Bab 3

Clarisa hanya menarik napas dan menatap kosong ke arah jendela mobil. Ia sendiri bingung kenapa perasaannya seperti ini.

Selama perkuliahan berlangsung, pikiran Clarisa melayang-layang entah kemana. Ia sibuk memikirkan perkataan Viona untuk melaporkan stalker itu ke polisi.

Apa aku harus melaporkannya? melihat stalker itu mengetahui keberadaanku tadi malam, membuatku sedikit takut. Tapi kan dia tidak mengancamku atau menerorku, haruskah aku berlebihan seperti ini? batin Clarisa bertanya-tanya di dalam hati.

Selesai perkuliahan, Clarisa meminta izin dengan alasan sakit kepada manager tempatnya bekerja.

Ia memutuskan untuk melaporkan stalker itu, ditemani oleh Viona. Viona yang mendengar keputusan Clarisa untuk melaporkan stalker itu ke kepolisian merasa lega, Viona merasa keputusan yang diambil Clarisa itu sudah benar.

Sesampainya di kepolisian, Clarisa segera menceritakan semua yang dialaminya selama 3 tahun ini kepada polisi. Ekspresi dari polisi itu tidak terbaca, entah polisi itu menganggap cerita Clarisa sebagai lelucon atau serius.

"Jadi maksud anda, stalker itu terus mengikuti selama 3 tahun? tapi dia tidak pernah mengancam atau meneror kan?" tanya polisi itu.

"Iya pak dia tidak mengancam ataupun meneror" jawab Clarisa. Ia sudah menduga akan seperti ini jika ia melaporkannya kepada polisi. Karena memang tidak ada unsur ancaman bahkan teror terhadap dirinya, jadi kepolisian pasti tidak akan mengurus hal ini.

"Maaf nona Clarisa, karena tidak ada ancaman baik secara fisik maupun verbal terhadap anda, jadi kami tidak bisa mengusut masalah ini"

"Tapi pak, dia sudah mengganggu kenyamanan teman saya selama 3 tahun ini" ujar Viona yang sejak tadi hanya diam.

"Sekali lagi saya minta maaf, tapi kami tidak bisa melakukannya. Anggap saja stalker itu hanya lah fans fanatik nona Clarisa" kata polisi.

"Apakah saya harus melihat teman saya terluka baru kalian akan mengusut masalah ini? hukum macam apa yang berlaku disini!" Viona sangat kesal dengan jawaban polisi itu, yang terlihat sangat santai menanggapi permasalahan sahabatnya.

"Sudahlah Vi jangan ribut disini. Ayo kita pergi" ajak Clarisa.

"Kami permisi, pak". Lanjut Clarisa sambil menarik lengan sahabatnya untuk keluar dari ruangan itu.

"Kenapa kamu malah tarik aku sih? Polisi itu harusnya mengusut masalah kamu. Ini bisa jadi masalah serius lo Cla" kesal Viona.

"Tapi kan tadi polisinya bilang nggak bisa. Sudah kita pulang saja ya" kata Clarisa.

Saat Clarisa ingin masuk ke mobil, Clarisa sempat melihat stalker itu sedang menatapnya dari kejauhan.

Apa dia tahu kalau aku datang untuk melaporkannya ya. Gumam Clarisa.

"Kenapa bengong Fi? ayo masuk" kata Viona membuyarkan lamunannya. "Eh iya..iya".

Keesokan paginya, seperti biasa Sofia bersiap untuk pergi ke kampus. Tidak lupa ia sarapan terlebih dahulu bersama ibu dan ayah tirinya.

"Bagaimana kuliah kamu sayang? lancar?" tanya ayah Clarisa. Ya, ayahnya memang sering memanggilnya dengan panggilan sayang atau cantik. Kata ayahnya, itu panggilan khusus untuk anak semata wayangnya, walaupun dia bukan ayah kandung Clarisa tapi dia sangat menyayangi Clarisa seperti anaknya sendiri.

"Iya yah, lancar kok" jawab Clarisa yang sedang memakan rotinya.

"Semangat kuliah ya, biar cepat lulus" ujar ayahnya.

Clarisa mengangguk dan tersenyum. Ia merasa senang, karena selama ini ia sudah lama tidak merasakan sosok seorang ayah.

"Wah pagi-pagi sudah pada ngobrol nih, ngobrolin apa?" tiba-tiba ibunya muncul dari arah kamar. Ya, ibunya sekarang sudah menjadi sosok yang lembut dan sangat baik kepada Clarisa.

"Papa tanya kuliahnya Clarisa sekarang lancar atau nggak" ujar Clarisa.

"Ohh. Iya kamu harus rajin ya kuliahnya, biar cepat lulus terus nikah deh. Iya kan pa?" tanya ibunya kepada suaminya. Ayah tiri Clarisa hanya mengangguk sambil tersenyum.

Mereka melalui sarapan hari ini dengan penuh canda tawa dan saling mengobrol.

Tiba saatnya Clarisa ingin pergi ke kampus, dibukanya pintu rumahnya. Seperti biasa, sebelum berangkat ke kampus Clarisa mengedarkan pandangannya untuk mencari stalkernya itu. Tapi ada yang aneh hari ini, stalker yang selalu mengikuti Clarisa selama 3 tahun ini tiba-tiba tidak muncul.

Dalam 3 tahun stalker itu mengikuti Clarisa, baru kali ini ia tidak melihat stalker itu muncul.

Tumben dia tidak disini. Ada dimana dia? apa jangan-jangan dia tidak lagi mengikuti aku karena dia melihatku ke polisi ya" Batin Clarisa.

Selama perjalanan ke kampus, Clarisa tidak henti-hentinya bertanya di dalam hatinya. Seperti ada perang batin di dalam dirinya.

Tapi kan seharusnya aku senang, berarti dia tidak akan mengganggu kenyamanan aku lagi. Tapi kenapa aku merasa hampa saat dia tidak mengikutiku? Apa dia sakit? Wah benar kata Viona, sepertinya aku mulai gila sekarang. Clarisa mencoba menyadarkan dirinya agar tetap berpikir logis.

Sesampainya Clarisa di kampus, ia segera menceritakan kejadian hari ini kepada sahabatnya itu.

"Kamu serius Cla? dia sudah tidak muncul lagi? berarti dia memang takut kau mau melaporkannya ke polisi. Kenapa tidak dari dulu kita coba melaporkannya ya" ujar Viona merasa lega.

"Tapi, kenapa aku merasa hampa ya kalau dia tidak ada? bahkan aku merasa takut jika tidak diawasi" jawab Clarisa sambil tertunduk.

"Besok kita ke dokter, sepertinya otak mu perlu diperbaharui" jawab Viona merasa aneh dengan sikap Clarisa.

Sudah 3 hari stalker itu tidak mengikuti Clarisa lagi. Hari-hari yang dilewati Clarisa dengan perasaan hampa, biasanya ia selalu menertawakan stalker itu karena selalu bersembunyi seakan-akan Clarisa tidak mengetahui keberadaannya. Tetapi sekarang, hal itu tidak terjadi lagi.

Clarisa pulang ke rumah sudah larut malam. Ia baru pulang selarut ini karena harus lembur.

Kali ini Clarisa memilih berjalan kaki melewati gang yang cukup gelap, karena lebih dekat dari rumahnya. Ia ingin cepat-cepat pulang dan membaringkan tubuhnya yang dirasanya sudah remuk.

Saat tengah berjalan, tiba-tiba Clarisa di hadang oleh 2 orang laki-laki yang tidak dikenalinya. Clarisa mencoba mundur karena mereka mulai mendekatinya. Saat ia berusaha lari, tanganya ditahan oleh seorang pria bertubuh besar dan pria satunya lagi mencoba ingin membuka baju Clarisa.

Clarisa mencoba memberontak dan berteriak meminta tolong, sayangnya gang itu sangat sepi dan jarang dilewati saat malam hari.

Tiba-tiba muncul pria dari arah lain dan segera memukul kedua pria yang mencoba memperkosa Clarisa.

Clarisa terkejut melihat orang yang menolongnya yaitu stalkernya yang selama 3 hari ini tidak mengikutinya.

Stalker itu mulai berkelahi, terlihat ia sangat lihai dalam menghindari pukulan. Tiba-tiba salah seorang pria menarik masker yang digunakan stalker itu.

Samar-samar Clarisa melihat wajah stalker itu dibawah lampu yang remang. Walaupun tidak terlalu jelas karena stalker itu segera menutup kembali maskernya, tetapi yang ia tahu stalker itu memiliki hidung yang mancung dan mata yang tajam.

Dia terlihat tampan. Gumam Clarisa.

Terpopuler

Comments

maharastra

maharastra

emmm,,lnjt deh🥰

2022-10-30

0

putri

putri

baru ktemu ni novel...
seru , bagus👍👍

2022-09-16

0

Fitri Lin

Fitri Lin

kayaknya mama clarisa dan ayah tirinya punya rencana gak baik buat clarisa...

2020-12-09

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!