“Wah, lihat siapa yang pulang?” cibir Bi Angel.
“Hohoho, bagaimana latihanmu, nak?”
“Bibi dan Nenek sehat kan?” tanya Rendy mengacuhkan pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan kedua wanita itu.
“Hey, Ibu sedang bertanya! Dijawab dong!” omel Bi Angel.
“Aku tidak penting, aku lebih khawatir tentang kalian.” Rendy berjalan ke dekat meja makan lalu duduk.
“Sepanjang latihan aku khawatir akan kesehatan Nenek,” ucap Rendy.
“Aduh-duh, jadi membebani ya?”
“Dengan Bibi tidak ya?” Bi Angel berkacakkan pinggang.
“E-eh, bukan begitu Bi …”
“Baiklah, kalau begitu …”
“Aaaa!”
...***...
“Aduh … sakit tau Bi!” Rendy memegangi telinganya yang merah.
“Tak apa, menguji ketahanan bertarungmu.”
“Hahaha, Rendy. Besok kamu akan sekolah kan?” tanya Nek Durma. Rendy menatap meja, ia sedikit kesal akan ditanyai begitu.
“… kurasa tidak.” Bi Angel dan Nek Durma menatap kaget ke Rendy.
“Hey! Mentang-mentang jadi pelindung bumi, bukan berarti kamu tidak se—”
“Bukan begitu, Bi. Saya hanya …”
“Begini saja, Rendy …” Nek Durma menyeruput tehnya lagi sebelum melanjutkan berbicara.
“Kalau kamu merasa tidak mau sekolah tidak apa, tapi … bukankah di kelas Rendy sudah ada satu siswi yang menjadi teman Rendy?”
“Bagaimana Nenek tahu?”
Jtak!
“Auw!” Bi Angel memukul kepala Rendy dengan sendok kayu yang panjang.
“Kami ini mata-mata dari Pak Locius, tentu saja semua mengenai dirimu kami tahu!”
Bi Angel menatap tajam Rendy.
“Dan tentu saja, kami itu juga keluargamu! Makanya kami paham tentang dirimu, yang keras kepala juga!” lanjut Bi Angel tersenyum jahil.
“Ahahaha, begitu ya?”
Jtak!
“Akh! Anak kurang ajar! Darimana kau belajar begitu, hah!”
Rendy menyaut sendok kayu tadi dan balas memukul Bi Angel. Begitu Bi Angel mengamuk, Rendy melesat cepat ke tangga dan masuk ke kamarnya.
“Hah … anak itu, pendiam seperti ayahnya. Tapi kadang juga jahil, kadang juga serem …” gerutu Bi Angel.
“Angel, jangan bilang kau belum melupakannya?”
“Kalau sudah lupa aku tidak akan menjadi perawan sampai sekarang, Ibu! Huh! Gara-gara si bocah albino itu!” omel Bi Angel.
...***...
Rendy membanting tubuhnya ke kasur, ia melamun ke langit-langit cukup lama hingga terlelap.
Begitu bangun, ia tiba-tiba kembali ke ruang serba putih yang tak berujung itu lagi. Namun kali ini ia tak terkejut sedikit pun. Seakan ini hal yang sudah menjadi makanan sehari-harinya.
“Ada apa? I-bu?” tanya Rendy sedikit menekan kata ‘ibu’.
“Ada apa kenapa kamu kelihatan ngambek gitu?”
“Siapa yang ngambek? Aku hanya kesal.”
“Sama saja, bodoh! Kau semakin mirip dengan ayahmu saja.” Ane melipat tangannya dan memanyunkan bibir.
“Semua orang berkata begitu, sebenarnya seperti apa rupa ayahku, heh?”
“Dia adalah pemuda albino tertampan yang pernah Ibu temui. Kekuatan bertarungnya sangat baik, bahkan bisa mengalahkan salah satu dari empat penyihir legendaris itu.
Itu berkat kegesitannya, tapi jika dibandingkan denganmu, kamu jauh lebih unggul, Rendy. Bersyukurlah,” jelas Ane dengan mata sayup.
“Aku hanya penasaran dengan wajahnya. Jika boleh aku ingin melihatnya …”
“Suatu saat kau akan tahu,”
“Hm, dia kan sudah tidak ada …”
PLAK!
Rendy cukup terkejut, pipinya seketika panas. Memerah perih.
“Dia sedang mengembara, ia menebus dosanya. Jangan pernah mengatakan hal itu lagi!”
“T-tapi, kenapa sampai sekarang …”
“Entahlah. Ibu juga tidak tahu keberadaan ayahmu, dia sepertinya sengaja menghilangkan keberadaannya. Kau tahu sendiri kan? Musuhnya tidak hanya satu, hampir seluruh ras tidak bersahabat dengan Demi-God.”
Rendy mengepalkan tangannya, ia merasa jika menjadi Demi-God serasa seperti kutukan.
“Kuharap kau berhati-hati dengan teman sekelasmu …”
“Siapa? Apa yang kau bicarakan? Lucy?” cecar Rendy penasaran.
“Maaf Rendy, jika aku memberi tahu secara lanjut maka kakekmu yang gemuk itu, akan marah besar! Waktuku juga sudah habis, kembalilah ke duniamu …” Ane menyentil dahi Rendy, dan Rendy kembali ke kamarnya.
Ia memandangi langit-langit lama, kejadian tadi teringat jelas sekali. Sampai-sampai sulit membedakan bahwa itu mimpi atau bukan. Tak lama kemudian suara alarm berbunyi.
Wush!
Malangnya, alarm itu rusak diterbangkan Rendy. Alarm yang malang.
...***...
“Terima kasih atas makanannya,” ucap Rendy langsung melesat pergi keluar.
Rendy pergi ke stasiun dan bertemu dengan Lucy. Lucy sempat tak percaya bahwa Rendy akan masuk sekolah.
“Kenapa kau masuk?” tanya Lucy.
“Aku hanya penasaran akan kata Ibuku.”
“Hah? Ibumu bertemu denganmu? Aku hanya sekali, tak kusangka Anemoi bisa membujuk Zeus untuk menemui manusia …”
“Membujuk? Zeus?”
“Ya, untuk menemui manusia. Para dewa-dewi harus ke Kenó, dan pemegang kunci tersebut adalah Zeus. Aku tidak tahu mengapa harus begitu. Mungkin agar kakek tua itu bisa mengatur para dewa-dewi, memang tukang perintah kan?”
Tiruring tiruriring
“Kereta telah sampai di stasiun Asia. Penumpang yang bertujuan di sini diharap turun dengan tertib. Terima kasih.”
“Ayo!” ajak Lucy berdiri dan berjalan di depan Rendy. Membuat mereka berdua terlihat nona majikan dengan bodyguardnya.
Sampai di kelas …
“Kuharap tidak akan banyak perta—”
“Yo! Rendy!” potong suara yang familiar bagi Rendy.
“Oh tidak … jangan bilang … kembalinya anak iblis?” Rendy menoleh ke arah suara.
“Jack?!” seru Lucy dan Rendy.
“Ya? Kenapa?”
“Kenapa, kamu, di sini?”
“Bukan hanya aku kok! Tuh, lihat!” tunjuk Jack ke belakangnya. Ada Blue dan Mike dengan seragam yang sama.
“Apa-apaan ini?!” Lucy terheran-heran, Rendy berusaha mencerna kejadian.
“Kami semua diminta ol—”
“Ini kerjaan tuan Locius ya?” potong Rendy.
“Benar sekali, tuan sok pintar ...” celetuk Blue.
“Saya suka nuansa sekolah yang diminta tuan Locius. Suara di sini berwarna kuning, menandakan keceriaan.”
“Kalian hanya belum masuk kelasnya Rendy,” timpal Lucy.
“Saya tidak merasakan hal aneh dari ruangan ini,” balas Mike.
Rendy dan Lucy saling bertatap mata lalu membuka pintu kelas. Mata kedua sejoli itu beredar ke seluruh ruangan. Serasa ada yang kurang.
“Kalian mencari Axel? Dia keluar setelah kalian berdua tidak masuk cukup lama.”
“Hah?!”
“Padahal kan ini mau naik kelas, dia malah keluar. Merepotkan sekali,” gumam siswa tadi memijat keningnya.
“Siapa Axel?” tanya Blue.
“Preman sekolah yang pasti,” jawab Lucy enteng.
“Lalu apakah hanya kalian berti—”
“Kami tidak dihitung?” Tiba-tiba dari belakang Rendy ada dua sosok gadis.
“Hai, nenek!” panggil si mungil Lily.
“Eh, cebol. Kukira kau tidak boleh masuk SMA, haha!”
“Nenek berapa kali tidak naik kelas sih?”
Keduanya berakhir dengan berargumen di depan kelas.
“Ayo, kita masuk!”
~Kosapedia~
- Kenó : Ruang Hampa (Yunani), adalah sebuah dimensi dimana keberadaannya berada di antara Mount Olympus dan dunia manusia. Biasanya akan melalui alam bawah sadar untuk manusia. Dan alam biasa bagi para dewa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
Nayun 나윤
Hai aku mampir lagi Thor 😁 aku tunggu feedback-nya. Salam
- Classical Illusion
- Love Selenophile
Mari saling support ☺️
2020-09-29
1