Arsya duduk ditepi tempat tidurnya, dia termenung memikirkan sikap Eliana. Beberapa kali helaan nafas dilepaskan, terlihat begitu berat sekali bebannya. Sesekali dia memejamkan matanya sambil menengadah dia mengusap erat rambutnya kebelakang. Seolah penat dan lelah aktivitas hari itu.
Beberapa kali Arsya melihat ponselnya, dibukanya menu chatting WhatsApp. Begitu dan begitu terus yang Arsy lakukan, padahal ponsel itu pasti akan berbunyi jika ada pesan masuk, atau setidaknya ada pemberitahuan. Begitulah, orang yang sedang kacau pikiranya terlebih masalah asmara, tak terasa melakukan hal-hal tidak penting.
Akhirnya Ars tertidur dengan posisi badan setengah di tempat tidur dan kaki masih menjuntai ke lantai. Rupanya dia frustasi sampai tak memikirkan harus tidur dengan benar, mungkin jika bisa dia terjaga semalaman, hal itu akan dilakukanya hanya sekedar mengamati ponselnya untuk menunggu pesan dari Eliana.
***
Matahari menampakan senyum nya, pertanda hari telah pagi dan siap menyambut para makhluk bumi yang akan beraktifitas. Tapi tidak dengan Arsya, dia masih memejamkan matanya tapi kali ini badan nya berada di dalam selimut. Mungkin semalam dia membetulkan posisi tidurnya.
Bu Winda masuk ke kamar Arsya, dia melihat anaknya masih tertidur pulas tak seperti biasanya. Dibukanya tirai jendela yang masih menutup, udara menyeruak masuk melalui jendela yang baru dibuka oleh Bu Winda, udara kamar yang semula pengap menjadi lebih segar tergantikan dengan udara pagi yang masih bersih.
Arsya hanya menggeliat ketika wajahnya terkena sorotan sinar pagi, dia mengubah posisi tidurnya.
"Arsya, bangun nak! Tak seperti biasanya kau malas-malasan? Semalam kau tidur pukul berapa? Sepertinya lelah sekali." Tanya Bu Winda seraya duduk di samping tempat tidur Arsya.
"Iya Bu sebentar lagi aku bangun." Arsya tidak menjawab pertanyaan ibunya dengan benar.
Bu Winda hanya menggelengkan kepalanya, dia mengusap rambut putra semata wayangnya yang menutupi kening Arsya. Rambut Arsya memang tebal dan bagus dengan model seperti ala-ala artis korea.
"Nak, kamu demam?" Bu Winda terkejut ketika tanganya menyentuh kening Arsya.
Arsya membuka matanya kemudian duduk dan memegang tangan ibunya, "enggak Ibu ... Aku baik-baik saja. Badanku memang hangat, ini karena keadaan baru bangun tidur aja. Suhu badan masih hangat."
Arsya kemudian turun dari tempat tidurnya kemudian merangkul ibunya dan mengantarkan ke depan pintu kamar sambil berkata, "Ibu ku yang cantik, baik hati, sayangnya aku, ga usah khawatir ya ... Udah ibu lanjutkan aja aktivitas Ibu. Aku mau mandi kemudian berangkat kerja."
Bu Winda mengecup kening Arsya sambil mengembangkan senyumnya, kemudian pergi setelah mengingatkan putranya untuk segera sarapan.
Arsya ingat kembali dengan ponselnya, kemudian dicarinya benda itu dan , "Yassalammm ... lowbatt."
Arsya mengisi daya ponselnya kemudian menyegarkan diri ke kamar mandi. Dalam hatinya berharap setelah ini dia akan menerima pesan dari Eliana.
***
"Pagi Tante ...!"
Bu Winda menoleh sedikit heran, karena tumben pagi-pagi ada suara manis yang menyapanya.
"Eh, nak El ... Pagi-pagi udah kemari. Ada apa?" Bu Winda menyambut El dengan hangat.
"Iya Tante, aku di suruh ibu mengantarkan makanan ini. Kebetulan ibu masak banyak, katanya sengaja buat karena ini makanan kesukaan Kak Arsya."
"Wah, makasih loh, sampaikan pada ibumu ya! Kak Arsya-mu itu emang suka sekali dengan sayur daun singkong dan rempeyek ini. Buatan Ibu mu katanya beda, khas sekali." Bu Winda bahagia sekali memuji calon besanya.
"Aku simpan sini ya Tante!" El akan menyimpan makanan itu di atas meja makan.
"E eh, jangan ... Tante minta tolong ya! Antar saja ke kamar Ars. Dia lagi ga enak badan. Mungkin ga akan makan di bawah."
"Tapi sebanyak ini Tant?"
Bu Winda menyadari sayur itu memang terlalu banyak, haha. Dasar ibu-ibu kalau udah semangat menjodohkan anaknya jadi ikut hilang akal juga.
Bu Winda menyimpan sayur itu di piring dengan ditambah nasi secukupnya, sesuai porsi biasa untuk putranya.
"Ini, kamu bawa aja ke kamar Ars. Biarkan rempeyeknya bawa aja semuanya. Dia suka ngemil, nanti pasti habis ..." Dengan senyum penuh harap, begitu semangat dan bahagia atas kedatangan Eliana ke sana.
El mengambil nampan yang berisi sarapan untuk Arsya, dia berjalan menuju kamar Arsya di lantai dua tepat di depan tangga. Tapi ada rasa yang berbeda kali ini, entah apa. Dulu sewaktu belum terjadi tragedi perpisahan itu, Eliana dengan bebas keluar masuk kamar Arsya, bahkan dia menganggap itu sudah seperti kamarnya sendiri. Kadang juga dia sering membuat iseng Arsya jika belum bangun.
"Kenapa aku deg-degan ya ... Aneh." Gumam El.
Perlahan lagi melangkah dengan ragu, seperti baru kali pertama ke kamar itu. Kemudian diketuknya pintu kamar dengan pelan, tak ada jawaban lalu di ketuk lagi.
"Ya ampun ... Kenapa aku seperti ini? Padahal tinggal masuk saja, ga harus mengetuk pintu. Ini kan bukan hal asing bagiku. Haduh El ... Bodohnya kamu ... " Eliana mengumpat dirinya sendiri.
Eliana membuka pintu dengan perlahan, dilemparkan pandanganya ke seluruh ruangan kamar itu. Dia tak melihat Arsya di sana, suara air di kamar mandi pun tak terdengar.
Kemana kak Ars? Kamar ini kosong.
El menaruh nampan itu di sebelah teko air kaca yang ada di sana. Teko itu masih ada sejak dulu dirinya dan Arsya masih kanak-kanak. Posisinya masih sama, meja berukuran sedang dengan satu kursi yang terlihat begitu empuk, yang sekarang digunakan Arsya untuk bekerja di depan laptopnya.
Kamar Arsya tidak begitu besar, tapi cukup untuk menyimpan 2 meja berukuran sedang. Satu meja kerja berada di samping tempat tidurnya, dia sengaja meja kerja berada di situ agar jika lelah melakukan pekerjaannya, dia tidak perlu melangkah lama ke tempat tidurnya.
Satu meja lagi terletak di dekat jendela, disana tempat Ars bersantai menikmati udara segar dari luar dan ada beberapa camilan. Ya, Arsya suka sekali makanan ringan. Maka dari itu, dia sengaja menaruh teko air minumnya di sana.
Teko air itu memiliki sejarah yang cukup berharga untuk mereka berdua. Waktu itu ada acara pameran pasar malam. Arsya dan El yang masih duduk di bangku SD pergi bersama orangtuanya, kemudian mereka menemukan teko kaca bening yang lucu. Bentuknya sederhana, tapi ukirannya cukup bagus dan sepasang satu pack nya.
Arsya meminta Ayahnya untuk membelikan teko itu. Setelah didapatkanya, kemudian diberikan pada Eliana satu.
Arsya berpesan pada El tentang teko itu, "De, jaga baik-baik benda ini ya. Kakak juga punya satu, teko ini seperti kita, terlihat biasa, sederhana tapi mampu menyejukkan diri kita, apalagi jika kita manfaatkan dengan baik. Kakak harap, kita juga bisa saling membuat ketenangan, kedamaian seperti air di dalam teko ini nanti."
Eliana hanya mengangguk, entah mengerti atau tidak waktu itu, yang pasti hubungan itu begitu manis. Mereka masih polos, belum ada pikiran apapun tentang asmara. Mereka hanya tau, kedekatan mereka begitu bahagia, penuh kegembiraan, saling bergurau, teman main yang seru.
Bayangan El tentang teko itu buyar, ketika mendengar pintu kamar mandi terbuka. Dia terkejut ternya Kak Ars-nya ada di kamar mandi sejak tadi.
El semakin terkejut lagi ketika melihat Arsya telanjang dada, dia menggunakan handuk sepinggang, bukan baju handuk yang dapat menutupi seluruh tubuhnya.
"Aaa ...." El teriak kemudian menutup mukanya.
BERSAMBUNG ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 180 Episodes
Comments
Rahayusri
kyoke mulai seru
2020-02-24
2
Silda delita
makinnn seruuu ka😘
2020-01-17
1