Bab 6

Clarisa sangat sedih dan kecewa karena Devian menolak ajakannya dan bahkan meninggalkannya.

Setelah kejadian pagi tadi Clarisa tidak melihat Devian mengikutinya lagi.

Aneh sekali, kalau tidak mau ikut makan malam bersama keluarga ku harusnya jujur saja, kenapa harus pergi bilangnya ada urusan. Gumam Clarisa.

Hari ini Clarisa memutuskan untuk pulang lebih awal dari tempat kerjanya dengan alasan sedang tidak enak badan. Clarisa tidak bisa fokus bekerja karena pikirannya selalu terbayang kepada Devian.

Sesampainya Clarisa di rumah, rumahnya terlihat kosong karena pintu rumahnya terkunci. Untung saja ia selalu membawa kunci cadangan di tasnya.

Baru beberapa menit Clarisa sampai di rumah, ayah tirinya ternyata sudah pulang juga.

"Loh papa, tumben pulang cepat" sahut Clarisa dari balik dapur.

"Oh iya, papa hanya mau mengambil sesuatu yang ketinggalan di rumah. Kamu sendiri kenapa cepat pulang?" tanya ayah tiri Clarisa.

"Ohh..itu.. Ehh, aku lagi tidak enak badan saja" ucap Clarisa.

"Ya sudah kamu istirahat saja"

Clarisa mengangguk dan saat ia akan masuk ke kamarnya, ayahnya bertanya lagi.

"Teman kamu si Devian itu, jadi makan malam sebentar dengan kita?"

"Entahlah, pa. Sepertinya tidak jadi" jawab Clarisa dengan wajah sendu.

"Jangan sedih seperti itu sayang. Oh iya, papa mau minta tolong sama kamu boleh?"

"Iya pa. Minta tolong apa?"

"Temani papa ambil barang dari mebel, soalnya papa tidak kuat kalau mengangkatnya sendiri. Maklum lah papa kan sudah tua" ujar ayah tiri Clarisa.

"Baiklah, aku juga sedang bosan di rumah. Aku akan membantu papa" ucap Clarisa.

Clarisa dan ayahnya segera menuju ke mebel tempat ayah tiri nya itu bekerja. Sebenarnya Clarisa juga selama ini tidak mengetahui dimana tempat kerja ayahnya. Yang ia tahu ayahnya merupakan pemilik sebuah mebel.

Selama diperjalanan Clarisa tertidur karena lelah sehabis pulang bekerja. Ia terbangun saat ayah tirinya sudah memberhentikan mobil. Akhirnya setelah menempuh perjalanan yang cukup jauh yaitu sekitar 2 jam dari rumah mereka, mereka pun telah sampai di suatu mebel yang tidak terlalu besar dan di kelilingi hutan disekitarnya.

"Ini benar tempat kerja papa? kenapa tempatnya di hutan begini?" tanya Clarisa yang baru saja terbangun dari tidurnya.

"Papa kan kerja di mebel kayu, jadi wajar lah tempatnya di hutan seperti ini. Ayo turun bantu papa mengangkat barang" ajak ayah Clarisa.

"Dimana tempatnya, pa?"

"Di ruang bawah tanah, ayo kesini"

Clarisa segera mengikuti ayah tiri nya itu ke ruang bawah tanah.

"Itu yang harus di angkat" tunjuk ayah Clarisa pada sebuah patung.

Saat Clarisa berjalan melewati ayahnya dan ingin mengangkat patung itu, tiba-tiba saja kepalanya seperti dihantam benda keras, membuat Clarisa tersungkur ke tanah.

Clarisa menoleh dan mendapati ayah tiri nya sedang memegang kayu yang cukup tebal.

"Pa..pa apa yang kamu laku..kan?" Clarisa sangat ketakutan, terlebih lagi saat ia merasakan darah mulai mengucur dari kepalanya.

Perlahan Clarisa mencoba mundur untuk mencapai pintu, tapi sayang, saat ia hampir menuju pintu lagi-lagi kepalanya dipukul dan membuat Clarisa pingsan.

Ayah tiri nya segera membawa Clarisa ke tempat rahasia yang ada di ruang bawah tanah itu, sesaat setelah Clarisa pingsan.

Beberapa jam kemudian, Clarisa telah sadar kembali. Dilihatnya ruangan yang sangat asing baginya. Ia kembali mengingat apa yang barusan terjadi kepadanya beberapa jam lalu. Ia begitu takut mengingat perbuatan ayah tiri nya tadi.

Clarisa mencoba mencari cara untuk keluar dari ruangan kecil itu. Ia menuju ke pintu, tapi pintu itu menggunakan password sehingga ia tidak bisa membukanya.

Tempat itu juga tidak memiliki jendela sama sekali, hanya ada sirkulasi udara di atap dengan ukuran yang sangat kecil, bahkan kepala pun tidak muat untuk masuk ke dalamnya.

Clarisa sangat panik dan bingung harus berbuat apa. Tiba-tiba terdengar suara seperti seseorang sedang memasukkan password ke pintunya. Clarisa menoleh dan melihat ayah tiri nya sudah berdiri dari bali pintu sambil tersenyum menyeringai.

"Apa yang kamu lakukan padaku? Kenapa kau mengurungku seperti ini? teriak Clarisa begitu histeris.

Plak, plak.

Tamparan mendarat di kedua pipi mulus Clarisa.

"Kamu sudah berani berteriak padaku ya" ucap ayah tiri Clarisa.

"Kau ternyata selama ini orang yang jahat? kenapa kau melakukan semua ini padaku hah? kenapa?"

Plak, plak, plak, plak.

Clarisa ditampar bertubi-tubi, membuat gadis itu tersungkur dan mengeluarkan darah di sela bibirnya.

"Aku sudah bilang jangan pernah melawanku!" bentak pria paruh baya itu.

"Tolong katakan kenapa kau melakukan ini padaku" lirih Clarisa. Pipinya terasa sangat panas sekarang karena tamparan tadi.

"Kau mau tahu alasannya sayang?"

"Alasannya karena kau berani mendekati pria lain selain aku!" lanjut ayah tiri Clarisa sambil menendang perut Clarisa.

Sangat perih, itulah yang dirasakan Clarisa. Ia merasa seperti kembali ke masa saat dia kecil dulu, dimana ia sering ditendang oleh ibunya sendiri.

"Tolong bebaskan aku dari sini, aku mohon. Jangan mengurungku disini, aku mohon" Clarisa sampai bersujud memohon agar ia bisa dibebaskan dari tempat itu.

"Tidak bisa sayang. Mulai sekarang kau akan tinggal disini dan hanya aku lah yang berhak memilikimu" ujar ayah tiri nya, tersenyum kemenangan.

"Aku mohon. Aku sudah menganggapmu sebagai ayah kandungku sendiri, tolong jangan seperti ini" kali ini Clarisa menangis sambil terus memohon di kaki ayahnya.

"Hahaha gadis yang malang. Tapi aku tidak pernah menganggapmu sebagai anakku. Selama ini aku menganggapmu sebagai wanita yang aku cintai sayang"

"Brengsek! Cuih" Clarisa meludahi ayah tiri nya, membuat ayahnya sangat marah besar dan menendang Clarisa berkali-kali.

"Jangan harap kamu bisa keluar dari ruangan ini satu langkah sekalipun!"

BLAM!

Pintu ditutup begitu kuat.

Clarisa terus menangis, seluruh badannya sangat sakit akibat dipukuli. Ia tidak tahu harus bagaimana lagi sekarang. Ruangan itu tidak ada celah sedikit pun untuk kabur.

Clarisa kembali mencoba berdiri menahan sakit, ia menuju ke ranjang kecil yang berada di sudut ruangan. Diedarkan pandangannya ke ruangan itu, dilihatnya dapur kecil serta toilet duduk berada dalam satu ruangan yang dia tempati sekarang tanpa ada sekat sekalipun.

Clarisa meringkuk ketakutan. Devian tolong selamatkan aku" gumam Clarisa, terus menangis.

Di tempat lain, Devian sedang mondar mandir di basement yang merupakan tempat tinggalnya selama ini.

Devian terlihat seperti sedang khawatir, ia tidak bisa diam di satu tempat. Ia menggigit-gigit kukunya sambil terus mondar mandir kesana kemari.

Tok tok tok

Terdengar ketukan dari pintu rumah Devian. Ia segera membuka pintu rumahnya. Wajahnya terlihat pucat dan tubuhnya bergetar melihat tamu yang datang.

"Halo Devian, bagaimana kabarmu hari ini?" tanya tamu itu yang ternyata adalah ayah tiri Clarisa.

Terpopuler

Comments

Berrox Kaibo

Berrox Kaibo

wah, step dadnya ternyata psico ya

menarik... menarik... 🤔

2020-09-06

2

Noejan

Noejan

Like😁

2020-08-30

2

Nom

Nom

Hai kak semangat update, di tunggu kelanjutannya😊
jangan lupa juga buat feedback ke karya ku yang berjudul " My sweet baby sitter "
Aku tunggu ya kak.. Makasih🤗

2020-08-26

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!