「Hᴀʟғᴇɴ Lᴀʙoʀᴀтoʀιuм」

Saat memasuki balaikota, kebetulan mereka berpapasan dengan Astrid. Astrid, asisten walaikota itu segera menghentikan ketiga remaja itu dan memintanya mengikuti dirinya.

“Mohon ikut saya, kita ke ruang pertemuan rahasianya. Saya akan memandu kalian untuk kali ini.”

“Woah! Ruang pertemuan rahasia?!” kagum Jack. Matanya berbinar-binar entah mengapa. Yang ada hanyalah, kedua teman di sebelahnya merasa jijik dengan sikapnya itu.

“Ee ...  iya Tuan Jack. Mari!” ajak Astrid. Merekapun segera menuju ke lift. Tiba di lift, semuanya langsung masuk begitu lift sudah membuka pintunya.

“Nona Astrid, mengapa anda yang mengantar kami?” tanya Jack polos. Semuanya menatap kesal ke Jack, kecuali Astrid.

“Ahaha, tentu saja. Karena saya dipercaya oleh tuan Locius,” jawab Astrid tetap ramah.

“Tentu saja karena dia orang kepercayaan Pak Walikota, bodoh! Begitu saja masih ditanyakan!” omel Lily lalu memukul keras kepala Jack. Jack merintih sebelum menanggapi.

“Malu bertanya, sesat di jalan…”

“Banyak bertanya malu-maluin!”

“Pertarungan antar bocil …” batin Rendy.

“Baik kita sudah sampai!” Pintu lift membuka perlahan. Ketiga mulut remaja itu membuka lebar.

“Kok kita ke sini lagi?” tanya Jack bingung.

“Sudah kita ikuti saja arahan pemandunya, bawel!” ucap Rendy meninggalkan Jack mengikuti Astrid yang sudah berjalan lebih dahulu.

“Nona Astrid, apakah kita akan ke ruang kerja Pak Locius?” tanya Lily. Nona Astrid tersenyum dan mengangguk pelan.

“Jangan bilang …”

“Apa Anda sudah merasakannya? Namun bukan di ruangan saya, tuan Rendy.”

“Oh … Berarti aku hanya salah sangka.”

Sampai di ruang kerja, Locius tidak ada di sana. Astrid menjelaskan bahwa beliau sedang beristirahat yaitu makan siang. Astrid menuju ke rak buku yang menempel di tembok belakang sofa. Pemuda-pemudi itu semakin bingung.

“Hah? Jangan bilang, di situ ...” gumam Rendy. Astrid menyengir dan menarik salah satu buku sebelum rak itu tenggelam dan membuka lift rahasia.

“Ayo masuk …” Mereka kembali menaiki lift, tapi kali ini ke arah bawah.

Astrid menjelaskan, bahwa mereka menuju ke Halfen Laboratorium. Halfen Laboratorium adalah pusatnya para ilmuwan yang membuat berbagai penemuan yang membuat Halfen Island maju sampai sekarang.

Halfen Lab seluas kota Indonesia, dan kedalamannya nyaris menyentuh inti bumi. Dan keberadaan tempat itu hanya beberapa orang yang mengetahuinya.

Bahkan jika ditotalkan seluruh karyawan balaikota, yang mengetahui hanyalah Astrid dan Locius sendiri.

Akses memasuki tempat itu juga terbatas. Bahkan para ilmuwan di sana jarang ada yang berpulang ke permukaan. Karena takut akan ada kebocoran informasi. Mereka dibuatkan asrama dengan fasilitas setara dengan hotel bintang lima sekalipun.

Kebutuhan mereka juga terjamin, di sana ada kantin dan ada market untuk mereka.

Mendengarkan penjelasan wanita itu, para remaja itu terkagum-kagum. Dan menyadari bahwa sebenarnya kota mereka cukup kaya untuk hal itu. Astrid hanya bisa tertawa mendengar tanggapan anak-anak itu.

“Kita sampai!!”

“Fyuh … lama juga menuruni seluruh lantai HL ini …” keluh Lily.

“Hah? HL?” tanya Jack.

“Ya, daripada susah-susah menyebut Halfen Laboratorium, lebih baik disingkat HL saja,” jawab Lily. Kedua lelaki mengangguk-angguk paham.

“Nah, saya hanya bisa mengantar sampai sini. Saya dilarang melebihi batas lift ini. Di sini kalian akan dipandu oleh salah satu orang di sini,” jelas Astrid lalu segera pergi ke atas.

“Mana orang yang dia maksud?” tanya Rendy. Mata mereka beredar mencari orang tersebut. Lalu berhenti di satu titik.

“Maaf anak-anak! Saya terlambat! Mari ikut saya!” Seorang pemuda yang terlihat sedikit lebih tua dari mereka berlari mendekat. Napasnya tersengal-sengal, seusai berlari.

“Apa Anda yang akan memandu kami?” tanya Lily.

“I … ya!” jawabnya.

“Anda siapa?” tanya Jack melihat wajah pria itu yang menunduk ke bawah.

“Ah, maaf atas kelancangan saya. Perkenalkan nama saya Benedict, panggil saja Ben.”

“Apa namamu hanya Benedict?” tanya Jack.

“Saya lahir di sini, jadi saya tidak memiliki nama akhir. Hanya Benedict,” jelas Ben. Setelah mengangguk paham, keempat orang itu berjalan menuju ke ruangan yang dimaksudkan.

Sampai di belokan terakhir, anehnya adalah di ujung jalan adalah buntu hanya ada tembok putih.

“Kenapa, kita lewat jalan buntu?” tanya Lucy. Ben tersenyum ramah.

“Kita lihat saja apa yang terjadi,” timpal Rendy seakan mengetahui sesuatu.

Ben mengeluarkan kartu, dan menempelkannya ke tembok. Seketika tembok itu membuka ke kanan dan kiri.

Di dalam pintu otomatis itu, ada ruangan yang terletak di tengahnya meja panjang dengan beberapa orang yang sudah menunggu di sana

“Lama sekali, sih?” gerutu lelaki berambut biru.

“Iya, sudah hampir satu jam duduk di sini. Tulang ekorku serasa akan remuk di sini!!” bisik seorang gadis dengan rambut coklat.

“Hey, coba lihat rambut putih anak di sana!” Ada seorang lagi berkomentar, ia memiliki rambut berwarna hitam dan berkacamata.

“A-apakah d-dia … anak dalam ramalan k-kuno itu?” timpal gadis berambut hijau.

“Tidak mungkin, tubuhnya kecil seperti keroco begitu mau jadi penentang dewa? Omong kosong!” elak si rambut biru.

Rendy yang menjadi pembicaraan hangat para hadirin hanya diam, seakan-akan tidak terjadi apa-apa. Ia menarik kursi terdekat dan duduk santai di sana. Jack dan Lily ikut duduk di kanan dan kiri dirinya.

“Ha-halo …” sapa gadis berambut hijau di sebelah Jack. Jack tersenyum ramah diikuti Lily, tidak dengan Rendy.

Setelah cukup lama menunggu, ada seorang wanita dengan tubuh yang sangat berbentuk, bahkan jika dibandingkan dengan orang yang suka bersemayam di tempat gym. Wanita itu menang telak, ototnya sangat padat di kedua lengannya.

“Halo anak-anak! Apakah semuanya sudah berkumpul di sini?” Suara wanita itu juga berat seperti fisiknya. Semua masih terdiam karena heran dengan wanita itu.

“Kenapa diam?” tanya wanita kekar itu sinis.

Semua langsung menelan ludah mendapatkan tatapan sinis nan menyeramkan itu. Lalu reflek memanggut-manggut dengan cepat.

“Bagus … akan saya jelaskan mengapa kalian dikumpulkan di sini.”

“Halah, tak perlu diberitahu pun aku sudah tahu … payah!” gumam si rambut biru dengan wajah kesal.

Wanita kekar di ujung depan meja itu menyengir kesal. “Saya tahu, mungkin ada beberapa yang masih belum tahu. Maka akan saya beritahu ulang tuk formalitas ya …”

“Baik, kalian dikumpulkan di sini. Dengan tujuan pelatihan khusus, em .. pelatihan istimewa, bagi kalian anak-anak istimewa. Yaitu kalian akan ditempa di sini tuk menjadi Demi-God dewasa.

Kalian tentu saja tahu bahwa kalian adalah seorang Demi-God kan?” Hendak para remaja itu menjawab mereka sudah terpotong kalimat wanita kekar tadi.

“Tak perlu dijawab. Lalu apa tujuan kalian ditempa menjadi Demi-God sempurna atau dewasa? Yaitu untuk melindungi bumi. Menjadi simbol dan pencipta perdamaian antar ras.

Di sini, kalian akan ditempa oleh beberapa pelatih. Salah satunya adalah aku, Bennetta. Any question?” jelas pelatih wanita yang ternyata memiliki nama Bennetta.

Tiba-tiba dengan cepat, satu tangan terangkat. “Saya ada pertanyaan, Pelatih. Apakah Anda dengan tuan Ben sepasang kekasih?” tanya pemilik tangan tadi, Jack.

Keadaan ruangan seketika hening sebelum berubah menjadi berat. Udara seketika sangat sulit untuk masuk ke hidung. Sesak rasanya di paru-paru untuk mengelola udara.

Pelatih Bennetta mendekati Jack dengan senyum ramah. Ia berdiri di sebelah kanan belakang Jack.

Bahkan Rendy, Lily, serta gadis rambut hijau yang tidak ada sangkut pautnya saja bergidik merinding dengan hawa keberadaan Pelatih satu itu.

BRAAKK!!

Tendangan telak menerjang Jack hingga melayang dan terbentur keras di tembok. Meninggalkan jejak remuk di tembok yang malang itu.

Saking dalam sekali tendangan lelaki merah itu tergulai tak sadarkan diri setelah memekik keras.

“Ada pertanyaan lain? Atau saya yang akan bertanya,” lanjut Pelatih Bennetta.

Semua sisa peserta menggeleng sekuat tenaga, demi keberlangsungan hidup mereka.

Para medis panggilan Tuan Ben segera masuk dan menggotong Jack dengan tandu mereka. Semua menelan ludah melihat salah satu rekan mereka pingsan dengan mulut penuh busa.

“Apakah kita akan berakhir seperti itu nantinya …” gumam Lily merinding.

“Asalkan jangan bodoh sepertinya tidak akan …” bisik rambut biru di sebelah Lily.

“Baik, tidak ada pertanyaan. Giliran saya yang bertanya.” Pelatih Bennetta berjalan perlahan ke tempat asalnya. Yaitu sudut ujung seberang pintu masuk.

“Siapa di sini yang belum berumur tujuh belas tahun?” tanyanya menggema. Ruangan sepi, bahkan suara napas masing-masing sampai terdengar.

“Tidak ada–” Akhirnya ada satu orang yang mengangkat tangannya tenang. Semua mata tertuju ke pemiliknya, Rendy.

“APAA??!!!!” Teriakan memenuhi udara. Pelatih Bennetta membelalak sempurna.

“Kak, jangan mengeluarkan Avra sebesar itu di depan anak-anak …”

“Hah?! Kak?!” teriak ketujuh remaja itu.

“Kalian pasti bercanda …” gumam lelaki biru.

“He?? Jangan bilang kalian sepemikiran dengan bocah merah tadi ya?”

Semua tersentak dan menggeleng melihat tatapan tajam Pelatih Bennetta.

“Jangan mentang-mentang inisial nama kami sama-sama huruf B, lalu kami adalah pacar? Apa muka kami kurang mirip, hah?”

Para remaja itu kembali menggeleng cepat, takut salah jawab mereka akan dikirim ke alam lain dengan segera.

“Yasudah … jadi sampai mana kita tadi …” ingat-ingat Pelatih Bennetta.

“Oh ya, hm, tentang tuan Rendy saya akan tanyakan dahulu ke tuan Locius.Kalian di sini silakan saling berkenalan.”

Pelatih itu segera pergi dari ruangan bersama tuan Ben yang ternyata adalah adik kandungnya.

“Wah, ini semua karena lelaki sialan itu!” omel rambut biru.

“Kita jadi ikut kena marahnya …” timpal gadis coklat.

“Sudahlah, kita perkenalan saja. Daripada pelatih datang dan kembali mengamuk?” ucap Rendy.

“Baiklah, dimulai dari aku! Hai, namaku Lilyanne Zeus. Putri Dewa Zeus, panggil saja Lily.”

“Sa-saya, Lawfinne Demeter. Putri Dewi Demeter, kalian dapat memanggil sa-saya Finne.”

“Aku Michael Muses. Putra Dewi Euterpe, salah satu dewi-dewi Muses. Panggil aku Mike.”

“Aku Stephanie Earth! Putri Dewi Gaia! Panggil saja Stephanie atau Phanie!!”

“Aku Blue Poseidon, putra Dewa Poseidon. Blue saja.”

“Irine–” Tiba-tiba Pelatih Bennetta masuk, mengejutkan semuanya.

“Tuan Locius memanggil Anda, Tuan Rendy.” Rendy segera berdiri dan menjauh dari meja. Namun ia berhenti sebentar dan menoleh ke belakang.

“Rendy Winter Frost, putra Dewi Anemoi Skeiron dan cucu Poseidon. Permisi,” pamitnya lalu pergi.

Terpopuler

Comments

Risma Farna

Risma Farna

Kok Lucy thor... Bknnya Lily ya??? 🤔🤔🤔🤔

2022-10-08

0

Aryfuu

Aryfuu

Saudara kandung disangka pasangan, akhirnya kena skakmat deh si Javk hehehe. Tetap semangat buat up ya kak.

Salam dari Teror dibalik Senyuman sama Aku, Kau, dan Buku Novel Ringan

2021-01-22

1

Alpha_X

Alpha_X

berarti Rendy anaknya blue

2020-12-02

4

lihat semua
Episodes
1 「Pʀoʟoԍ」
2 「Fᴇsтιvᴀʟ」
3 「Bᴀʟᴀικoтᴀ」
4 「Hᴀʟғᴇɴ Lᴀʙoʀᴀтoʀιuм」
5 「Aɴᴀκ Bᴀʀu」
6 「Bᴇʏoɴᴅ」
7 「Bᴇʏoɴᴅ (Pᴀʀт 2)」
8 「Avʀᴀ Tᴇsт」
9 「Avʀᴀ Tᴇsт (Pᴀʀт 2)」
10 [Próti Exétasi]
11 「Pʀóтι Exéтᴀsι」
12 「Pʀóтι Exéтᴀsι (Pᴀʀт 2)」
13 「Pʀóтι Exéтᴀsι (Pᴀʀт 3)」
14 「Pʀóтι Exéтᴀsι (Pᴀʀт 4)」
15 「Pʀóтι Exéтᴀsι (Pᴀʀт 5)」
16 「Aт Scнooʟ」
17 「Aт Scнooʟ (Pᴀʀт 2)」
18 「Aт Scнooʟ (Pᴀʀт 3)」
19 「Aт Scнooʟ (Pᴀʀт 4)」
20 「Aт Scнooʟ (Pᴀʀт 5)」
21 「Déғтᴇʀι Doκιмí」
22 「Déғтᴇʀι Doκιмí (Pᴀʀт 2)」
23 「Déғтᴇʀι Doκιмí (Pᴀʀт 3)」
24 「Déғтᴇʀι Doκιмí (Pᴀʀт 4)」
25 「Déғтᴇʀι Doκιмí (Pᴀʀт 5)」
26 「Uɴᴅᴇʀwoʀʟᴅ」
27 「Uɴᴅᴇʀwoʀʟᴅ (Pᴀʀт 2)」
28 「Uɴᴅᴇʀwoʀʟᴅ (Pᴀʀт 3)」
29 「Uɴᴅᴇʀwoʀʟᴅ (Pᴀʀт 4)」
30 「Tнᴇ Kιɴԍ Wᴀɴтᴇᴅ」
31 「Pʀoмιsᴇ」
32 「Pʀoмιsᴇ (Pᴀʀт 2)」
33 「Tнᴇ Sᴀмᴇ Tʀιcκ」
34 「Coʀvιɴᴀʟ, ZᴀɴQuᴇᴇɴ, ᴀɴᴅ Tнᴇ Hᴀʟғ-Eʟғ」
35 「A Fᴀтнᴇʀ」
36 「Tнᴇ Scʀᴇᴀм」
37 「Tнᴀт Cʟuᴇ」
38 「Bιԍ Cʀᴇᴀтuʀᴇ」
39 「Pʀoנᴇcт Oɴᴇ」
40 「Pʀoғᴇssoʀ Hᴀʀᴘᴇʀ」
41 「Pʟᴀɴ Iɴ Tᴇʟᴇᴘᴀтнʏ」
42 「Moтнᴇʀ」
43 「Hᴇcᴀтᴇ」
44 「Aκu? Lᴇʟuнuʀмu」
45 「Rᴀнᴀsιᴀ」
46 「Boᴅoн」
47 「Puʟᴀu Lιcιsιᴀ」
48 「Sιsтᴇʀ's Hᴇᴀʀт」
49 「Uנιᴀɴ ᴅᴀʀι Sι Pᴀɴᴅᴀι Bᴇsι」
50 「Kᴇнᴀɴԍᴀтᴀɴ」
51 「Gᴇʟᴀᴘ」
52 「Aʟтᴇʀ Eԍo」
53 「Aʀтᴇмιs」
54 「Pᴇɴcιᴘтᴀ」
55 「Bᴀɴтuᴀɴ, Bᴀɴтuᴀɴ, Bᴀɴтuᴀɴ!」
56 「Hᴀɴтu」
57 「Iɴsιᴅᴇ」
58 「Tᴀмu」
59 「Iмᴘosтoʀ」
60 「Towᴀʀᴅs Huмᴀɴ Dᴇsтʀucтιoɴ」
61 「Kᴇмuɴcuʟᴀɴ Dᴇмι-Goᴅ Lᴀιɴɴʏᴀ」
62 「Bᴀʟᴀs Dᴇɴᴅᴀм」
63 「I ᴀм Tнᴇ Nᴀмᴇʟᴇss」
64 「Cнᴀɴԍᴇ」
65 「Pᴇɴʏιнιʀ Yᴀɴԍ Bᴇʀoʀԍᴀɴιsᴀsι」
66 「Huтᴀɴ Kᴇκᴇʟᴀмᴀɴ」
67 「Kᴇʟᴀs & Tιɴԍκᴀтᴀɴ」
68 「Pᴇмʙᴀԍιᴀɴ」
69 「Sᴇɴιoʀ」
70 「Iᴅᴇɴтιтʏ」
71 「Tнᴇ Tнιʀтᴇᴇɴтн Zoᴅιᴀc」
72 「Sι Aʟʙιɴo」
73 「Tuנuᴀɴ」
74 「Pᴇɴԍuмuмᴀɴ Eɴᴅ S1」
75 Pengumuman S2!!
Episodes

Updated 75 Episodes

1
「Pʀoʟoԍ」
2
「Fᴇsтιvᴀʟ」
3
「Bᴀʟᴀικoтᴀ」
4
「Hᴀʟғᴇɴ Lᴀʙoʀᴀтoʀιuм」
5
「Aɴᴀκ Bᴀʀu」
6
「Bᴇʏoɴᴅ」
7
「Bᴇʏoɴᴅ (Pᴀʀт 2)」
8
「Avʀᴀ Tᴇsт」
9
「Avʀᴀ Tᴇsт (Pᴀʀт 2)」
10
[Próti Exétasi]
11
「Pʀóтι Exéтᴀsι」
12
「Pʀóтι Exéтᴀsι (Pᴀʀт 2)」
13
「Pʀóтι Exéтᴀsι (Pᴀʀт 3)」
14
「Pʀóтι Exéтᴀsι (Pᴀʀт 4)」
15
「Pʀóтι Exéтᴀsι (Pᴀʀт 5)」
16
「Aт Scнooʟ」
17
「Aт Scнooʟ (Pᴀʀт 2)」
18
「Aт Scнooʟ (Pᴀʀт 3)」
19
「Aт Scнooʟ (Pᴀʀт 4)」
20
「Aт Scнooʟ (Pᴀʀт 5)」
21
「Déғтᴇʀι Doκιмí」
22
「Déғтᴇʀι Doκιмí (Pᴀʀт 2)」
23
「Déғтᴇʀι Doκιмí (Pᴀʀт 3)」
24
「Déғтᴇʀι Doκιмí (Pᴀʀт 4)」
25
「Déғтᴇʀι Doκιмí (Pᴀʀт 5)」
26
「Uɴᴅᴇʀwoʀʟᴅ」
27
「Uɴᴅᴇʀwoʀʟᴅ (Pᴀʀт 2)」
28
「Uɴᴅᴇʀwoʀʟᴅ (Pᴀʀт 3)」
29
「Uɴᴅᴇʀwoʀʟᴅ (Pᴀʀт 4)」
30
「Tнᴇ Kιɴԍ Wᴀɴтᴇᴅ」
31
「Pʀoмιsᴇ」
32
「Pʀoмιsᴇ (Pᴀʀт 2)」
33
「Tнᴇ Sᴀмᴇ Tʀιcκ」
34
「Coʀvιɴᴀʟ, ZᴀɴQuᴇᴇɴ, ᴀɴᴅ Tнᴇ Hᴀʟғ-Eʟғ」
35
「A Fᴀтнᴇʀ」
36
「Tнᴇ Scʀᴇᴀм」
37
「Tнᴀт Cʟuᴇ」
38
「Bιԍ Cʀᴇᴀтuʀᴇ」
39
「Pʀoנᴇcт Oɴᴇ」
40
「Pʀoғᴇssoʀ Hᴀʀᴘᴇʀ」
41
「Pʟᴀɴ Iɴ Tᴇʟᴇᴘᴀтнʏ」
42
「Moтнᴇʀ」
43
「Hᴇcᴀтᴇ」
44
「Aκu? Lᴇʟuнuʀмu」
45
「Rᴀнᴀsιᴀ」
46
「Boᴅoн」
47
「Puʟᴀu Lιcιsιᴀ」
48
「Sιsтᴇʀ's Hᴇᴀʀт」
49
「Uנιᴀɴ ᴅᴀʀι Sι Pᴀɴᴅᴀι Bᴇsι」
50
「Kᴇнᴀɴԍᴀтᴀɴ」
51
「Gᴇʟᴀᴘ」
52
「Aʟтᴇʀ Eԍo」
53
「Aʀтᴇмιs」
54
「Pᴇɴcιᴘтᴀ」
55
「Bᴀɴтuᴀɴ, Bᴀɴтuᴀɴ, Bᴀɴтuᴀɴ!」
56
「Hᴀɴтu」
57
「Iɴsιᴅᴇ」
58
「Tᴀмu」
59
「Iмᴘosтoʀ」
60
「Towᴀʀᴅs Huмᴀɴ Dᴇsтʀucтιoɴ」
61
「Kᴇмuɴcuʟᴀɴ Dᴇмι-Goᴅ Lᴀιɴɴʏᴀ」
62
「Bᴀʟᴀs Dᴇɴᴅᴀм」
63
「I ᴀм Tнᴇ Nᴀмᴇʟᴇss」
64
「Cнᴀɴԍᴇ」
65
「Pᴇɴʏιнιʀ Yᴀɴԍ Bᴇʀoʀԍᴀɴιsᴀsι」
66
「Huтᴀɴ Kᴇκᴇʟᴀмᴀɴ」
67
「Kᴇʟᴀs & Tιɴԍκᴀтᴀɴ」
68
「Pᴇмʙᴀԍιᴀɴ」
69
「Sᴇɴιoʀ」
70
「Iᴅᴇɴтιтʏ」
71
「Tнᴇ Tнιʀтᴇᴇɴтн Zoᴅιᴀc」
72
「Sι Aʟʙιɴo」
73
「Tuנuᴀɴ」
74
「Pᴇɴԍuмuмᴀɴ Eɴᴅ S1」
75
Pengumuman S2!!

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!