"Saya mengerti tuan, terima kasih banyak" ucap Devian sambil menundukkan kepalanya.
Akhirnya Devian pamit pulang dan tersenyum penuh arti.
.
.
.
Pagi ini Devian memulai pekerjaan pertamanya di mebel milik ayah tiri Clarisa atau majikannya yang ia sebut tuan.
Ia menatap sekeliling ruangan itu, tidak ada yang aneh sama sekali. Bahkan suara anak kecil yang pernah di dengarnya beberapa tahun lalu tidak lagi terdengar.
Agar tidak membuat tuan nya curiga, ia bekerja di mebel itu seperti pekerja pada umumnya. Tuan nya tidak pernah membiarkannya sendiri selama bekerja, membuatnya kesusahan untuk mencari tahu apakah mebel itu memiliki ruangan rahasia atau tidak.
Di ruang bawah tanah tempat Clarisa dan Aydin di kurung, mereka bisa mendengar suara langkah kaki dari lantai atas. Tetapi akan percuma jika Clarisa berteriak meminta tolong, karena semalam ayah tiri nya datang membuat ruangan itu sepenuhnya menjadi kedap suara dan tidak bisa di dengar sedikit pun dari lantai atas.
Clarisa mengusap-usap kepala anaknya yang sedang berbaring disampingnya saat ini.
"Mami, apakah bintang itu ada?" tanya Aydin tiba-tiba.
"Iya ada" jawab Clarisa.
"Apakah bintang kalau jatuh, kita bisa membuat sebuah pelmintaan?" tanya Aydin lagi.
"Kamu tahu darimana?".
"Dali buku celita".
"Iya bisa sayang".
"Kalau nanti aku melihat bintang jatuh, aku akan membuat pelmintaan"
"Permintaan apa?"
"Aku mau om-om yang seling datang kesini itu tidak mengganggu mami dan aku lagi" ucap Aydin.
"Memangnya kenapa? apa kau takut sama om itu?"
"Iya, dia jahat. Dia seling mukul mami" ujar Aydin.
Clarisa segera memeluk Aydin, ia tidak tahu harus berkata seperti apa. Memang benar Aydin selalu melihat Clarisa dipukuli oleh ayahnya itu, bahkan saat ayah tiri Clarisa sedang berkelahi dengan istrinya yaitu ibu dari Clarisa, yang menjadi tempat pelampiasan ayahnya adalah Clarisa.
"Mami apa bintang itu punya lumah sepelti kita?".
"Punya, rumahnya ada di langit" tunjuk Clarisa ke arah atas.
"Langit? langit itu apa mami?" tanya Aydin yang memang tidak mengetahui keadaan apapun diluar sana.
"Langit itu.." seketika Clarisa tidak dapat melanjutkan perkataannya, air matanya jatuh, ia tidak tahu harus menjelaskan seperti apa kepada Aydin yang bahkan tidak pernah melihat dunia luar sedikit pun sejak lahir.
Melihat ibunya yang menangis Aydin segera menghapus air mata ibunya.
"Mami kenapa menangis? Aydin ada salah ya mi?"
"Tidak sayang kamu tidak ada salah apa-apa. Maafkan mami yang sering menangis ya. Aydin harus menjadi anak kuat, tidak boleh seperti mami yang seperti ini".
"Iya mi. Aydin akan menjadi kuat, supaya om itu tidak bisa menyakiti mami lagi".
Clarisa mencium pipi gembul anaknya. Ia sangat bersyukur memiliki anak sebaik dan sepintar Aydin.
Kembali ke lantai atas, Devian tengah sibuk bekerja. Diliriknya jam di dinding sudah menunjukkan pukul 5 sore. Pekerjaannya telah selesai hari ini, tetapi ia belum menemukan petunjuk sama sekali.
Devian memutuskan untuk mencari tahu esok hari saat ia kembali bekerja. Ia sadar, saat ini ia tidak boleh bersikap gegabah. Karena jika tidak dilakukan perlahan, bisa-bisa nyawa menjadi taruhannya.
Beberapa saat setelah Devian pergi, ayah tiri Clarisa segera menuju ke ruang bawah tanah yang sangat tersembunyi itu.
Aydin kembali bersembunyi di belakang ibunya saat pintu di ruangan itu mulai terbuka.
"Malam ini suruh dia tidur cepat, saya ingin menyalurkan hasrat yang sudah beberapa hari ini tidak saya lakukan" kata ayah tiri Clarisa menyuruh Clarisa untuk menidurkan Aydin dengan cepat.
"Tapi bagaiman kalau dia belum mengantuk?" tanya Clarisa.
"Saya tidak mau tahu. Pokoknya buat dia tertidur malam ini atau saya tidak akan memberi kalian kebutuhan untuk makan lagi" ancam ayah tiri Clarisa sambil berlalu pergi.
"Mami aku takut" tubuh kecilnya memeluk Clarisa karena ketakutan.
"Tidak apa-apa sayang, ada mami kok" ucap Clarisa mencoba menenangkan anaknya.
"Apa malam ini Aydin tidak bisa tidul dengan mami?".
"Maafkan mami sayang. Kamu harus tidur di lemari malam ini" ujar Clarisa sangat menyesal.
"Apa malam ini om itu akan tidul disini?".
"Iya sayang".
"Aydin benci om itu. Setiap om itu datang, Aydin selalu tidur di lemali" kesal Aydin.
"Maaf sayang, maafkan mami".
"Mami tidak salah kok, yang salah om itu. Aydin akan tidul di lemali, tapi mami janji tidak akan sedih lagi ya".
"Iya mami janji".
Malam harinya setelah makan malam, Aydin segera masuk ke dalam lemari.
"Mami aku belum mengantuk".
"Kamu harus tidur sekarang sayang, sebentar lagi om itu akan datang. Kalau dia melihatmu belum tidur, nanti dia akan memarahimu" ujar Clarisa.
"Baiklah" kata Aydin dengan wajah cemberut. Ia segera berbaring di lemari sambil memeluk mainan dinosaurusnya.
"Maafkan mami sayang. Mami sayang Aydin" ucap Clarisa mencium kening Aydin sebelum menutup lemari.
Tidak lama, muncul lah ayah tiri Clarisa.
"Apa dia sudah tertidur?".
"Iya".
Ayah tiri Clarisa mengecek lemari dan mendapati Aydin yang sedang tertidur.
Segera ayahnya memulai aksinya kepada Clarisa untuk menuntaskan hasratnya yang sudah beberapa hari ini tidak ia lakukan. Clarisa hanya bisa pasrah menerima semua ini, karena jika dia berani melawan, ayah tiri nya mengancam untuk menjauhkan Clarisa dengan Aydin.
Aydin yang memang belum mengantuk, bangun dari tidurnya dan mengintip di sela-sela lemari. Ia melihat ibunya tengah bersama pria yang dia sebut om jahat itu. Aydin menutupi badannya dengan selimut sambil memeluk mainan dinosaurusnya, ia sangat kesal melihat om itu.
Setelah berhasil menuntaskan hasratnya ayah tiri Clarisa segera pulang, ia tidak menginap di tempat itu.
Dengan cepat, Clarisa membuka lemari dan melihat Aydin yang menutupi seluruh badannya dengan selimut. Ia tahu pasti anaknya belum bisa tertidur saat ini.
"Aydin bangun sayang, ayo keluar" kata Clarisa dengan lembut.
"Apa om jahat itu sudah pergi?" tanya Aydin membuka selimutnya.
"Iya sudah".
Aydin segera keluar dari lemari dan tidur bersama ibunya di ranjang.
"Mami aku mau dibacakan celita".
"Aydin mau cerita yang mana?"
"Bulung di dalam sangkal mami".
Clarisa akhirnya mulai membaca buku cerita yang diinginkan Aydin.
"Di sebuah negeri yang jauh, ada peraturan bagi seekor burung yang tinggal di sebuah sangkar milik seorang raja yang kejam. Dimana peraturan dari raja nya yaitu burung itu tidak boleh bercicit yang akan membuat kebisingan bagi tuan nya. Burung malang itu sangat takut, terdiam di pojok sangkar, berusaha mencari tahu apa yang terjadi dengan mengandalkan matanya yang jeli namun terlihat suram. Dan ia pun mulai berandai-andai, menebak bagaimana jika seandainya dia BEBAS?. Burung kecil itu terlihat berusaha untuk kabur dari sangkar yang menyiksanya, tetapi setiap ia berusaha kabur, tuan nya yang merupakan raja terkejam di negeri itu akan menghukum, mencaci, bahkan mengurung lebih dalam lagi burung malang itu hingga tak berdaya.
"Laja nya jahat sekali ya mami, sepelti om jahat" ujar Aydin.
Clarisa tersenyum dan melanjutkan ceritanya.
"Pada akhirnya burung kecil itu terperangkap selamanya di dalam sangkar. Tidak ada jalan untuk keluar dari sangkarnya. Keinginannya untuk bebas, hanya lah mimpi yang tidak dapat digapai oleh burung kecil itu. Selesai" kata Clarisa menoleh ke arah Aydin yang sudah tertidur.
Clarisa menatap pria kecilnya itu. Ia menarik selimut agar menutupi badan Aydin.
"Selamat tidur sayang. Semoga kisah kita tidak berakhir seperti burung kecil itu" ujar Clarisa mencium kening Aydin dan tidur disamping anaknya yang sudah terlelap.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
pembaca dalam hati
huwaaaa kasiann devian dapet nya yg udh longgar
2020-11-12
1
Feby Andrea Arifa
aq kok membayangkan nya jijik.
2020-11-12
4
Berrox Kaibo
berdebur-debur nih bacanya 😲
2020-09-07
1