Clarisa sedang bermain bersama bayi Aydin. Ia tersenyum melihat bayi Aydin tertawa saat bermain dengannya, kemudian Clarisa mencium pipi gembul bayi Aydin.
"Cepat besar Aydin sayang, mama janji akan membawa kamu keluar dari ruangan sempit ini. Kamu tidak boleh tinggal di tempat menakutkan ini. Mama sayang kamu nak".
3 tahun kemudian
Aydin telah tumbuh menjadi anak yang pintar, periang dan penurut pada ibunya. Hari ini merupakan hari ulang tahunnya yang ke 3 tahun.
Clarisa merayakan ulang tahun Aydin dengan cara sederhana. Ia membuatkan kue ulang tahun yang ia pelajari dari internet sejak ia masih kecil dulu.
Clarisa mencoba mengingat bahan apa saja yang digunakan untuk membuat kue ulang tahun itu. Tentu saja bahan-bahan untuk membuat kue ulang tahun, disediakan oleh ayah tiri Clarisa yang juga ayah dari Aydin, setelah Clarisa memohon untuk merayakan ulang tahun Aydin untuk pertama kalinya.
"Aydin kesini sayang" panggil Clarisa.
"Iya mami" Aydin yang sedang bermain menoleh ke arah ibunya, mata biru nya yang khas menatap ke arah ibunya dan berlari ke pangkuan ibunya.
"Selamat ulang tahun sayangnya mami" ucap Clarisa mencium puncak kepala Aydin dan mengangkat Aydin ke pangkuannya.
"Mami kenapa tidak ada lilin? Aydin lihat di buku, kalau ulang tahun itu ada lilin nya" kata Aydin dengan polosnya.
"Maaf sayang, disini tidak boleh ada barang tajam, termasuk lilin juga tidak boleh" ujar Clarisa sambil memotong kue ulang tahun Aydin menggunakan sendok.
"Tapi ini namanya bukan ulang tahun mi, kalna tidak ada lilin" Aydin bersikeras menginginkan lilin.
"Tidak boleh, makan begini saja ya. Ayo makan" ucap Clarisa dengan lembut sambil menyodorkan kue di mulut Aydin.
Aydin menolak kue yang diberikan Clarisa dan menjauhkan tangan Clarisa sehingga kuenya jatuh berserakan ke lantai.
"Apa om itu yang melalangnya? om itu jahat" teriak Aydin berlari ke kasur dan menutupi badannya dengan selimut.
"Aydin kamu tidak boleh seperti ini" bentak Clarisa, membuat Aydin menangis di dalam selimut yang menutupinya.
Clarisa menarik napasnya, kemudian mendekat ke arah Aydin. Ia segera memeluk anaknya.
"Maafkan mami, mami tidak bermaksud memarahi mu sayang".
Terdengar suara pintu terbuka, Clarisa melihat ayah tiri nya datang. Aydin langsung bersembunyi di belakang mami nya setelah melihat pria itu.
Ayah tiri Clarisa menatap Aydin kemudian memberikannya mainan dinosaurus kesukaan Aydin. Aydin menerima mainan itu, kemudian menyembunyikan dirinya lagi dibelakang ibunya.
"Gara-gara kamu, dia menjadi takut padaku" ujar ayah tiri Clarisa menyalahkan Clarisa.
"Maaf" kata Clarisa sambil tertunduk.
"Saya akan pergi sekarang. Jangan pernah berpikir untuk pergi dari tempat ini lagi".
Clarisa mengangguk dan tetap menundukkan kepalanya, saat ia mendengar suara pintu sudah ditutup, Clarisa akhirnya bisa bernapas lega.
Flashback on
Pada suatu malam, Aydin pernah mengalami demam tinggi. Pada saat itu usia Aydin baru 2 tahun.
Clarisa yang melihat anaknya menggigil menjadi panik. Ia melambai-lambaikan tangannya ke arah cctv yang ada di ruangan itu. Ya, cctv itu sengaja di pasang oleh ayah tiri Clarisa agar ia bisa memantau keadaan Clarisa dan juga Aydin.
Clarisa memohon kepada ayah tiri nya agar Aydin bisa dibawa ke rumah sakit. Tetapi ayahnya menolaknya. Ayahnya hanya memberikan obat penurun panas, dan membuat Clarisa sangat marah.
Clarisa yang terlihat berteriak karena emosi, membuat ayah tiri nya menamparnya di depan Aydin. Sejak saat itu, Aydin selalu takut melihat ayahnya dan selalu bersembunyi di belakang ibunya.
Flashback off
Sudah hampir 5 tahun Devian terus mencari keberadaan Clarisa. Kali ini hanya ia sendiri yang mencari Clarisa, karena Viona telah lelah mencari Clarisa yang tidak ditemukan juga.
Mereka sudah mencoba melaporkan Clarisa ke polisi, tapi sepertinya polisi tidak terlalu mengusut kasus kehilangan ini. Buktinya sampai sekarang, belum ada tanda-tanda keberadaan Clarisa ditemukan.
"Hai Devian. Lama tidak bertemu" kata Viona yang tidak sengaja bertemu Devian di salah satu cafe.
"Oh hai Viona" balas Devian.
"Bagaiman kabarmu? sudah 2 tahun berlalu ya" tanya Viona. Ya, sejak 2 tahun yang lalu, Viona berhenti mencari keberadaan Clarisa.
"Baik" jawab Devian singkat sambil menyeruput kopi nya.
"Apakah kamu tetap mencarinya sampai sekarang?" lanjut Viona kembali bertanya.
Devian hanya mengangguk sambil menatap ke arah kaca kafe.
"Bagaimana kalau usaha mu selama ini sia-sia? ini sudah hampir 5 tahun Devian" ujar Viona.
"Apa maksudmu? tidak ada yang sia-sia".
"Bagaimana kalau ternyata Clarisa sudah meninggal?"
Devian menoleh ke arah Viona saat wanita itu menyebut kata meninggal.
"Setidaknya mayatnya ditemukan jika dia memang meninggal, tapi sampai sekarang tidak ada kan? aku yakin dia masih hidup" Devian tetap kekeh dengan pendiriannnya.
"Atau kalau dia benar-benar kabur bagaimana?"
"Aku sudah mengecek semuanya Viona, dan aku sangat yakin dia masih ada di kota ini. Aku yakin dia berada dekat dengan kita, tapi aku tidak tahu tepatnya dimana itu" ujar Devian mulai terlihat emosi.
"Baiklah. Apa kau sudah mengecek kembali mebel ayah tiri Clarisa yang kau curigai itu?" tanya Viona.
"Sudah, tapi sekarang mebel itu sudah terbuat dari besi dan baja, dan bahkan sekarang tempat itu sudah tidak ada lagi jendela. Aku semakin curiga kalau dia benar-benar menyembunyikan Clarisa di tempat itu" jawab Devian.
"Aku rasa kau tidak akan bisa pergi kesana jika ruangannya seperti itu. Tapi aku punya ide".
"Ide apa?"
"Kau mengenal ayah tiri Clarisa kan? jadi cobalah dekati kembali ayahnya, buat dia mempercayaimu, usahakan kamu harus terlihat berpihak penuh kepadanya, dan saat dia mulai lengah, kamu cari tahu apakah Clarisa benar di ruangan itu atau tidak" ujar Viona.
"Aku tidak tahu apakah ide ini akan berjalan dengan baik atau tidak, tapi terima kasih atas sarannya. Aku akan mencobanya" kata Devian.
Viona pun pamit dari cafe itu. Sedangkan Devian terlihat mulai berpikir untuk merencanakan aksinya.
.
.
.
tok tok tok
"Iya siapa?" terdengar suara dari arah dalam rumah.
"Maaf, anda siapa ya?" tanya orang yang membukakan pintu yang ternyata adalah ibu Clarisa.
"Maaf, apakah suami anda ada? kebetulan saya adalah kenalan suami anda" ucap Devian. Ya, Devian memutuskan untuk bertemu dengan tuan nya itu, yang tidak lain adalah ayah tiri Clarisa.
"Tunggu sebentar ya, saya panggil dulu".
Devian mengangguk dan menunggu di teras rumah.
Beberapa saat kemudian, keluar lah ayah tiri Clarisa dari dalam rumah.
"Ada perlu apa?"
"Maaf tuan, saya kesini karena ingin memohon kepada anda untuk memberikan saya pekerjaan, karena saat ini saya tidak mempunyai pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan hidup saya tuan" ujar Devian sambil menunduk.
"Kau kan bisa kerja di tempat lain dam menghasilkan uang"
"Maaf sekali lagi tuan, tetapi anda tahu sendiri kalau saya orang nya sangat tertutup dan saya juga mempunyai catatan kriminal. Susah bagi saya untuk mendapatkan pekerjaan tuan" kata Devian mencoba meyakinkan tuan nya itu.
"Kau tidak berusaha merencanakan sesuatu kan?" selidik ayah tiri Clarisa.
"Tentu saja tuan, saya tidak mungkin merencanakan sesuatu tanpa sepengetahuan tuan".
"Baiklah, kamu bisa datang bekerja di mebel ku mulai besok. Aku mempercayaimu" kata tuan nya itu penuh penekanan.
"Saya mengerti tuan, terima kasih banyak" ucap Devian sambil menundukkan kepalanya.
Akhirnya Devian pamit pulang dan tersenyum penuh arti.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
Cantika
Yuhu, jejaknya sampai sini dulu...
Semangat
2020-10-04
0
Berrox Kaibo
semangat terus kaka 😆
2020-09-07
1
Seseorang
semangat
2020-08-31
1