
"Tidak, Yue'er. Lupakan kejadian itu, orang tua Yue'er pasti sudah bahagia di atas sana. Mereka akan sedih jika Yue'er masih berduka atas kepergian mereka" ucap Xiao Li berusaha menenangkan Yue dengan lembut.
Xiao Li, Han Luan dan Lan Tao menyadari, seberapapun kuatnya Yue, ia masihlah anak berusia 10 tahun. Dengan trauma sebesar itu di usianya yang masih begitu belia, bukan hal mudah untuk menyingkirkannya.
Terutama bagi Xiao Li, ia sangat memahami kondisi Yue. Karena waktu kecil, Xiao Li mengalami hal yang hampir sama dengan Yue. Han Luan bahkan menatap Xiao Li dengan sendu, ia mengerti posisi Xiao Li sendiri tidak sepenuhnya tenang. Masalalu akan selalu membayangi keduanya, dan hanya Han Luan yang mengetahui rahasia itu..
"Mereka jahat pada Yue, tapi Yue sayang mereka. Yue sangat sedih membayangkan jika mereka mati seperti itu" tunjuk Yue pada sebuah kendi besar berisi organ-organ tadi yang sudah Yue kumpulkan.
Xiao Li dan yang lainnya menutup mata tak tega melihat tumpukan organ tersebut. "Sudah-sudah, Yue'er tak boleh sedih lagi. Yue'er sudah memiliki keluarga baru, ada guru, Mi'er, Kakek Shui, Tetua Lan Tao dan paman Han yang menyayangi Yue sekarang" tunjuk Xiao Li pada Han Luan dan yang lainnya.
Miu menghampiri Yue perlahan-lahan. Ia terbangun dari tidurnya karena mencium bau amis darah yang sangat pekat. "Ada aku juga yang akan melindungimu, tuan" bisik Miu berhenti di depan Yue.
"Lihat, Miu juga jadi khawatir melihatmu menangis" Xiao Li mengelus kepala Miu dengan lembut. "Sekarang pergilah ganti pakaianmu, biar guru yang membersihkannya" ucap Xiao Li dengan lembut.
Xiao Li meminta Yukimi untuk menemani Yue. Miu memilih diam disitu, ada sesuatu yang ingin ia sampaikan pada Xiao Li tapi ia merasa ragu. Jika Miu berbicara pada Xiao Li dengan lancar maka identitasnya akan diperhatikan oleh Xiao Li.
Setelah peperangan batin akhirnya Miu memutuskan untuk berbicara dengan Xiao Li. 'Hei Xiao jelek! Aku ingin bicara denganmu tapi usir dulu dua semut yang kau bawa itu' ucap Miu mengirim transmisi suara pada Xiao Li.
Xiao Li terkejut mendengar suara di dalam kepalanya. 'Miu?' tanya Xiao Li dengan ragu.
'Cepat, aku tak bisa menggunakan transmisi suara terlalu banyak dengan kekuatanku sekarang' ucap Miu sekali lagi membuat Xiao Li tersadar.
"Tetua Lan, Han, maaf telah mengejutkan kalian. Aku terlalu cemas pada Yue, entah kenapa aku merasa sangat takut kehilangan Yue" ucap Xiao Li merasa telah merepotkan keduanya.
"Tidak apa-apa, Tetua Li. Aku mengerti, kalau begitu aku pamit dulu" sahut Lan Tao pamit terlebih dahulu.
"Yue sudah seperti anakmu saja" celetuk Han Luan tanpa memperhatikan ekspresi Xiao Li dan berlalu begitu saja.
"Seorang anak? Apakah aku pantas menjadi ayah angkatnya?" gumam Xiao Li pelan.
"Sudah jangan melamun. Kau harus menjelaskan padaku tentang musuh bebuyutanmu" sentak Miu membuyarkan lamunan Xiao Li.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments
Li yang
bawang duh bawang/Sob//Sob/
2024-01-13
1
An Lin
hmm hmm
2024-01-08
1