Demi-God: Fʀoм Zᴇʀo To Hᴇʀo
...•...
...•...
...•...
...•...
Apakah kalian pernah terpikirkan?
Bahwa kita di dunia ini, tidak sendirian?
Ya, tidak hanya manusia yang hidup di muka bumi ini.
...•...
...•...
...•...
Aku akan menceritakanmu sebuah kisah, yang mungkin cukup rumit namun menarik.
Tentang pemikiran gila, tetapi, itu ada benarnya. Kita di bumi tercinta ini, tidak sendirian.
Ada beberapa ras lain seperti Dewa.
Dewa adalah makhluk dengan kekuatan super, tak terkalahkan. Mereka adalah penguasa dari dunia ini.
Kedua, Elf.
Ya, Elf. Makhluk rupawan dengan telinga runcing. Tepat seperti yang kalian bayangkan sekarang.
Terkenal dengan kecepatan, kelenturan, kepintaran. Dan keabadian. Mereka ternyata hidup lebih dulu daripada kita.
Kemudian, Demon.
Makhluk menyeramkan, haus akan kekuasaan. Penuh dengan pikiran jahat.
Tapi minoritas dari mereka tidak seperti yang kalian bayangkan. Mereka tetap ada yang merupakan rakyat biasa seperti kita.
Hanya saja, bentuk mereka percampuran manusia dan hewan atau bentuk menyeramkan lainnya yang tidak akan pernah kalian bayangkan.
Penyihir.
Ya, mantra, ramuan, tongkat ajaib, dan sapu terbang. Mirip yang kalian pikirkan.
Apa? Nenek Sihir?
Tidak, bukan. Mereka tidak semuanya berupa nenek-nenek lansia. Yang memiliki hidung besar penuh jerawat, tidak.
Mereka sebenarnya seperti kita, hanya saja, diberi anugerah dapat mengontrol sihir.
Penyihir tidak semuanya jahat seperti dalam cerita dongeng.
Mereka ada yang baik kepada manusia dan sering menolong kita. Biasa disebut Wizard.
Namun bukan berarti mereka semua baik kepada manusia.
Yang baik adalah mereka yang berpola pikir mereka sama dengan manusia, sehingga mereka harus menghargai manusia biasa.
Witch, adalah mereka yang menggunakan sihirnya untuk mencelakai manusia.
Melakukan perbuatan kotor dan lainnya.
Mereka membenci dan menganggap rendah manusia.
Terakhir adalah kita, manusia. Makhluk lemah dan malang.
Makhluk paling rendah di antara yang lain.
Selama beribu-ribu tahun, manusia dijadikan budak semua ras.
Suatu hari, beberapa dewa-dewi merasa iba. Mereka membuat perjanjian dengan manusia.
Mereka akan menikahi salah satu dari mereka untuk melahirkan anak.
Dari situ lah, masa kekelaman manusia hangus seketika.
Karena dewa-dewi yang menikah dengan manusia.
Sehingga kekuatan mereka menurun ke anak mereka dan sering disebut, Demi-God. Atau setengah dewa.
Demi-God memiliki kekuatan sesuai dengan orang tua dewa mereka.
Kekuatan mereka akan muncul saat menginjak umur 17 tahun.
Karena terikat perjanjian, para Demi-God akan diberikan sumpah untuk menjaga kedamaian antar ras.
Itulah tugas sekaligus kutukan yang harus mereka emban.
Sejak saat itu manusia dapat memulai hidup baru mereka dengan damai.
Mereka hanya memiliki pulau. Pulau itu bernama Halfen Island.
Karena banyaknya yang mati akibat perang, sistem mereka dulu yang negara dan kerajaan menjadi kota.
Semua dijadikan lingkup yang kecil.
Lalu dibagi lagi wilayah mereka.
Dahulu yang berasal dari bumi belahan Utara akan tinggal di Beryl District.
Yang di bumi bagian tengah akan di Emerald District, dan di bumi bagian Selatan akan berada di Diamond District.
Lalu kisah apa yang akan kuceritakan pada kalian tadi?
Inilah kisah tentang seorang anak laki-laki.
Yang hidupnya sudah ditentukan sebuah ramalan akan dirinya.
...•...
...•...
...•...
Buakh!
"Guahahahahahaha!"
"Lihat dia! Seperti pengecut!"
"Hey, cowok cantik!"
"Bukan cowok cantik! Tapi kakek!"
"Hahahahahaha!!"
Sang Pembully, Axel. Lelaki kekar dengan rambut merah. Terkenal dirinya yang jago berkelahi. Selain itu, ia juga terkenal sebagai preman di Kota Indonesia. Tepatnya di daerah Jateng.
Axel selalu membully siswa-siswi di SMA Diamond 2. Dan sasaran terlaris baginya adalah Rendy. Perlakuan geng Axel tak segan-segan.
Mereka membully secara brutal. Namun hanya pada Rendy mereka melakukan hal brutal. Jika ke siswa lainnya, hanya pembullyan kecil saja. Entah apa alasannya.
Secara tiba-tiba, Axel menarik tangan kanan Rendy ke belakang. Ia dorong punggung Rendy menggunakan kakinya. Lalu tangan kirinya menjambak rambut Rendy sehingga mendongak ke atas.
Perlahan jambakan Axel diarahkannya ke kiri. Ia menengok wajah Rendy yang masih tenang-tenang saja. Mungkin inilah salah satu mengapa Axel suka berbuat brutal ke Rendy.
"Kakek Rendy, apa kakek tidak lelah belajar? Kakek kan banyak pikiran makanya beruban," ejek Axel lalu tertawa keras.
Krak!
"Makanya karena kita kasihan. Kita patahkan tangan kanannya agar tidak bisa menulis!"
"Ugh...." hanya pekikan pelan yang keluar dari Rendy. Ia sendiri juga heran mengapa dia tahan. Tapi tetap saja tangan yang patah adalah sakit!
Axel melepas semua genggamannya. Rendy langsung terkapar di lantai. Ia hanya bisa diam menahan rasa sakit di sendi lengannya. Tangan kanannya mati rasa. Ingin digerakkan pun percuma.
"Hey, Axel? Gimana kalau dia mati?" tanya salah seorang teman geng Axel.
"Tidak apa, lihat saja nanti."
Klak! Klek!
Seakan keajaiban, jari-jemari Rendy bisa bergerak dan ditekannya kuat-kuat hingga ada suara. Rendy bangkit dengan tangan kanan masih sedikit loyo. Juga nyeri.
"Apa kubilang! Dia itu tahan banting! Makanya seru!"
Axel kembali melayangkan tinju ke dagu Rendy sekuat tenaga. Rendy ikut melayang dan mendarat ke lantai. Sebentar pandangan Rendy agak melambat.
Ada tamparan yang melayang ke arahnya secara lambat. Dan begitu pandangannya normal. Rasa panas di pipinya yang memerah. Belum sempat Rendy hendak memegang pipinya yang panas.
Tamparan bertubi-tubi ke kedua pipinya. Pipi Rendy menjadi merah dan bengkak. Bibir Rendy juga berdarah karena lecet.
Axel yang belum puas menekan jarinya sampai terdengar suara. Seolah agar persendiannya tidak kaku. Tangannya siap melayangkan tinju lagi ke wajah Rendy.
"Memuakkan!"
Dengan cepat, kepala Rendy menyingkir ke kiri. Kepalan besar Axel justru meremukkan lantai dari keramik itu. Asap berkelebatan di area tangan Axel mendarat.
"Woahh! Dia menghindar dari pukulan mematikan si preman!" sorak semua siswa yang menonton.
Bukannya senang seperti yang lain, Axel mengerang kesal. Dia yang posisi menindih Rendy, siap meluncurkan kepalan tangan lagi ke wajah tampan Rendy. Tapi semua berhasil Rendy hindari.
"Kau mulai berani ya, bocah tengik!" teriak Axel mulai menambah kecepatan pukulan bertubi-tubi miliknya.
Rendy agak kewalahan menghindar. Rendy dengan sekuat tenaga bangun mendorong tubuh seberat hampir tiga digit itu.
"Di-dia!?" Geng Axel tercengang atas kejadian tadi.
Rendy ke posisi jongkok. Axel duduk di lantai seusai digusur dari atas Rendy.
"Kenapa? Penasaran kenapa aku melawan, hah?" Rendy memiringkan kepalanya dan menautkan alisnya.
"Grrr.... Brengsek!" Axel secepat mungkin memukul Rendy.
Bugh!
Tinjuan maut itu berhasil ditahan Rendy hanya dengan satu tangan. Semua mata yang menonton melebar seketika. Rendy yang kurus kering berhasil menahan Axel yang besar dan kekar!?
"Kau ... " Urat di pelipis Axel seperti hendak keluar dari kulit. Mukanya merah padam.
"Sudah ya? Lanjut besok saja," tutup Rendy sebelum memelintir tangan Axel hingga raksasa itu berputar lalu ambruk ke lantai.
Semua memandangi tubuh Axel yang roboh hanya dengan satu tangan. Rendy berjalan pelan ke bangkunya.
"Ba-bagaimana kau bisa melakukannya?" tanya siswa di sebelah bangku Rendy, Paul.
"Aku juga tidak tahu. Aku jadi merasa pukulannya melambat. Kau pikir aku tahu sebabnya?" jawab Rendy.
"He?"
...---------->[Rendy POV]<---------...
Ya, yang mengalahkan Axel adalah aku. Aku seorang. Aku sendiri juga tidak tahu.
Setelah merasa pukulannya melambat aku membayangkan beberapa aksi di komik lalu mencobanya. Tak kusangka ternyata semudah itu.
Aku juga tidak menyangka bahwa bobotku yang hanya 48 kilogram itu bisa mendorong Axel yang berat saat di atas perutku.
...***...
"Rendy?"
Suara seorang wanita terdengar dari kegelapan. Lalu kegelapan itu mulai sirna berganti menjadi ruang yang serba putih dengan ujung tak terlihat.
Wajah wanita itu tertutup oleh cahaya putih. Ia mengenakan baju serba biru. Tapi jika dilihat postur tubuhnya ramping dan sungguh ideal. Aku yakin jika wajahnya juga sama bagusnya dengan badannya.
Aku agak terpesona dengan tubuh idealnya. Selain itu, ia juga memiliki rambut coklat yang terurai sepinggang. Ia mengenakan semacam hiasan rambut yang indah.
Di pergelangan tangannya juga mengenakan gelang berwarna hijau tosca. Mengagumkannya adalah gelang itu agak transparan.
"Rendy? Apa kau mendengarku?" Lamunanku seketika buyar.
"E-e, si-siapa kau?" tanyaku ragu.
"Hihihi, kau akan segera tahu kalau sudah saatnya, Rendy!" Suaranya ringan dan lembut bagai sutra.
"Yang pasti, sekarang dengarkan gurumu dulu ya!"
...•...
...•...
"RENDY!!!"
Teriakan lain yang terdengar familiar membuyarkan mimpiku. Ternyata memang hanya mimpi belaka.
"Sudah berapa kali Ibu bilang! Jangan tidur di kelas!!" omel guru mata pelajaran kimia, Bu Maya.
"Dasar, pintar tapi pemalas!" cuap Bu Maya.
Selepas hilangnya kantukku. Aku memilih diam menengok jendela daripada mendengarkan guru cerewet itu. Aku mengingat kembali mimpiku. Semua terjadi layaknya kenyataan.
Tak terasa pengumuman dari sentral terdengar tanda akan pulang.
"Besok adalah hari ibu, silakan mengajak ibu kalian masing-masing untuk mengikuti festival Hari Ibu. Sekian."
Ibu? Tidak ada ibu di hidupku. Aku tidak tahu kedua orang tuaku sejak kecil. Aku dibesarkan di panti asuhan. Walau suatu saat ada pria misterius yang memintaku tinggal di sebuah rumah kecil. Dan aku tinggal sendirian. Sesekali aku berkunjung ke panti asuhanku.
Soal kebutuhan makanan aku tidak perlu khawatir. Ada 2 orang baik yang setiap hari memberikan makanan ke rumah. Mereka adalah Bibi Angel dan Nenek Durma.
Selain kebutuhan dari mereka berdua, aku juga pekerja kecil-kecilan di beberapa rumah makan. Kau tahu, hanya untuk uang jajan.
Pria misterius tadi juga memintaku untuk bersekolah di SD Diamond 4, lalu SMP Diamond 1, dan sekarang di SMA Diamond 2. Di saat ia membelikanku rumah kecil itu.
Jika ada kesempatan bertemu beliau, aku ingin mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada beliau.
Benar saja, di lapangan sudah terpasang tiang-tiang tenda yang digunakan untuk di hari festival esok hari. Aku agak sedih sih ...
Apa aku akan mengajak Bibi Angel saja ya?
Tapi hanya akan merepotkan beliau.
...***...
Langit mulai memancarkan cahaya jingga yang menandakan bahwa hari sudah sore. Aku segera bergegas pulang agar tidak membuat kedua orang berhargaku menunggu lama.
Duk!
"Ah, maaf-maaf aku buru-buru!" Tiba-tiba seorang wanita menyenggol bahuku.
"Tidak, justru aku yang tidak.... melihat... jalan..." Belum sempat kubalas, wanita itu sudah pergi.
Ia menjatuhkan kartu namanya. Aku memungutnya berencana mengembalikan. Tapi saat aku menengok ke arah wanita itu. Ia sudah tenggelam di kerumunan orang-orang.
"Nama, Astrid Putri Nastral. Asisten walikota Indonesia, umur 22 tahun," gumamku membaca kartu nama tersebut. Aku akan mengembalikan besok di balaikota. Aku kembali bergegas ke rumah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
Huraino ezira
coba cari NOVEL GADDER keren juga tuh
2023-01-07
0
Master X
mantau dulu
2021-10-24
1
~\Vir/~ Merintisnya Cakrawala.
jateng ngendi bang
2021-10-08
1