"Dasar keparat! kau memang benar-benar iblis! lepaskan Clarisa!" teriak Devian sambil berlari ke arah ayah tiri Clarisa dan mencoba menusukkan pisau yang dipegangnya ke arah tuan nya itu, namun naas, sebelum Devian menusukkan pisaunya, tuan nya terlebih dahulu mengeluarkan pistol dan menembakkan peluru ke perut Devian hingga Devian tersungkur ke lantai dan tidak sadarkan diri.
Clarisa yang mendengar suara tembakan langsung menuju ke arah pintu.
"Devian..Devian, kau kah itu? kenapa ada suara tembakan?"
Clarisa tidak mendapat jawaban apapun dari Devian, ia mulai merasa khawatir jika Devian dalam bahaya.
"Mami ada apa? kenapa mami berteliak?" tanya Aydin, mengucek matanya.
"Kamu bangun sayang? tidur lagi ya, tidak ada apa-apa kok".
"Baiklah mami, Aydin bobo lagi".
Di tempat lain, Devian yang tengah pingsan, di seret ke dalam hutan oleh ayah tiri Clarisa. Setelah membiarkan Devian di hutan dengan darah yang berceceran, ayah tiri Clarisa segera ke ruang bawah tanah. Dibukanya pintu ruangan itu lalu ditatapnya Clarisa yang berada di sudut kamar tengah memeluk tubuh Aydin.
"Tumben tengah malam kesini" ucap Clarisa berusaha terlihat baik-baik saja.
Ayah tiri Clarisa tidak menjawab dan segera menarik tangan Clarisa dengan kasar, hingga ia terseret ke lantai.
"Akhhh, sakit. Kenapa aku ditarik seperti ini? Ada Aydin melihat" ujar Clarisa melihat Aydin yang terbangun akibat dirinya yang ditarik dengan kasar.
Plak, pipi kanan Clarisa menjadi korban akibat emosi kemarahan ayah tiri nya yang memuncak.
"Wanita tidak tahu diri".
Plak, kali ini pipi kirinya yang mendapat tamparan keras hingga darah keluar dari sudut bibirnya.
"Tolong jangan memukulku di depan Aydin. Tolong jangan" Clarisa bersujud memohon di kaki ayah tiri nya, karena Aydin terlihat menangis saat ibunya dipukul.
"Huaaa...om jahat jangan pukul mami" kata Aydin mulai berjalan mendekat ke arah Clarisa.
"Jangan mendekat kamu anak kecil, atau kau akan melihat ibumu mati".
Aydin kembali duduk di kasur, karena mendapat ancaman dari ayahnya.
"Aku sudah memberimu sedikit kebebasan, tapi begini caramu membalasnya hah? berani sekali kau berbicara dengan laki-laki keparat itu? teriak ayah tiri Clarisa mulai menjambak rambut Clarisa tanpa mempedulikan Aydin yang sedang melihatnya sekarang.
"Apa yang kau lakukan pada Devian? tolong jangan sakiti dia".
"Cih, masih berani kau bertanya tentang pria itu? pria itu sudah ku bunuh, jadi berhenti bertanya lagi".
"Apa? kau membunuhnya? kenapa kau harus membunuh orang yang tidak bersalah sepertinya?, Jika mau bunuh, bunuh saja aku!" teriak Clarisa begitu hiseris.
"Kau rela mati demi pria itu? kau benar-benar sudah gila!" ayah tiri nya mulai menendang bahkan menginjak perut Clarisa hingga darah terlihat mengalir dari sela kaki Clarisa.
"Perut..ku, awww perutku sakit".
"Ada apa denganmu? apa kau selama ini hamil?"
Clarisa tidak menjawab karena sudah sangat kesakitan. Tiba-tiba Clarisa berteriak sangat keras dan keluarlah gumpalan daging dari arah kaki Clarisa, yang ternyata adalah janin.
"Tidaaaakkk, kenapa kau tidak beritahu kalau selama ini kau hamil? kau benar-benar keterlaluan Clarisa!" ayah tiri nya terlihat meracau tidak karuan dan pergi dari ruangan itu meninggalkan Clarisa yang sedang pendarahan dan Aydin yang masih menangis.
"Mami, huaaa... mami kenapa berdalah?".
"Aydin, tol..ong ambilkan air dan kotak ob..at" ucap Clarisa terbata-bata karena telah kehilangan banyak darah.
Aydin segera mengambil kotak obat dan air untuk ibunya.
"Ini mami".
"Terima kasih"
Clarisa membersihkan darah yang mengalir di lantai dan meminum obat untuk menghentikan pendarahannya. Ia melihat janin yang tergeletak tidak berdaya dan mulai membungkus janin yang sudah meninggal itu.
Maaf karena mami tidak bisa menjagamu nak. Batin Clarisa sambil memeluk janin itu dan mulai menangis sejadi-jadinya.
.
.
.
Hari berganti bulan dan bulan pun berganti tahun.
Tidak terasa, sudah 3 tahun berlalu sejak kejadian di ruang bawah tanah terjadi.
"Hai Devian, bagaimana kabarmu?".
"Clarisa?".
"Kenapa kau meninggalkan aku dan anakku sendirian di tempat laki-laki itu? aku sangat takut Devian".
"Maafkan aku Clarisa, aku tidak bisa menyelamatkanmu".
"Kau jahat Devian. Aku akan pergi dari hidupmu".
"Tidak, tunggu Clarisa jangan pergi".
"Sampai jumpa"
"Jangan pergi, jangan pergi Clarisa".
Devian berteriak sangat keras memanggil nama Clarisa. Saat ia membuka mata, ternyata semua hanya lah mimpi.
Devian memandangi seluruh ruangan tempatnya berada saat ini, terasa asing untuknya.
"Dimana ini?" Devian mulai bertanya-tanya dimana ia berada dan apa yang terjadi padanya. Ingatan terakhir yang ia tahu adalah ia ditembak oleh ayah tiri Clarisa kemudian semua menjadi gelap dan tidak ada satu pun yang diingatnya lagi.
Devian mencoba bangun dari tidurnya dan duduk bersandar di atas kasur. Terdapat selang infus di tangan kanannya, membuat ia bingung sebenarnya apa yang telah terjadi kepadanya.
Tiba-tiba terdengar suara pintu terbuka, Devian melihat ke arah pintu dan mendapati pria yang tidak dikenalinya masuk ke dalam ruangan saat ini ia berada.
"Ternyata kamu sudah sadar ya, lama juga. Aku pikir nyawamu tidak bisa diselamatkan lagi" ujar pria misterius itu.
"Siapa kamu? dan aku ada di mana?".
"Hey tenanglah. Kau ada di rumahku. Aku Rian, orang yang menyelamatkanmu saat kau koma" kata pria yang ternyata bernama Rian.
"Koma? berapa lama aku koma?".
"3 tahun".
"Apa? 3 tahun? kau sudah gila ya?" teriak Devian.
"Kenapa kau meneriaki ku? aku yang menyelamatkan nyawamu bahkan merawatmu sampai 3 tahun, wah kau memang tidak tahu terima kasih ya, kalau tau begini aku sudah membiarkanmu mati saja di tengah hutan" ujar Rian panjang lebar.
Devian terlihat tidak mempedulikan perkataan Rian dan seperti sedang mengkhawatirkan hal lain.
"Kau bilang kau menemukanku di tengah hutan? apa yang terjadi saat itu?".
"Ya, kau mengeluarkan banyak darah dan pingsan. Lalu aku membawamu ke rumahku".
"Kenapa kau bisa ada di tengah hutan? apa kau melihat pelakunya?" tanya Devian.
"Pelaku? pelaku apa? saat itu aku sedang bertugas dengan tim ku dan tiba-tiba mendapati kau yang sudah tidak sadarkan diri" jawab Rian.
"Apa kau seorang polisi?".
Rian mengangguk.
"Kalau begitu kau harus membantuku menemukan seseorang".
"Apa maksudmu? kau baru saja sadar dari koma selama 3 tahun dan tiba-tiba menyuruhku untuk menemukan seseorang?".
"Kau kan polisi. Aku yakin kau bisa menemukan orang ini. Orang ini sudah di culik oleh ayah tiri nya di sebuah mebel, dan hampir 10 tahun ini tidak ada yang mengetahuinya".
"Kenapa tidak dilaporkan ke polisi sebagai orang hilang?".
"Karena ayah tiri nya licik, ia membuat surat seakan-akan anak itu kabur dari rumah. Waktu itu aku menemukan tempat dia disembunyikan, tapi saat itu juga aku ditembak dan tidak bisa menyelamatkannya" kata Devian tertunduk lesu.
"Siapa nama orang itu?".
"Clarisa Stewart. Dia di culik dan akhirnya mempunyai anak laki-laki dari ayah tiri nya yang bejat itu" kata Devian terlihat geram.
"Baiklah, aku akan mencoba membantumu untuk menemukannya".
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
Berrox Kaibo
aq mampiiirrrrr 😆
baca lagi... baca lagi...
maaf lama mampirnya ka, pekerjaan rmh banyak yg mesti diselesein dl 😫
ksh like nih, jgn lupa mampir di "prolog-defeated" ya 😉
tinggalin jejak jg like ya 😎
salam semangat nulis dr "Memira" 🥰
2020-09-07
2