Disela Arsya masih memberikan pengarahan pada siswa senior, Eliana dan Sandi datang dengan mimik yang ceria, membuat raut wajah Arsya berubah masam seketika.
Arsya melirik dengan sudut mata yang terlihat penuh kecewa pada Sandi dan El. Tapi dia berusaha menetralisir hal itu, karena sedang menghadapi yuniornya.
"Baiklah, penjelasan dari kakak sepertinya sudah cukup. Apa ada yang ingin di tanyakan?" Arsya ingin segera menyudahi percakapan itu, dan rasanya ingin cepat-cepat menumpahkan amarahnya kepada El dan Sandi.
Para siswa itu saling melemparkan pandangan, mereka seperti sudah mengerti, tapi seperti masih ada yang ingin ditanyakan juga. Akhirnya salah satu diantara mereka memberanikan diri untuk bertanya.
"Oya kak, untuk penyerahan hadiah-hadiah tersebut langsung diberikan saat itu jiga atau kapan?"
"Baik, pertanyaan yang bagus. Untuk pemberian hadiah akan dilaksanakan pada acara api unggun, untuk menyelingi acara hiburan-hiburan. Karena akan ada kategori penghargaan lain juga untuk para yunior yang telah menjalankan kegiatan dengan baik." Tambah Arsya.
Para siswa manggut-manggut tanda sudah mengerti akan penjelasan yang diberikan oleh Arsya.
"Baik kak, makasih atas penjelasannya. Kami permisi."
"Ya ... Silakan!" Senyum Arsya pada mereka.
Para siswa senior, khususnya yang perempuan tambah suka ketika melihat senyum Arsya. Mereka tak segan-segan memuji dan rumpiin tentang pribadi Arsya ketika sudah jauh dari ruang sekertariat itu.
"Huh, dasara cewe. Lihat yang bening dikit saja langsung pada keganjenan." Ucap seorang siswa pria, salah satu diantara mereka.
"Yeey ... iri ya ...?" Hampir serempak para wanita menyahut.
"Aku donk, suka kakak yang baru datang tadi. Kecil imut, manis ...." Kata siswa pria itu, yang dimaksudkan adalan Eliana.
"Nah kan ... So so'an julidin kita, kamunya sendiri suka sama kakak senior."
Hahaha, mereka tertawa serempak.
***
Arsya menutup laptopnya dan mematung masih dengan posisi duduknya, sambil melihat pada kerumuman teman-temannya.
"Ekhem ...." Arsya berdeham membuat kerumunan itu menoleh padanya.
Dendi menyikut sandi yang berada di sebelahnya. Mereka tau pasti, Arsya sedang kesal.
"Eh iya, aku sampai lupa sama abangku ini. Maaf ya, nih aku bawain juga satu untukmu. Jangan marah gitu dong, pasti kebagian kok!" Guyon Sandi, mencoba mencairkan suasana yang terasa tegang itu.
"Apa ini, kamu mau nyogok aku dengan makanan seperti ini? Seharian aku menunggu kalian pergi, mana ponsel kalian ga aktif lagi. Suka banget sih bikin orang cemas!" Arsya memberi jawaban dengan sedikit penekanan. Dia sudah benar-benar dongkol, begitu lama dia menunggu Eliana dan Sandi, tapi mereka seperti tidak punya rasa bersalah sama sekali. Datang dengan tertawa-tertawa tanpa beban sama sekali.
"Yaelah Ars, segitunya marah sama kita. Aku kan cuma ...." Ucapan Sandi terhenti.
"Bukan kita, tapi kamu aja. Aku ga marah sama El, aku kesal sama kamu, tambah lagi ponsel yang ga bisa di hubungi." Arsy menegaskan.
"Iya, iya maaf. Aku emang salah, aku pikir kamu ga akan kenapa-napa. Kan dari dulu juga aku sama El udah sering bareng-bareng." Sandi membela diri.
Iya aku tau Sand, maafin aku udah berlebihan. Aku memang khawatir sama Eliana, aku takut El kenapa-kenapa dan yang terpenting aku takut kehilangan dia. Arsya.
"Sudahlah Kak Ars, maafin Kak Sandi. Dia bermaksud baik malah dapet balasan kekesalan dari kakak!" Eliana yang sejak tadi ragu untuk bicara, akhirnya bersuara juga. Dia kasihan pada Sandi karena kesalahpahaman Arsya.
"Maksud Ade apa?" Tanya Arsya.
"Kak Sandi itu hanya mau traktir kita semua, hari ini kan bertepatan dengan tanggal lahirnya!"
Arsya benar-benar tidak tau bahwa ini adalah hari ulang tahun sandi. Saat ini dia merasa malu dan benar-benar merasa bersalah.
"Lalu apa hubungannya dengan ngajak Ade?" Lanjut Arsya.
"Kak sandi itu mau beli bakso ke tempatnya mang Karyo, tapi dia itu paling ga bisa kalau suruh belanja belanja gitu. Apalagi jumlahnya banyak, biasannya yang suka belanja bakso kan perempuan. Terus yang terutama, Kak Sandi itu seneng bisa ketemu aku lagi. Jadi aku harus memesan sesuai seleraku. Daripada niat untuk menyambutku, eh malah ga kepake makananya. Hanya itu maksud kak Sandi."
"Lalu, kenapa harus HP kalian berdua ga aktif bersamaan?" Arsya masih tetap belum puas dengan penjelasan Eliana. Soalnya dia benar-benar dibuat cemas sewaktu tadi.
Eliana melempar pandangan pada Sandi, ada rasa ragu untuk memberikan penjelasan mengenai hal itu pada Arsya.
"kenapa diam, kalau ga terjadi apa-apa?" tambah Arsya.
"Kalau itu ... em ... Maksudnya, tadi itu ...." Eliana bingung menjelaskanya. Dia kembali menatap pada Sandi.
Arsya tak ingin menanyakan untuk ke-2 kalinya, tapi air muka dia tetap dalam keadaan tenang dengan posisi masih ditempat duduknya seperti semula.
"Gini, gini lho Arsya. Aku mau jujur sama kamu, dan aku harap kamu ga bakal marah atau menganggap kami ini kekanak-kanakan. Jujur saja itu adalah ide aku, cuma bukan tanpa alasan penting aku dan El melakukan itu." Sandi masih mencari kata-kata yang tepat untuk menyampaikan ide konyolnya itu, agar sandi tidak semakin kesal.
"lanjut ...!" Jawab Arsya singkat. Dia sudah tak ingin basa basi lagi.
Sandi bingung, akan memulai kejujurannya darimana.
"Begini saja, biarkan teman-teman makan bakso nya terlebih dahulu. Kelamaan belum dimakan takut ga enak, nah kemudian aku dan kamu bicara berdua ... karena ini mungkin agak kurang baik jika diceritakan di depan orang banyak."
Arsya menghela nafas dan bangkit dari tempat duduknya. Dia tak ingin berlama-lama lagi dalam penasaranya, sehingga dia menuruti permintaan Sandi.
Kemudian Sandi tersenyum senang, dia berharap rasa kesal Arsya sudah hilang. Sehingga dia bisa menjelaskan dengan sejujurnya pada Arsya tanpa ada perasaan takut Arsya marah kembali.
"Ok taman-teman, maaf ya menunggu lama. Mudah-mudahan makanan ini masih enak untuk dinikmati, maaf juga aku ga bisa makan bareng kalian. Ada hal yang lebih penting soalnya ... selamat menikmati ...." Dengan senyumnya yang berusaha agar semua terlihat baik-baik saja, Sandi mempersilakan teman-temannya untuk menyantap bakso yang dibelinya terlebih dahulu. Kemudian dia pergi bersama Arsya.
El hanya menatap kepergian mereka, Arsya dan Sandi. Ada rasa cemas pada diri El, apakah Sandi berhasil menyampaikan dengan benar, kecerobohannya tadi. Atau malah kak Arsya semakin marah?
Ah sudahlah, aku pasrah saja. Jika memang ini harus jadi masalah, bodo amat. Mungkin takdirnya memang harus seperti ini. ucap Eliana dalam hatinya.
Puput mendekat pada Eliana, dia memegang bahu El dan menguatkan dirinya.
Teman-teman Arsya sejak tadi hanya menyaksikan adegan kesalahpahaman itu. Mereka tidak berani ikut campur. Mereka segan pada Arsya.
Di sisi lain, ada hati yang bersukacita karena Arsya dan Eliana berselisih. Seseorang yang tak ingin sebuah kebahagiaan terjadi di dunia ini.
Siapkah dia?
Apakah dia suka pada Arsya, atau Suka pada Eliana?
Atau memang dia adalah sosok pembenci pada siapapun?
***BERSAMBUNG...
____________
Teman-teman, seperti biasa mohon tinggalkan jejak ya! hanya untuk sekedar like atau komen. Syukur kalau menyumbang Vote. 🥰
Terima Kasih Sebelumnya. 🙏***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 180 Episodes
Comments
dewi
siska paling😁
2020-05-11
0
Silda delita
Hai ka ceritanya semakin seruu nihhh aku tinggalkan jejak di sini dulu ya ka. makasihh ka😘🌹🙏
2020-01-24
0
Siti Nur Hamzah
pasti itu si siska
2020-01-20
0