Eliana semakin terisak dalam pelukan Ars. Dia tak bisa mengatakan apapun, sungguh kehabisan kata-kata. El hanya bisa menangis dan menutup muka dengan tangannya.
Arsya semakin bingung dan merasa bersalah, diusapnya kepala Eliana agar lebih tenang. "Sudah De sudah, maapin kakak ya! Kakak janji tidak akan banyak bertanya lagi atau membahas tentang perasaan. Ayo keringkan air matamu, nanti ada orang lain lihat, kita jadi malu!"
*Ya Tuhan, kuatkan aku dalam menghadapi gadis ini. Mungkin saat ini aku hanya bisa memeluk tubuhnya, suatu saat akan ku peluk bersama hatinya dan menjadi miliku seutuhnya.
El belum juga menyudahi tangisnya, sedangkan Arsya semakin lemah dalam kondisi seperti ini. Pelukan itu untuk Arsya sudah membuat seluruh darahnya mendidih. Tapi entah dengan perasaan Eliana saat itu.
Arsya perlahan mengangkat wajah Eliana kemudian mengusap air matanya. Dia mengambil tisu yang ada di meja rotan yang terletak di sana.
"Bersihkan wajahmu, sebelum ada orang yang kemari!" Pinta Arsya.
Eliana mengambil tisu itu dan membersihkan wajahnya sendiri, dia sudah dapat mengatur nafasnya tidak sesenggukan lagi.
"Baiklah, mungkin ini terlalu terburu-buru. Begini saja, kau pulang dan tenangkan dirimu. Em ... Kamu mau membalas jika kakak kirim pesan?"
Eliana hanya mengangguk.
Ars memegang pundak Eliana dan berkata, "Baiklah. Berarti kamu memang tidak marah sama Kakak ya? Maafkan Kakak karena kejadian ini. Sekarang kamu pulang saja, atau mau kakak antar?"
Eliana menggelengkan kepalanya.
"Baiklah, ayo!" Ars mengantar El sampai depan pintu.
Begitulah mereka sebenarnya baik-baik saja tapi mungkin suatu hal yang dipaksakan memang tidak akan berjalan baik meski itu sesuatu yang baik. Arsya memang seringkali memposisikan dirinya sebagai Kakak Eliana, terlebih dia tidak punya seorang adik bahkan saudara pun tidak. Ars anak tunggal, maka dari itu dia sangat menyayangi El sejak masih kanak-kanak.
Arsya masuk ke kamarnya, dia rebahan lalu memutar musik. Dia memang seorang pria yang tergolong baik, gak neko-neko dan tidak terpengaruh dalam pergaulan masa kini. Terlihat dari jenis musik yang di sukai adalah Pop, kadang Melayu juga. Ars merasa lagu pop Melayu syairnya sering mewakili isi hatinya, sehingga merasa bisa melampiaskan kegundahan hati lewat mendengarkan saja atau ikutan berdendang.
Seperti kali ini dia memutar lagunya Derby Romero yang berjudul "Tuhan Tolong." Siapa yang tak kenal lagu dari Derby Romero? Dia artis cilik yang besar namanya karena bermain film Petualangan Sherina.
Arsya ikut mendendangkan syair lagu itu, begitu menghayati sekali. Terlebih pas dibagian reff.
***Oh Tuhan tolonglah aku
Janganlah kau biarkan diriku
Jatuh cinta kepadanya
Sebab andai itu terjadi
Akan ada hati yang terluka
Tuhan tolong diriku***.
Syair itu kena sekali ke dalam hatinya. Dia menyadari perasaannya tidak akan mulus untuk Eliana. Meski hubungan mereka terjalin sejak kecil, tapi itu berbeda.
Tak terasa Arsya bergumam sendiri, "Tuhan, jika Eliana bukan jodohku, bantu aku untuk menghilangkan rasa ini. Hatiku rela sakit daripada melihat El yang tersakiti. Tuhan, atau tutup saja hati kami berdua agar tidak saling menyakiti karena sebuah perasaan. Jauhkan kami dengan apapun takdir-Mu, Kau maha kuasa, Kau pemegang takdir ini ...!"
Ponsel Arsya berbunyi membuyarkan lamunannya, dia melihat ada panggilan dari Siska.
"Halo sis, ada apa." Ars mengawali pembicaraan.
"Kamu gimana sih Ars, kami semua udah nunggu nih!" Siska sedikit kesal.
"Memangnya ada apa?"
"Ya ampun Ars .... Kau lupa hari ini kita persiapan untuk bimbingan anak-anak Bantara di sekolah. Gimana sih sampe lupa begitu!."
Haduh ... Kenapa aku sampe lupa. Gumam Ars.
"O iya, maaf maaf. Beneran aku lupa. Ada tamu di rumah soalnya. Ok aku kesana sekarang ya!"
"Ok aku tunggu, jangan lama-lama loh!"
"Iya iya, aku segera kok!" Arsya memastikan.
***
Arsya bergegas merapikan dirinya dan menyiapkan peralatan yang mungkin akan digunakan sebagai bimbingan nanti.
Arsya memang sudah beberapa tahun bukan siswa di sekolah itu. Tapi sekolah itu selalu mengajak para alumni khususnya yang berprestasi untuk sama-sama membantu dalam mengembangkan ekstrakurikuler. Arsya pun dan temannya tidak keberatan mendedikasikan diri untuk almamaternya.
Arsya segera berangkat, dia ingat pada El kemudian meraih ponselnya. Dia ingin mengajak El, karena El juga termasuk dalam undangan para alumni untuk membantu dalam pembimbingan.
Arsya menelpon El, tapi sesat kemudian dibatalkan panggilan itu.
"Mungkin El masih lelah untuk kegiatan seperti ini. Biarkan saja aku besok mengajaknya." Gumam Arsya.
Setelah pamitan pada Ibunya, Arsya berangkat menggunakan sepeda motornya. Dia menggunakan pakaian Pramuka dengan atribut lengkap, kemudian diluarnya dengan jaket berwarna abu, Dipunggungnya terlihat tas ransel yang sepertinya terisi penuh.
Sesampainya Arsya di sekolah, Siska yang menghampirinya terlebih dahulu. Dia memang sudah menunggunya sejak tadi.
"Ayo buruan udah ditunggu yang lainya!" Siska menarik tangan Ars.
Siska ini teman sekelas Arsya waktu SMA, dia memang sangat akrab. Orangnya sih baik, care, dewasa juga, tapi entah kenapa ada beberapa temannya yang tidak menyukainya. Mungkin mereka mengetahui sisi buruk Siska atau pernah disakiti olehnya. Entahlah, karena pada dasarnya setiap manusia pasti terlahir dengan karakter yang baik.
"Hey Bro, kemana aja nih. Baru muncul, tumben telat?" Bowo menyapa Ars.
"Iya nih, ada tamu ke Rumah. Jadi aku sambut dulu donk, ga enak masa ada tamu aku tinggal pergi." Ars menjelaskan.
"Wah wah, tamu spesial kayanya nih. Sampai-sampai kita dinomor dua kan." Dewi menyenggol lengan Arsya, bermaksud menggodanya.
Dewi adalah kakak dari teman El yang bernama Puput. Sebelum berangkat ke kota itu, El memang berkirim kabar pada Puput bahwa dia akan kesana untuk beberapa hari. Nah, mungkin Puput menceritakan hal ini pada kakaknya.
Hampir teman-teman dekat Arsya tau, bahwa Ars menaruh hati pada Eliana. Tapi dikarenakan mereka adalah teman yang solid, mereka dapat menjaga rahasia ini untuk muncul kepermukaan. Terlebih untuk menjaga perasaan Eliana.
"Apa sih, tamu spesial apa. Tamu ya tamu, sebagai tuan rumah harus menghormati." Arsya memberi alasan.
"Ciee ... Yang habis melayani tamu. Udah kaya Ibu rumahtangga tangga aja, menyambut tamu. Hahaha ...!" Dewi berseloroh di iringi tawa dari yang lainya juga.
"Udah ah, kalian para wanita dasar tukang rumpi. Ayo kita lanjut untuk konsep hari ini. Tadi untuk pembuka materi udah di awali kan?" Arsya mengalihkan pembicaraan.
Mereka mulai melakukan aktivitas sebagaimana mestinya.
***
Di tempat lain terlihat seorang gadis yang sibuk dengan Diary nya. Dengan air muka tak bersemangat, tidak ada gairah kehidupan sepertinya.
Ya, dia adalah Eliana yang sejak kepulangannya dari rumah Arsya, mengurung diri di kamar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 180 Episodes
Comments
Wisu Mmhwilman Ilham
klw ska bilang aja x eliana jngan d buat ribet kta nya nyamn sma arsa
2020-03-10
0
Silda delita
tetap smgttt ka syg seruuu sklaiii ka😘❤
ckpp smpee dsnii dluu ya ka ntii ljntt lgii hehehhe
2020-01-16
0