Entah berapa kali aku menyebut-Mu saat ini Tuhan, benarkah aku jatuh cinta pada kak Ars? Huft ... akhirnya kata-kata drama ini keluar juga dari mulutku.
"Kalau kamu sakit, kita langsung pulang!" Perintah Arsya singkat.
Eliana hanya bisa diam, dia jadi canggung apa yang harus dilakukannya. Kalau ngobrol, bahas apa? lalu kalau merespon, El juga bingung akan merespon apa. Meski sebenarnya di hati Eliana ingin bertanya, kenapa Arsya saat ini bawa mobil, kenapa tadi pergi lama sekali, terus memangnya tadi mau kemana karena tiba-tiba sekarang harus pulang saja.Tapi semua itu hanya tertahan di tenggorokanya saja.
"Kamu lapar De? Kita makan dulu ya, setelah itu baru pulang!" Arsya melirik El.
El hanya mengangguk, tak merespon lebih dari itu. Bahkan menoleh saja tidak. Isi hati dan pikiranya sedang tak karuan. Dia sedang menyelami keadaan hatinya bahkan membuktikan pada diri sendiri, benarkah dia jatuh cinta pada Arsya? yang selama ini dianggap sebagai kakaknya?
Arsya menghentikan mobilnya di sebuah tenda angkringan cukup terkenal di daerah itu, angkringan mbok Sus namanya. Meski waktu masih siang, tapi angkringan itu buka 24jam. Jika malam tiba, angkringan itu menyajikan suguhan khas malam, seperti bajigur, wedang jahe, wedang ronde, tak tertinggal minuman hangat biasa, berbagai kopi dan teh. Makanan yang disajikan mulai dari mie tek-tek, nasi kucing, awug, serta makanan tradisional yang lainya masih banyak lagi.
Beda halnya suguhan untuk pagi hari sampai sore, mulai dari nasi uduk, nasi kuning, nasi rames, berbagai mie juga masih ada selain disajikan malam, minuman hangat selalu ada di sepanjang waktu. Khusus pada siang hari berbagai minuman dingin tersedia.
"Kamu mau makan apa, De?" Tanya Arsya dengan memegang bahu Eliana.
Eliana terperanjat seprti orang terkejut, "em ... Aku kelapa muda saja, tadi udah makan di rumah. Sekarang belum mau makan."
"Kamu kenapa sih De, beneran ngga sakit kan? tatapan kamu kosong, terus sering melamun dan kagetan seperti itu?" Arsya menyentuh tangan Eliana lembut, lalu di genggamnya erat.
Eliana merasakan desiran tak menentu di seluruh tubuhnya, darahnya seakan berjalan-jalan disetiap nadinya. Membuat Eliana keluar keringat dingin, tak henti-hentinya,dia merinding tak jelas, terlebih ketika El hendak menjawab pertanyaan Arsya sambil melihat wajahnya, dia tak sanggup. Seakan-akan pria yang ada di hadapannya ini, benar-benar seorang pangeran yang baru saja ia kenal.
Ya ampun ... kak Arsya, aku baru menyadari kau begitu tampan seperti pria dewasa yang ada di film-film itu. Batin Eliana mulai agresif.
"Hey, ada apa?" Arsya menggoyangkan tangannya di depan wajah Eliana.
"ya sudah, kita ngga jadi makan. Sepertinya sakitmu serius, meski kamu tak demam dan terlihat baik-baik saja. Tapi sikapmu membuatku khawatir, kita pulang saja!" lanjut Arsya.
"Tidak, tidak, jangan! Kak Ars pasti belum makan, silakan makan saja, aku lagi ga mood makan, beneran. Aku mau satu kelapa muda saja, yang murni ngga pake gula atau tambahan apa-apa lagi!" tukas Eliana.
"Ok baiklah, tunggu sebentar. Aku bawa makanan ke sini saja." Arsya mengusap kepala Eliana, kemudian pergi.
Mata Eliana mengiringi kepergian Arsya, dia tersenyum tipis. "Kenapa aku buta selama ini, harusnya aku paham, banyak gadis yang ingin menjadi kekasih kak Arsya. Bahkan aku mengenalnya sejak kecil, tapi kak Arsya jatuh hati padaku. Kalau secara logika, mungkin kak Arsya akan memilih gadis lain daripada diriku, harusnya kak Arsya bosan selalu dekat denganku. Hem ... aku bersyukur Tuhan, belum terlambat menyadari hal ini." Eliana tersenyum menyelami hatinya terhadap Arsya.
Tak berapa lama Arsya kembali dengan bungkusan kantong kresek di tangannya dan satu butir kelapa muda yang sudah di kupas, siap minum.
Arsya menata makanan itu agar nyaman untuk dinikmati meski di dalam mobil. Diserahkannya kelapa muda kepada Eliana plus sedotan yang sudah ada di dalamnya. Kemudian dia membuka nasi kuning kesukaannya, sambal pedas dan sambal goreng tempe yang lezat membuat Arsya ketagihan dengan nasi kuning angkringan mbok Sus.
"Kak Arsya mau?" El menyodorkan kelapa muda itu pada Arsya.
Arsya melihat El dengan heran, tapi dia tak ambil peduli dengan rasa itu, diminumlah air kelapa muda dengan penuh nikmat. Benar-benar segar sekali rasanya, kemudian Arsya melanjutkan makannya dengan tenang.
"Oya De, boleh Kakak tanya sesuatu?"
"Boleh, tanya apa?"
"Siapa pria tadi? kelihatannya akrab sekali." Arsya bertanya sambil terus memasukan suapan demi suapan ke dalam mulutnya.
Eliana bingung mau menjawab apa, kalau berbohong tidak mungkin, dan kenapa juga harus bohong. Kalau jujur takut Kak Arsya marah, pikirnya.
"Kenapa diam?" Ars bertanya lagi, datar.
"D-dia Rendy. Teman aku ketika SMP." Jawab Eliana lirih.
"Rendy? Teman atau ...." Arsya menggantungkan ucapannya, memancing kejujuran Eliana.
"Iya, hanya teman. Meskipun ... Memang kami sempat dekat, tapi itu karena ingin mencoba saja, kaya orang lain punya pacar gitu. Tapi kita nggak pernah ada komitmen kok, kita hanya mencoba saliing dekat, memberi perhatian, tanpa hubungan apapun dan tidak pernah ada hal-hal yang berlebihan.
"Dia memang baik orangnya, tidak pernah mengatur, bicaranya santai dan suka bercanda. Tapi aku ngga cocok, aku ngga suka. Dia kurang dewasa seperti Kakak, aku tuh pengenya sosok pria yang bisa menjaga dan melindungi aku, bukan membiarkan aku bebas. Seolah-olah nggak peduli gitu. Makanya aku dan ...."
Ucapan Eliana terhenti karena melihat Arsya menatap wajahnya dengan senyum-senyum mencurigakan. "Kak Arsya kenapa, sepertinya bahagia sekali mendengar ceritaku barusan?"
Arsya mencuci tangannya terlebih dahulu, karena selesai makan. Kemudian mengambil tisu untuk mengeringkan tangannya. Lanjut dengan minum segelas air teh hangat dari angkringan yang di pesanya tadi.
"Ehem ...." Arsya berdeham menahan senyum dan suka citanya.
"Ada apa sih, ada yang lucu ya? Aku salah bicara?" Eliana khawatir.
"Em ...coba kamu ulang kalimat terakhir.!"
"Yang mana? tadi aku bicara banyak. Lupa ...."
Arsya menarik nafas dalam, dia merenggut tangan Eliana dengan perlahan. Digenggamnya tangan itu dengan penuh perasaan, tatapan Arsya melengkapi suasana romantis di dalam mobil yang mereka tumpangi itu.
Akan tetapi, suasana yang seharusnya romantis itu, bertolak belakang dengan apa yang dirasakan Eliana. Dia merasa tegang, tak dapat mengendalikan dirinya, gugup, panik, salah tingkah.
"Kak Ars, ayo kita pulang! dan ... beri tau di mana ponselku, pasti banyak pesan yang masuk." Eliana mengalihkan pembicaraan, untuk merubah suasana yang tidak kondusif untuk dirinya.
Arsya tidak menanggapi ucapan Eliana, perlahan dia mengecup tangan gadis manis di hadapannya itu. Digesernya posisi duduk Arsya, lebih dekat pada Eliana.
"Eliana sayang, aku tau perasaanmu kepadaku yang sebenarnya. Jangan menghalangi hati yang ingin menikmati manisnya asmara. Aku tak peduli siapa Rendy, kau tak perlu mengulang perkataan tentang kakakmu yang dewasa ini, dapat menjaga dan melindungimu. Tidak ada alasan lagi untuk menunda hubungan kita, ke jenjang yang lebih serius ...." suara Arsya begitu lirih dan lembut.
"ih ... apaan sih. Geli tau, sayang sayang. Kak Ars ini ya, ga punya malu! Siang bolong begini, mesum ...." El mendorong Arsya agar tidak terlalu dekat dengan dirinya.
"Haha, cieee ... yang gugup," ledek Arsya.
Eliana sebal dengan kelakuan Arsya, lagi-lagi dibuatnya malu. Apalagi ini di tempat umum, meski di dalam mobil, tapi orang akan lihat apa mereka lakukan.
Arsya masih tertawa girang sambil menyalakan mesin mobilnya kemudian melaju ke arah pulang. Dia suka sekali dengan reaksi adiknya itu yang kelihatan sekali salah tingkah.
***BERSAMBUNG....
______________
MOHON BANTU AUTHOR UNTUK KASIH LIKE DAN KOMEN DI POSTINGAN INI YA!🙏
TERIMA KASIH***.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 180 Episodes
Comments
Aruna
hadir selalu ...
2019-12-31
0