Devian mulai lagi kebiasaannya yaitu mengikuti Clarisa. Tetapi kali ini ada yang berbeda, karena Clarisa mulai sering mengajaknya bicara.
Clarisa berbicara tentang lelucon bahkan sampai hal yang memalukan kepada Devian. Clarisa sangat santai berbicara bahkan tanpa gugup sekalipun, seakan-akan mereka merupakan teman yang sudah lama tidak bertemu.
Devian sesekali tersenyum mendengar lelucon Clarisa. Ia tidak menyangka Clarisa mudah berbaur dengan orang yang baru dikenalnya sekalipun. Karena hal ini, membuat ia semakin banyak tahu tentang kepribadian Clarisa yang sebenarnya.
"Oh iya, rumah kamu dimana?" tanya Clarisa.
"Ehmm.. jauh" jawab Devian singkat. Ia belum terbiasa berbicara terlalu banyak dengan orang lain.
"Apakah orang tuamu juga tinggal bersama denganmu?" tanya Clarisa lagi.
"Tidak. Mereka sudah meninggal" ujar Devian sambil menunduk.
"Maafkan aku, aku tidak bermaksud menyinggung perasaanmu" ucap Clarisa merasa bersalah.
"Tidak apa-apa" kata Devian.
"Sejujurnya ada hal yang membuat aku penasaran" ujar Clarisa.
"Apa itu?"
"Aku ingin tahu apa tujuan mu mengikuti ku selama 3 tahun ini"
"Engg.. it..itu.. aku.." Devian terlihat bingung dan gugup.
"Jangan khawatir, kau tidak perlu mengatakannya sekarang. Kau bisa mengatakaannya nanti" ucap Clarisa sambil tersenyum.
Devian menarik napas panjang, ia lega tidak dipaksa untuk menjawab pertanyaan yang diajukan Clarisa kepadanya.
"Oh iya, hari ini kan hari aku harus belanja mingguan. Jadi, maukah kau menemani ku?" tanya Clarisa.
"Iya, aku akan mengikuti mu dari jauh" jawab Devian.
"Tidak, kau tidak boleh mengikuti ku dari jauh, kau harus berada di dekat ku"
"Kenapa begitu?"
"Karena kau sekarang sudah menjadi teman ku, bukan stalker lagi"
"Tap..pi kan.." belum selesai Devian berbicara, Clarisa segera memotongnya.
"Ayolah plis, aku mohon. Kau bilang mau menjadi teman aku" Clarisa mencoba membujuk Devian agar mau menemaninya. Akhirnya setelah beberapa bujukan, Devian pun menerima ajakan Clarisa.
Di supermarket, terlihat Devian sedang mendorong troli belanjaan dan Clarisa sedang memilih-milih sayuran dan beberapa makanan lainnya. Mereka terlihat seperti sepasang suami istri yang sedang berbelanja.
"Mbak beruntung banget deh dapat suami ganteng banget" celetuk salah satu pegawai di supermarket itu.
"Iya dong. Suami saya memang ganteng" jawab Clarisa sambil merangkul lengan Devian. Mendapat perlakuan seperti itu, Devian hanya terdiam.
"Maaf ya mbak, suami saya memang pemalu. Kami permisi dulu" ujar Clarisa.
Setelah dirasanya cukup jauh dari pegawai itu, Clarisa melepaskan rangkulannya dari lengan Devian. "Maaf ya".
Devian hanya mengangguk dan mereka meneruskan berbelanja.
Keesokan harinya di kampus, Clarisa mendapati Novia tengah asyik di kelas sambil memainkan hp nya.
"Halo Novia. Apa kabar mu hari ini?" tanya Clarisa dengan wajah sumringah.
"Kamu kenapa Cla? wajah kamu kelihatan senang banget hari ini".
"Iya dong. Aku tuh senang karena aku sudah tahu wajah dan nama stalker yang selalu mengikuti ku itu" kata Clarisa dengan bangganya.
"Hah? serius kamu? namanya siapa? ganteng nggak?" tanya Novia sambil menggeser duduknya lebih dekat dengan Clarisa.
"Namanya Devian, dan kalau soal ganteng jangan ditanya lagi. Dia ganteng banget"
"Nanti kenalin ke aku ya, aku penasaran banget" ujar Novia.
"Kemarin-kemarin siapa ya yang kekeh banget untuk melaporkan Devian ke polisi" singgung Clarisa.
"Hehehe, maaf Clarisa aku nggak bermaksud kayak gitu kok" kata Novia cengegesan.
Mereka berdua akhirnya menghentikan obrolan mereka, saat dosennya terlihat sudah memasuki ruangan kelas.
Tidak terasa sudah hampir 1 bulan Devian dan Clarisa saling mengenal. Sampai hari ini, Clarisa sama sekali belum mengetahui apa alasan Devian mengikutinya selama 3 tahun.
POV Clarisa
Hampir 1 bulan aku mulai mencoba mengenal Devian lebih jauh. Walaupun dia belum terlalu bisa terbuka padaku, tapi pelan-pelan aku ingin mengenalnya semakin jauh lagi. Karena hampir tiap hari bisa dibilang aku selalu bersamanya, membuat rasa penasaran ku tentang alasan dia mengikuti ku selama 3 tahun ini mulai menghilang. Ya, sampai saat ini Devian memang belum menceritakannya kepada ku.
Bahkan aku juga tidak memiliki nomor teleponnya, entah kenapa aku merasa tidak membutuhkan semua itu. Karena aku tahu, dia selalu mengawasi ku dan akan segera menolong ku saat aku dalam bahaya.
Jika ditanya apa mungkin aku mulai menyukainya atau tidak, sepertinya aku mulai menyukainya. Karena setiap berada di sekitarnya membuat aku sangat merasa aman dan nyaman.
POV Author
Suatu hari, Clarisa berencana ingin memperkenalkan Devian kepada keluarganya. Clarisa pun mencoba bertanya kepada orang tuanya.
"Ma, pa. Bolehkah Clarisa mengajak teman Clarisa untuk makan malam disini?" tanya Clarisa.
"Tentu saja boleh. Temanmu Novia kan?" tanya ibunya, karena selama ini ibunya hanya tahu Novia yang sangat dekat dengan Clarisa.
"Bukan ma, tapi ada teman aku yang lain" ujar Clarisa.
"Laki-laki atau perempuan?" tanya ayah tirinya tiba-tiba.
"Ehmm.. laki-laki" ucap Clarisa sedikit ragu-ragu.
"Wah lihat dia pa, sekarang Clarisa sudah semakin besar" kata ibunya terlihat senang.
"Baiklah. Tapi siapa namanya? dan orang seperti apa dia? papa hanya tidak mau kau salah memilih laki-laki" kata ayah tirinya, membuat Clarisa tersentuh.
"Namanya Devian, Devian Hasley. Orangnya sangat baik dan selalu berada di sekitar ku sepanjang hari"
"Sepanjang hari? kalau begitu dia kerja apa?" tanya ibunya.
"Ehmm.. sebenarnya aku belum tahu sih ma, dia belum kasih tahu aku"
"Sejak kapan kamu dekat dengan pria itu? bahkan kamu belum tahu tentang kehidupannya" tanya ayah tirinya seperti mengintrogasi.
"Aku baru dekat dengannya hampir 1 bulan ini. Jadi, aku belum terlalu mengenalnya. Tapi yang aku tahu, orang tuanya sudah lama meninggal. Karena itu aku ingin mengajaknya makan malam kesini, supaya dia bisa mengenal papa dan mama" ujar Clarisa.
"Baiklah, kalau mama sih setuju. Papa juga setuju kan?" tanya ibu Clarisa menatap ke suaminya.
"Hmm..iya. Papa terserah saja" kata ayah tiri Clarisa. Ekspresi ayah tirinya kali ini sulit diartikan.
Clarisa sangat senang orang tuanya memperbolehkannya untuk mengajak Devian makan malam bersama mereka. Segera Clarisa keluar dari rumahnya dan mendapati Devian yang sudah menunggunya di tempat biasa seperti saat dia menjadi stalker dulu.
Clarisa menghampiri Devian dan mencoba memberitahukan rencananya itu.
"Hai Devian, maaf ya aku membuat kamu menunggu lama" ucap Clarisa.
"Tidak kok, aku juga baru sampai" ujar Devian berbohong, sebenarnya ia sudah menunggu dari 2 jam yang lalu.
"Oh iya, nanti malam aku mau mengajakmu ke rumah ku untuk makan malam. Orang tua aku juga sudah setuju"
"Apakah kau menyebutkan nama ku kepada orang tua mu?" tanya Devian.
"Tentu saja. Papa tiri ku menanyakannya jadi aku mengatakannya"
"Apa?" Seketika saat itu juga wajah Devian memucat. Clarisa bingung kenapa Devian sangat terkejut saat nama dia diberitahu kepada orang tuanya.
"Kamu nggak apa? muka kamu kenapa pucat begitu?" tanya Clarisa melihat perubahan wajah Devian.
"Hah? tidak ada apa-apa. Aku pergi dulu ya, ada sesuatu yang harus aku urus, dan maaf aku tidak bisa menerima ajakan makan malam mu" kata Devian segera berlalu meninggalkan Clarisa.
Clarisa sangat sedih dan kecewa karena Devian menolak ajakannya dan bahkan meninggalkannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
Noejan
Hadir😁👍
2020-08-25
1