Bab 18

Malam itu, Clarisa dan Devian akhirnya menghabiskan malam pertama mereka dengan tidur bersama Aydin.

.

.

.

Hari-hari dilewati Clarisa, Devian, dan Aydin sebagai keluarga yang bahagia.

Dengan pelajaran memahat yang Devian pernah dapat dari bekerja dengan ayah tiri Clarisa, akhirnya ia mendapat pekerjaan di sebuah toko mebel, dan karena gaji di toko mebel belum bisa memenuhi kebutuhan hidup mereka, Clarisa memutuskan untuk bekerja juga menjadi pelayan restoran. Sedangkan Aydin sudah bersekolah di taman kanak-kanak.

"Waktunya sarapan" ucap Clarisa sambil menyetel lagu yang sangat berisik. Ya, itu sudah menjadi kebiasaan setiap hari yang dilakukan Clarisa untuk membangunkan anak dan suaminya.

Mendengar lagu yang diputar sang ibu, membuat Aydin terbangun lebih dahulu. Ia melihat ke arah samping dan menemukan ayahnya yang masih terlelap.

"Papi bangun" Aydin mengguncang tubuh Devian, namun ayahnya masih tidak bergeming.

Muncul ide jahat di kepalanya. Ia melihat ke arah bulu kaki Devian dan mencabutnya tiba-tiba. Sontak saja Devian berteriak, membuat Clarisa dan Aydin tertawa.

"Rasain. Itu hukuman karena papi nggak mau bangun wle" Aydin menjulurkan lidahnya, mengejek Devian.

"Ohh anak papi sudah berani ya. Sini kamu" Devian mulai menggelitiki Aydin.

Clarisa melihat suami dan anaknya hanya bisa geleng kepala. Ia melanjutkan kegiatannya di dapur dan membiarkan kedua laki-laki yang masih bercanda di dalam kamar.

Beberapa saat kemudian, Aydin dan Devian sudah bersiap untuk sarapan dengan pakai yang sudah rapi.

"Sayang, kamu nanti berangkat kerja duluan ya. Aku masih mau nganterin Aydin dulu ke sekolahannya" ujar Clarisa di tengah sarapan mereka.

"Kan bisa aku anterin. Nanti habis nganterin Aydin, aku anterin kamu ke restoran" kata Devian.

"Jangan sayang, nanti kamu terlambat. Aku nggak mau nanti bos kamu marah lagi kayak dulu. Sudah tidak apa-apa, aku bisa kok anterin Aydin".

"Kamu yakin?".

"Iya yakin" ucap Clarisa.

"Baiklah kalau begitu" kata Devian.

Akhirnya, Clarisa mengantar Aydin ke sekolahnya dengan menggunakan kendaraan umum.

"Yang rajin di sekolah ya, dengar apa yang dikatakan ibu guru. Mami akan jemput Aydin nanti saat pulang sekolah" ujar Clarisa sambil mengusap pipi Aydin.

"Iya mami. Dadah" Aydin melambaikan tangannya ke arah Clarisa sebelum masuk ke dalam kelas.

"Dadah sayang".

Clarisa lalu menuju ke restoran tempatnya bekerja setelah mengantar Aydin ke sekolah.

Di tempat Clarisa bekerja, selain menjadi pelayan, Clarisa juga dipercayai sebagai chef di restoran itu. Ia kerap membuat masakan-masakan baru, sehingga membuat restorannya menjadi sangat laku.

Siang hari pun tiba. Sudah saatnya Aydin untuk pulang ke sekolah. Clarisa yang masih berkutat dengan masakan karena tamu yang berdatangan semakin banyak, menjadi lupa untuk menjemput anaknya.

1 jam sudah terlewati, pekerjaannya kini sudah sedikit lebih longgar dari sebelumnya. Clarisa akhirnya teringat belum menjemput Aydin dari sekolahnya. Buru-buru ia pergi ke sekolah Aydin, namun ia tidak menemukan Aydin dimana pun.

"Aydin" teriak Clarisa. Ia mencoba mencari Aydin di seluruh sekolahan anaknya itu.

"Pak, bapak lihat anak saya? namanya Aydin umur 6 tahun, matanya berwarna biru dan rambutnya panjang, tetapi dia laki-laki" Clarisa bertanya pada satpam yang menjaga sekolahan.

"Oh anak laki-laki yang rambutnya panjang itu? tadi saya lihat dia dibawa sama bapak-bapak, saya kira itu ayah Aydin".

"Bapak-bapak? apa ini orangnya?" tanya Clarisa, menunjukkan foto Devian.

"Bukan. Laki-laki itu lebih tua dari foto ini".

"Bapak yakin?" tanya Clarisa lagi.

"Iya bu".

Apa laki-laki bejat itu sudah keluar dari penjara? tidak mungkin. Dia kan dipenjara seumur hidup. Batin Clarisa.

Clarisa segera menghubungi suaminya Devian untuk memberitahu kehilangan Aydin.

"Halo sayang, cepat kamu kemari" ucap Clarisa. Bibirnya bergetar, serasa tidak mampu lagi berbicara.

"Ada apa sayang?".

"Aydin hilang, cepat kamu ke sekolahnya sekarang. Aku rasa dia diculik Robert" Mata Clarisa mulai berlinang air mata, ia tidak sanggup jika Aydin benar-benar diculik oleh ayah tiri nya itu.

"Tidak mungkin, dia kan dipenjara".

"Aku pikir juga begitu, tapi satpam disini bilang dia melihat Aydin dibawa laki-laki yang sudah berumur".

"Baiklah, tunggu aku. Aku akan segera kesana sekarang.

Devian memacu mobilnya kencang. Ia terlihat khawatir Aydin benar-benar diculik.

"Sayang" Devian menghampiri Clarisa yang terlihat menangis sesegukan di dekat pos satpam.

"Aydin hilang Devian".

"Ayo kita lapor ke polisi sekarang".

Sesampainya di kantor polisi, mereka tidak mendapat hasil apa-apa. Polisi menyuruh mereka untuk menunggu 1x24 jam untuk bisa diinfokan sebagai kasus anak hilang. Tentu saja Clarisa dan Devian tidak bisa menunggu selama itu. Mereka memutuskan untuk mencari sendiri keberadaan Aydin.

Saat sedang mencari-cari keberadaan Aydin, tiba-tiba hp Devian berbunyi. Ada pesan masuk dari Rian, detektif yang dulu telah menolongnya.

Robert kabur dari penjara. Sekarang dia dalam pencarian polisi. Kau dan keluargamu baik-baik saja kan?.

Devian menjatuhkan hp nya setelah membaca pesan dari Rian.

"Kenapa sayang?" tanya Clarisa.

"Robert kabur dari penjara" jawab Devian.

"Apa?" kaki Clarisa seketika lemas mendengarnya.

"Kita pasti menemukannya sayang. Ayo kita cari lagi" Devian mencoba menyemangati Clarisa agar tidak putus asa.

.

.

.

"Mami, papi tolong Aydin hiks..hiks.." Aydin menangis sesegukan melihat ruangan yang asing baginya.

"Berhenti menangis sayang. Kamu adalah anak papa. Tidak pantas laki-laki itu kau sebut dengan papa kamu" ucap Robert.

"Om jahat. Aydin tidak mau punya papa kayak om jahat" teriak Aydin.

Robert mulai emosi karena anak kandungnya sendiri tidak menyukai dirinya.

"Sebaiknya kamu berhenti menangis dan berhenti menyebut laki-laki itu. Kalau tidak papa akan memukulmu" kata Robert sambil menatap tajam Aydin.

Aydin seketika diam, tidak berani berbicara.

"Ibumu dan laki-laki itu pasti mengetahui tempat ini. Saat mereka datang, aku akan langsung membunuh laki-laki yang kau anggap ayahmu itu. Dengan begitu, aku, kamu dan ibumu akan menjadi keluarga yang sesungguhnya" ujar Robert tersenyum menyeringai.

"Tidak, tolong jangan bunuh papi Devian" ucap Aydin mulai meneteskan air matanya kembali.

Plak

"Kan sudah aku bilang berhenti menangis dan menyebut laki-laki itu sebagai papa mu! Itu hukuman untuk kamu yang tidak mendengar!" untuk pertama kalinya Robert menampar Aydin.

Aydin yang baru pertama kali merasakan pukulan, langsung menangis sangat kencang.

"Diam kamu. Kenapa menangis lagi hah? jika kau tidak berhenti menangis aku akan memukulmu lagi".

Aydin tidak mendengarkan perkataan Robert dan tetap menangis sangat kencang.

Robert yang sudah tidak dapat menahan emosinya lagi, memukul kembali Aydin hingga pingsan.

"Kita tunggu pahlawan yang ingin menyelamatkanmu datang kesini, kemudian aku akan membunuhnya" ucap Robert sambil menatap Aydin yang sudah pingsan. Ia tersenyum menyeringai, memainkan pisau di tangannya.

Terpopuler

Comments

Feby Andrea Arifa

Feby Andrea Arifa

aduh ngeri ya..

2020-11-12

0

Berrox Kaibo

Berrox Kaibo

dah hepi end ada klimaks susulan nih 😁

2020-09-07

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!